Adsense

Senin, Desember 31, 2012

Kita Sedang Berperan Dalam "Film Kehidupan"

Hari Minggu, 30 Desember 2012, aku bersama keluarga selepas magrib, asyik menikmati film "Habibie & Ainun". Sebuah film kisah nyata tentang perjalanan karir dan kisah cinta Pak Habibie, mantan Presiden RI ke-3 dan Ibu Ainun, istri tercintanya.

Sebuah film yang menggambarkan perjuangan hidup, dan kegigihan putra Indonesia di negeri Jerman. Dan kisah cintanya dengan gadis idaman hatinya. Mengharukan sekaligus inspiratif. 

Aku meneteskan airmata, ketika menyaksikan pak Habibie menangis melihat proyek pesawatnya "terhenti". Membanggakan, sekaligus ada yang menghinakan. Tragis! Mataku pun basah tatkala melihat pak Habibie menangis dan berdoa disaat-saat terakhir bu Ainun menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Tak melulu tangis, ada juga adegan yang menggelikan. Aku tertawa melihat mimik pak Habibie. Menghadapi masalah, jawabannya ringan "It's Ok!". Begitulah kehidupan kita dunia, tawa dan tangis saling mewarnai silih berganti . Tetapi nanti di akhirat senyum dan tawa hanya milik penduduk surga. Jeritan lolongan kesakitan dan isak tangis berkepanjangan tiada akhir adalah warna kelam penduduk nerakA!

Hikmah yang bisa kutarik dari film itu sangat menggugahku. Menghentakkan kesadaranku. Ternyata aku belum segigih Habibie dalam menjalani hidup ini. Belum bisa membahagiakan keluargaku, sepenuh hati. Ah, semoga masih ada waktu.

Wahai kawan, hidup ini amat pendek. Yang bikin panjang itu, hanya angan-angan kita. Penundaan itu bagaikan membangun dinding yang akan membelenggu kesuksesan. Menunda berbuat baik adalah wujud nyata kemalasan dan kebekuan berpikir.

Ketika kegigihan (perjuangan) kita belum berbuah kesuksesan, biasanya cemoohan yang kita terima. Tetaplah terus berusaha, jangan terkecoh oleh ocehan-ocehan yang tidak membangun semangat.

Sadarilah setitik pikiran yang bermanfaat, selangkah kaki yang berfaedah tentu dihitung rinci oleh Yang Maha Melihat, Allah Swt. Dan satu gerakan jari telunjuk kanan ketika kita shalat adalah sebagai saksi atas keyakinan kita bahwa tiada Tuhan selain Allah. Sekaligus mudah-mudahan menjadi bukti, bahwa kita muslim yang taat. Semua itu akan terekam detil dalam "film dokumenter" kisah hidup kita. Yang akan kita tonton dengan seksama,  di "bioskop" di alam akhirat nanti.

Bagaimanakah reaksi ketika kita menonton kisah nyata "Film Kehidupan" kita, ketika diputar di hadapan pengadilan akhirat? Banggakah dengan pahala kita? Atau merasa sangat malu atas dosa-dosa kita yang bertumpuk-tumpuk tanpa sedikitpun menyisakan pahala? Oh, betapa ruginya hidup tanpa iman, amal dan ilmu.

Mumpung masih ada peran yang bisa kita mainkan, yuuk kita berperan sebagai muslim yang taat, yang takwa. Peran yang dihayati dalam hati, yang sesungguh-sungguhnya. Bukan peran basa-basi. Ingat! Allah Maha Tahu, mana peran yang pura-pura, mana peran yang dibuat-buat! Shaleh itu tidak hanya di depan pak Lurah, di depan mertua. Di depan khalayak!

Tanpa ada seorang manusia pun yang melihat, itulah saat-saat yang sesungguhnya dan seharusnya kita bisa merasakan ditatap oleh Allah, Yang Maha Melihat. Shalat itu harus, mau dilihat orang terdekat atau tidak. Bersedekah itu jangan tunggu dilihat pers!

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, Desember 27, 2012

Berapa Skor Hari Ini?

Hari ini? bukan yang kemarin, atau minggu lalu? Bukan! Ya, betul berapa skor hari ini. Oh ya, apakah ada pertandingan setiap hari. Bukankah pertandingan sepakbola itu biasanya setiap akhir pekan. Atau kalaupun ada pertandingan setiap hari itu, biasanya jika ada Olimpiade dunia, atau SeaGames. Jadi mana ada skor pertandingan diluar yang telah dijadwalkan itu.

Yang kumaksud bukan skor pertandingan biasa. Ini pertandingan istimewa. Berlangsung setiap hari, bahkan bisa setiap saat. Musuhnya selalu ada di setiap waktu, bahkan disetiap detik. Tidak musti menunggu akhir pekan, baru kita bisa menemukan lawan tandingnya.

Mau tahu pertandingan apa? dan musuhnya siapa? Bagus! itu menunjukkan perhatian Anda terhadap "skor hari ini" cukup besar. Nama pertandingannya adalah "PERTANDINGAN MELAWAN HAWA NAFSU!". Dan musuh utamanya adalah Setan!

Ambil contoh, tentang shalat. Kalau shalat berjamaah di masjid nilainya 10, kalau shalat di rumah nilainya 1(satu). Nilai ini khusus dibuat untuk tulisan ini, tidak berhubungan dengan nilai pahala ya. Sebab nilai pahala itu adalah hak mutlak Allah Swt, yang berhak memberikan.

Dalam shalat saja kita bertanding melawan "setan kemalasan". Artinya kita melawan setan yang mengajak kita untuk malas (jangan/tidak) shalat. Baik shalat di rumah, apalagi berjamaah di masjid. Sebab setan tahu nilai pahalanya shalat di masjid gede banget. Makanya setan iri sekali dengan pahala yang akan didapatkan oleh manusia yang rajin shalat berjamaah di masjid.

Jadi kalau Anda tidak shalat lima waktu dalam sehari, maka kedudukan "skor"/nilai Anda hari ini melawan setan adalah 0 : 5 / ( KoSong ; LiMa )!. Itu artinya Anda kalah telak melawan setan.

Dan apabila Anda hari ini mengerjakan shalat Magrib saja, maka skornya adalah 1 : 4. Setan masih menang, Bung!

Namun jika Anda bisa shalat lima waktu di masjid, full dalam sehari, maka skor Anda melawan setan adalah LIMA PULUH, sedangkan setan KOSONG nilainya! Itu artinya Anda menang telak bertanding melawan setan keparat! Dan setan akan misuhi (memaki-maki) Anda habis-habisan.

Apakah bisa shalat berjamaah di masjid, setiap hari kerja. Ini tentu saja berat. Dan hampir mustahil. Kecuali Anda pemilik usahanya, sehingga bisa bebas shalat tak terikat jam kerja. Atau Anda punya kedudukan sebagai mandor atau boss di perusahaan itu. Yang memungkinkan Anda bisa bebas seenak udhele dewek, mau shalat di masjid atau di kantor. Apalagi ada masjid di dekat kantor. Ya, bagi para pekerja kantoran/buruh, tentu bisalah shalat lima waktu di masjid, jika hari libur. Itupun kalau Anda tidak malas, ya?

Terus terang hari ini, Kamis 27 desember, aku merasa kalah melawan setan.Karena tidak tahajud dan shalat subuh di masjid. Disebabkan keasyikan tidur, dan terlena atas bujukan setan agar menunda-nunda untuk bangun shalat tahajud. Akibatnya adzan shalat subuh pun tak terdengar. Untunglah masih bisa shalat subuh berjamaah bersama istri dan anak di rumah.

Nah, berapa skor Anda hari ini, dalam ibadah shalat? Silahkan hitung sendiri.
Selamat bertanding. Dan semoga Anda selalu menang!

Wassalam,
SangPengin@T!

Kamis, November 29, 2012

Setitik "Api Neraka"

Setiap kubaca ayat-ayat Quran tentang neraka, hatiku terkesiap. Ngeri aku membayangkan dahsyatnya siksa neraka. Dan kebanyakan orang enggan membayangkannya. Entah apa alasannya.Yang pasti siksa neraka itu ada, bung! Nggak percaya? Mau bukti? Please deh, mati dulu! Mau?

Beberapa peristiwa yang kualami, mengingatkanku kepada neraka. Boleh jadi ini peringatan dari Allah, agar aku tetap berjalan di jalur yang benar, yang lurus. Atau ini sebagai peringatan agar aku konsisten dengan tekadku untuk menjadi SangPenging@T tentang kehidupan akhirat. Hanya yang menjadi pertanyaanku, yang menimpaku kok yang panas-panas ya?

Minggu lalu, Rabu sore, 20 November 2012, kaki kananku terslomot knalpot motor kesayanganku, Honda Supra-X (promosi nih ye). Hufh! puanase rek! Pulang dari kantor, ketika mau memasukkan motor ke dalam rumah (maklum rumahku belum ada garasinya), terjadi insiden yang tak kusangka-sangka. Teras licin tertutup air merata setinggi kira 3cm, karena banjir sehabis diguyur hujan beberapa jam.

Antara ruang tamu dan teras berbeda tingginya sekitar setengah meter. Saat berada di ujung tanjakan, rupanya ban depan enggan beringsut maju. Sedikit tertahan, karena posisi motor yang tidak pas. Sehingga tatkala gas motor aku tarik kencang, motor bukannya naik, malah roda belakang berputar liar, menyeret bodi motor sampai menghantam kusen pintu masuk. Aduhh! Kaki kananku tak sempat mengelak. Knalpot panas, maknyosS! menyambar kaki mulusku (Hmm, memangnya kaki cewek doang yang boleh dibilang mulus?). 

Itu entah kejadian yang keberapa, malas aku menghitungnya. Takut-takut masih ada yang berikutnya. Semoga tidak, yaa Rabb.

Aku pernah mengalami kejadian aneh. Beberapa bulan yang lalu, mungkin sekitar bulan Juli 2012. Sewaktu berangkat kerja, naik motor melalui jalanan di kawasan pabrik. Di pagi yang cerah, langit biru sedikit berawan. Aku pacu motorku dengan kencang, tetapi tidak sekencang Jorge Lorenzo saat berpacu di sirkuit.

Ketika melewati sederetan truk yang sedang diparkir di pinggir jalan, tiba-tiba aku merasa dengkulku seperti tersundut rokok. Bagai kilat menyambar, cepat sekali dan panasnya luar biasa. Kupikir, ah mungkin ada sopir atau kenek truk yang membuang puntung seenak udelnya sendiri. Tetapi begitu aku pelankan motor dan kulempar pandangan ke kabin truk-truk itu. Kaca pintunya tertutup semua. Atau kukira ada percikan las yang jatuh pas di dengkulku. Tapi kulihat tak ada aktivitas orang mengelas apa pun. Aneh.

Aku kaget ketika kulihat celanaku bolong bekas sundutan api. Jangan-jangan ini batuan meteor sangat kecil yang nyasar jatuh ke bumi, dan kebetulan mengenai dengkulku. Ah, terlalu mengada-ada. Akhirnya kusebut saja itu bagaikan setitik "api neraka" yang menyengat kulitku. Ugh, ini lebih mengada-ada lagi. Wis, sudahlah aku tak ingin berpolemik tentang masalah ini. Silahkan Anda berpendapat sendiri, toh Indonesia negara demokrasi. Bebas mengemukakan pendapat, hehehe...

Lalu aku pernah tertimpa bongkahan kayu untuk kuda-kuda atap rumah. Jatuh tepat mengenai cantengan di jempol kaki kananku juga. WaduuhH! Bayangkan, cantengan itu terantuk sebuah kaki meja (pelan saja), rasa sakitnya luar biasa, nyut-nyutan di kepala tak kepalang tanggung. Ini malah kejatuhan balok kayu. Hmm mantap rasanya, bagai kaki terbakar api. Panas dan sakit bercampur jadi satu. Kalau orang lain yang menjatuhkan balok itu, mungkin tumpah sudah serapahku. Untungnya (nah lagi-lagi orang jawa nih, masih juga untung padahal sudah tertimpa balok kayu, hehehee...) yang membuat jatuh balok kayu itu adalah diriku sendiri. Mampuslah awak!

Nah tiga peristiwa itu saja sudah cukup membuatku bergidik membayangkan siksaan dahsyatnya api neraka. Hiii, seram dan mengerikan. Tiga kejadian itu sudah bisa membuatku terus teringat terus, betapa siksaan api neraka jauh lebih hebat dan amat pedih.

Terima kasih Allah, Engkau telah mengingatkanku tentang neraka dengan kejadian-kejadian "panas" yang menyengat kulitku. Hamba berdo'a kehadirat-Mu yaa Rabb, semoga hamba mampu menghindari godaan Iblis yang ingin memerosokkan hamba ke jurang api neraka.

Yuuk kawan kerjakan semua perintah-Nya dan tinggalkan semua larangan-Nya.

Wassalam,
SangPenging@T !

Minggu, November 18, 2012

Pas! Lima S

TIDAK kurang, tidak lebih, itu "pas" namanya. Tidak longgar, tidak sempit, itu juga "pas" kita menyebutnya. Pas itu saudara kembar proporsional. Masakan dengan bumbu-bumbu yang pas akan terasa lezatnya.  Tetapi masakan yang dibumbui dengan beraneka rempah dengan jumlah yang tidak proporsional, dapat mengakibatkan lidah enggan bergoyang.

Hari ini aku mendapat pelajaran berharga berkaitan dengan human relationship. Biar keren aku pakai istilah asing. Sampai hari ini aku masih menyimpan tanya, mengapa Bapak dan Ibuku pandai sekali bergaul. Tak pandang bulu, mulai dari kalangan bawah ataupun atas. Dari Presiden, Gubernur sampai pesuruh kantor, Bapak dan Ibuku tak sungkan bertutur. Sama sopannya. Sama sumringahnya. Aku tak pandai seperti itu. 

Aku jadi teringat resep cespleng ala AaGym yaitu 5(lima) S. Kependekan (singkatan) dari Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun. Aku rasakan betul pentingnya Lima S itu dalam pergaulan kita.

Aku kadang suka muak dengan sikapku sendiri yang sok pandai, sok penting, sok wibawa dan berbagai "sok" lainnya. Bahkan rasanya sampai mau muntah. Hal-hal seperti itu biasanya kurasakan ketika aku selesai berjumpa dengan orang lain. Dan dalam perjumpaan itu aku tak menggunakan teknik "Lima S" itu.

Aku sendiri saja muak apalagi orang lain, ya? Ah, rupanya ilmu "Lima S" itu yang sudah kutahu beberapa tahun yang silam dari AaGym, baru sebatas tahu belum aku pahami dan kupraktekkan dengan tulus. 

Senyum
Tersenyum ternyata itu mudah jika kita sudah terbiasa. Meskipun wajah dengan kulit yang gelap, jika tersenyum tulus sambil memperlihatkan sebaris gigi putihnya, dapat meretas kekakuan yang ada. Kesan horor langsung luntur. Rasulullah itu wajahnya jernih dan jika berjumpa dengan seseorang tak sungkan untuk menyunggingkan senyum. Konon senyum pun itu bernilai sedekah. Tapi jangan mentang-mentang senyum itu sedekah, ketika jumpa pengemis cukup diberikan senyuman kita. Untuk sekedar latihan, biasakan mulut kita menyuarakan huruf "mim". Ayo silahkan coba. Nah rasakan nikmatnya tersenyum itu. Tapi awas jangan sering-sering senyum sendirian. Gawat!

Salam
Mengapa sih kita enggan memberikan salam duluan? Gengsi? Merasa status lebih tinggi? Nggak level? Memang perasaan seperti itulah yang merongrongku selama ini. Aku bertekad kuat ingin memberangusnya. 

Sapa
Aku sedang berlatih menebar sapaan kepada anak-anak sekolah dasar yang lewat di depan rumahku. Kebetulan jalan di depan rumahku dilewati olah banyak anak-anak SD yang mau berangkat ke sekolahnya. Senang saja aku melihat reaksi mereka mendengar sapaanku. Ada yang kaget, ada yang diam, ada yang spontan menjawab. 

"Hallo!, Apa kabar? Kelas berapa dik?" itu sapaan rutinku, kalau sedang ingin menyapa mereka. Sapaan itu aku lontarkan ketika aku melihat ada seorang anak laki-laki atau perempuan yang sedang asyik berjalan sendirian dengan wajah cerah. Sebab kalau wajahnya sedang cemberut, hampir dipastikan sapaanku dianggap angin lalu.

Sopan
Ah, aku kadang tak sopan kepada yang tua apalagi yang muda. Sopan itu menghargai siapa lawan bicara kita. Sikap sopan biasanya jarang terbit jika kita berjumpa dengan orang yang levelnya dibawah kita. Betul?
Ternyata seberapa tingkat kesopanan kita dalam bergaul menunjukkan seberapa baik tingkat keberadaban kita di mata masyarakat tempat kita berkiprah. 

Santun 
Sikap santun lahir dari batin yang bersih. Kekotoran jiwaku, membuat aku kadang kurang peka untuk bersikap santun. Rela untuk mengalah, demi kelancaran lalu lintas. Tertib dalam antrian. Santun itu luwes, sabar, penuh rasa belas kasihan. Baik budi bahasa kita. 
Santun itu tidak gampang main tangan, dan tidak mudah melontarkan sumpah serapah. Wow, Nauzubillah.

Ups! Aku sepertinya musti banyak belajar lagi dan rajin mempraktekkan ilmu "Lima Es" dalam menjalin hubungan bisnis, pertemanan dan persaudaraan.

Kembali ke soal "Pas" yang sudah kusinggung di awal paragraf. Semua teknik "Lima S" itu kalau pas ternyata enak. Tidak bikin eneg di hati. Membicarakan kehebatan masa silam, itu nggak salah. Tapi hendaknya dalam konteks untuk menjadikan kita harus lebih baik, atau paling tidak sama baiknya. Bukan sekedar bangga. Misalkan, kita bangga menceritakan tokoh Gajah Mada. So what next? Apakah setelah terkenal dengan Sumpah Palapa-nya, lalu hanya sekedar untuk dijadikan nama sebuah jalan, yakni "Jalan Gajah Mada" doang? Mestinya buat kaula muda harus berani melontarkan sumpah yang lebih dari sumpahnya Patih Gajah Mada itu. 

Dan karena kita muslim; beranikah kita bertekad akan berperilaku seperti perilaku Nabi Muhammad SAW? Rajin shalat, senang sedekah dan tidak sombong. Berbudi pekerti yang agung.

Semoga bermanfaat tulisan ini dan menyemangati kita untuk menjadi lebih baik lagi dalam menata pergaulan kita.

Wassalam,
SangPenging@T
m fajar irianto ludjito

Rabu, November 07, 2012

Apa Yang Kita Perhatikan?

Tergantung apa yang sedang kita gandrungi, itulah yang menjadi perhatian kita. Dalam kehidupan keluarga muda, maka ketika baru punya baby, hmm... bayi itulah yang menjadi pusat perhatiannya. Mulai dari kakek-nenek sampai besan dan mertua, apalagi orangtuanya si empunya bayi, semua memperhatikan pertumbuhannya, hari demi hari. Memang sungguh mengasyikkan menyaksikan tumbuh kembang bayi kita. Subhanallah...

Tumbuh menjadi remaja, perhatian kita tujukan kepada pacar kita (buat yang punya pacar). Sakitnya kekasih kita, rasanya kita rasakan pula.Tiada hari tanpa bayangannya dalam benak pikiran kita. Duh, syahdunya rasa jatuh cinta pertama. Terkenang sampai kini. Kok sulit terhapus ya?

Di masa remaja, bagi yang suka motor maka motorlah yang diperhatikan. Orangtua dan pacar, dinomorduakan. Tuhan? wow, bagi yang imannya tipis, rasa-rasanya Tuhan jauh dengan mereka. Akibatnya? shalat jarang, sedekah apalagi. Hii, ngeri membayangkan seandainya kumati ketika remaja dulu, sepertinya neraka langsung menelanku bulat-bulat.

Merunut ke belakang dalam perjalanan hidupku selama ini, ternyata banyak hal yang kuperhatikan dan kuabaikan. Waktu SD, aku perhatian dengan sepeda miniku. Semasa kuliah, aku perhatian dengan buku. Ada uang sisa bulanan, buku pasti kubeli. Pacar, tentu menjadi perhatianku juga ketika kuliah dulu. Oh ya, saat SMA yang menjadi perhatianku adalah group band Rock. Maka koleksi kasetku, lumayan komplit. Ada Grand Funk, Uriah Heep, Deep Purple, Led Zeppelin dll (supergoup top masa silam). Bagaimana dengan pelajaran sekolah? ah, rasa-rasanya biasa-biasa saja tuh, perhatianku. Bahkan mungkin tak kuperhatikan (maaf pak/bu guru). Makanya nilaiku biasa saja, tidak luar biasa. hehehe...

Buku-buku Agama Islam, mulai menarik perhatianku di pertengahan kuliah di ISI Yogyakarta. Di samping buku-buku iklan, kusantap juga buku-buku karangan Al Ghazali dan karya penulis Islam lainnya. Dan kini di usia setengah abad yang menjadi perhatian utamaku adalah Al Quran. Cinta mati aku dengan al Quran. Setiap pagi selepas subuh, tak kulewatkan tanpa membacanya, walau sekedar satu Ain. Aku getol berusaha mengumpulkan pahala semampu kubisa.

Sekarang lebih ngeri ketimbang dulu sewaktu remaja, jika kumati tanpa iman di hati, dalam ketaqwaan yang terkikis, dan tanpa pahala memadai tetapi dosa yang menumpuk. Duh, betapa murka-Nya Allah kepadaku. Nauzubillah

Aku ingin mati dalam keadaan khusnul khotimah (dalam keridhoan Allah), bukan suul khotimah (dalam keadaan buruknya iman dan hancurnya ketaqwaan). Demikian pula tentunya harapan pembaca, betul?

Neraka dan Surga itulah yang menjadi pusat perhatianku kini. Aku ingin mengabarkan kepada kawan, sahabat, saudara dan siapa saja tentang dua hal yang menjadi perhatianku itu. Semoga Allah memberikan kemudahan bagiku untuk menyampaikannya. Lewat buku yang sedang kutulis, lewat seminar yang sedang kurancang matang.

Ya Rabb, tunjukkan kepadaku, mana yang harus kuperhatikan dan kuabaikan. Engkau Maha Mengetahui..
Wahai kawan, arahkan lima kali sehari perhatian kita kepada kehidupan akhirat kita. Semoga bermanfaat tulisan ini.


Wassalam,
SangPenging@T!

Sabtu, November 03, 2012

Kemalasan

Penyakit malas menyerang siapa saja. Tapi kemalasan tak mampu menembus orang-orang yang kuat tekadnya. Ternyata tekadku dalam menulis masih lemah. Ini kusadari ketika tulisan di blogku tidak konsisten munculnya. Yang rencananya kuniatkan bisa terbit tiap hari atau tiap pekan, tak kunjung terwujud.

Apa penyebabnya kemalasan? Karena setan tidak suka melihat kau sukses. Ah, gue disalah-salahkan lagi, begitu kata setan. Dasar lu aje yang malas! Jangan bawa-bawa gue dong! Tapi (ini masih kata setan) betul juga sih aku nggak ingin lihat kau sukses. Karena kalau sukses, lalu rajin ibadahnya dan suka beramal shaleh lagi. Uh, enak dong; sudah sukses di dunia, di akhirat masuk surga. Betapa nyamannya manusia semacam ini. Itu yang gue iri, asal lu tahu aje, kata setan "gue tuh sejak diusir dari surga, gak ada lagi kesempatan masuk surga". Sementara itu, kesempatan manusia untuk masuk surga masih terbentang luas.

Nah, kesempatan yang luas itu akan aku buat sempit. Kubangun mimpi-mimpi indah. Kubungkus perbuatan maksiat dengan bisikan, "nggak apa-apa, nggak dosa kok... yuk maksiat yuuuk. Yuuk judi yuk. sambil minum-minum sampai mabok... uiih enak lho!". Setan punya seribu satu alasan untuk menyesatkan. Shalat? ntar aja dah kalo udah tua, udah jompo, begitu kata setan, dengan bahasa berbunga-bunga. PretT Ahh! kataku.

Kemalasan itu sebenarnya juga salah satu perangkap setan. Lho kok lagi-lagi gue dibawa-bawa sih dalam tulisan ini (kata setan semakin geram!). Iya ini gara-gara lu, gue jadi malas nulis! ich nih manusia bener-bener ya?(kata setan tambah geram).

Dengan menulis bisa makmur. Syaratnya tentu asal tulisannya dibukukan dan bukunya laris manis. Mengalami cetak ulang berkali-kali. Mantap!

Yuuk nulis yuk! Singkirkan kemalasan.

Wassalam,
SangPenging@T!

Jumat, Oktober 12, 2012

Irama dan Warna Hidup Kita

Masing-masing dari kita punya aktivitas kehidupan yang berbeda-beda. Sesuai keahlian, minat dan bakat kita, atau juga karena keterpaksaan. Oh ya, apakah ada aktivitas karena terpaksa? Oh, banyaaak!! Kerja bakti, misalnya. Ini adalah aktivitas yang dipaksa oleh pak RT, pak RW. Walau dipaksa, tetap saja warganya mbalelo.

Aku punya teman sudah lama menganggur. Baru-baru ini dia diterima kerja. Jadi penjaga malam sebuah koperasi simpan-pinjam. Kutanya kepadanya, gimana suka nggak? Jawabnya, yaach gimana lagi cari kerjaan susah. Kubilang kepadanya, bersyukurlah. Iya, jawabnya.

Yang pasti irama hidupnya sekarang berubah. Yang biasanya tidur malam tak terusik, kini dia harus melek di malam hari. Harus memelototi layar CCTV.

Beragam aktivitas-lah yang bisa membuat irama hidup kita jadi tidak monoton. Tujuan hidup mewarnai irama hidup kita. Orang yang tujuan hidupnya didominasi oleh aroma keduniawian akan tersiksa hidupnya. Hawa nafsunya menggelora, semua ditabrak tak peduli lagi halal-haram. Yang penting kudapat! Rambu-rambu akhirat tak digubrisnya.

Sudah semestinya sebagai seorang muslim, irama hidup kita tak mengabaikan kehidupan akhirat. Masukkanlah "nada-nada" akhirat di dalam irama hidup kita. Artinya apa? ya harus ada shalat lima waktu dalam aktivitas hidup keseharian kita. Sebab itu perintah Tuhan. Bukan perintah pak Lurah, apalagi perintah Presiden.

Orang yang dalam hidupnya tidak pernah menjadwalkan shalat, sungguh merugi. Dia menyia-nyiakan waktunya untuk ibadah. Jumlah jam yang kita lalui sepanjang hari adalah 24 jam. Tidak lebih tidak kurang. Apakah ada orang yang berani pasang stiker di depan tokonya tulisan "Toko ini Buka 25jam". Ini membingungkan, bukan?

Ya, dalam sehari semalam jumlahnya 24 jam. Titik! Mau di New York, di Hong Kong, atau di rumah kita sama semua, 24 jam. Allah hanya mewajibkan kepada kita untuk menyisihkan SATU JAM saja untuk (jumlah total) shalat lima waktu. Jadi mulai dari shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib hingga Isya (plus zikir dan doa di setiap akhir shalat) rata-rata menghabiskan waktu ONLY 12 MINUTE! untuk masing-masing shalat itu. Mau lebih silakan (monggo kerso, please). Proporsional sajalah. Allah Maha Tahu, kebutuhan waktu kita, kok.

Dan kalau mau menambah pahala dan kedekatan lagi dengan Allah dan agar lebih dicintai-Nya , maka tambahkan ONE HOUR (satu jam lagi) di sepertiga malam untuk Shalat Tahajud plus Witir. Waktunya bisa jam 12 s.d jam 1 malam, atau jam 1 s.d jam 2, atau jam 2 s.d jam 3 atau jam 3 sd jam 4 dini hari. Yang penting syaratnya harus tidur dulu.

Satu jam di sepertiga malam? Apa saja aktivitasnya, selama itu? Oh itu, begini jawabnya untuk satu jam itu, aktivitasnya bisa antara lain; pertama.) Shalat tahajud 8 rakaat. Boleh dibagi dua rakaat satu salam (seperti shalat tarawih di bulan Ramadhan). Atau 4 rakaat dua salam. Setelah itu baca doa sehabis shalat Tahajud plus doa terserah Anda. kedua.) Dilanjutkan dengan shalat Witir 3 rakaat. Tutup deh dengan doa lagi. Yang penuh harap agar terkabul doanya. ketiga.) mengaji Qur'an. Boleh membaca surah-surah favorit antara lain, Al Waqiah, Al Mulk, Ar Rahman, Yaa Sin atau Al Kahfi. Atau terserah apa yang ingin Anda baca.

Tapi bagi mereka yang baru mulai belajar untuk shalat Tahajud, boleh lima belas menit atau setengah jam. Nggak musti harus satu jam. Artinya shalat tahajudnya dua rakaat, lalu ditutup shalat witir tiga rakaat. Nah habis itu, berdo'a-lah sebanyak yang kita mau. Minta apa saja yang kita inginkan. Sama Allah nggak usah sungkan-sungkan. Insya Allah, Allah suka dengan makhluk yang hanya minta kepada-Nya, bukan kepada yang selain-Nya. Misalnya, minta kepada syetan! Apalagi minta tolong sama musuh bebuyutan."Siape elu?" begitu katanya.

TAPI INI HARUS DICAMKAN. Jangan sampai tahajud dapat shalat subuhnya kesiangan, atau terlewatkan. Nggak shalat subuh. Ini berbahaya. Shalat subuh itu penting dan harus.

Shalat subuh di masjid itu, konon disaksikan oleh para malaikat dan do'a yang kita panjatkan di-amin-kan oleh para malaikat. Luar biasa. Caranya gimana supaya bisa tetap subuhan? Hmm, gampang hidupkan dong alarm di HP. Habis tahajud, jangan tidur lagi tetapi baca Qur'an. Atau menonton TV pengajian. Atau browsing internet update status di facebook. Asal jangan lebay, nulis statusnya beraroma pamer (riya), contohnya; "Hallo kawan2, aku sudah tahajud loh!kalian gimana, nggak sempat? ih amit-amit deh kok nggak tahajud sih, kayak gw gitu loh". Nanti dapat comment dari teman, begini; "lalu gw harus bilang WOW! gt? sambil koprol?..." nanti kita malah jadi sakit hati. Repot deh jadinya.

YANG HARUS DIINGAT! Untuk kita-kita (termasuk penulis) yang sedang gigih (belajar) jadi orang yang shaleh, taat dan taqwa sediakanlah totalnya 2 JAM untuk Allah (untuk ibadah kepada-Nya) dalam sehari-semalam. Dan (yang selebihnya) yang 22 jam itu, untuk aktivitas kehidupan kita sehari-hari seperti biasanya.Untuk belajar, untuk bisnis, usaha, untuk bekerja mencari sesuap rezeki atau sebongkah berlian, untuk membaca, untuk menulis bagi yang senang menulis, bermusik, untuk menari, untuk berolahraga, berekreasi, bersilaturahmi, arisan, atau untuk istirahat, dan jangan lupa sisihkan untuk tidur (wah kalau untuk yang ini sih so pasti, betul?).

Yuuk gunakan yang 22 jam itu untuk sesuatu yang bermanfaat, bukan yang mudharat apalagi yang dimurkai oleh Tuhan. Contohnya untuk berjudi, maksiat, dll. Nauzubillah.

Pandai-pandailah kita mengatur irama hidup kita, supaya nadanya terdengar manis dan harmonis. Tidak kacau dan amburadul. Sebab kalau suaranya nggak keruan, bikin capek telinga.

Semakin banyak aktivitas kita semakin berwarna hidup kita. Tidak monoton dan membosankan. Selamat beraktivitas kawan, jangan sampai melalaikan shalat!

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, Oktober 02, 2012

Wibawa

Kata "wibawa" sungguh sebagai kata yang aneh ketika aku mendengarnya pertama kali ketika masa kanak-kanak dulu.Apa sih arti "wibawa" itu pak? tanyaku pada orangtuaku. Kulihat dia sedikit berkernyit dahinya, ah susah juga dia menjelaskan arti kata "wibawa" kepada anak SD kelas tiga, pikirku.

Sama halnya ketika aku sering membaca kata "pemerintah" di halaman muka koran pagi. Waktu kutanya kepada bapak, apa arti "pemerintah". Dia menjelaskan dengan praktis, arti kata "pemerintah". Pemerintah itu contohnya, bapakmu ini pemerintah di rumah ini. Lho kok begitu? Ya iya khan, bapak suka memerintah kamu, contohnya "Jar, tolong bersihkan vespa bapak!", " Ayo cepat mandi, sarapan dan segera pergi ke sekolah!, atau  "Ayo shalat!".

Kini setelah paham bahasa Indonesia dengan fasih. Kutahu arti "pemerintah" dan arti kata "wibawa". Sekarang pertanyaannya adalah, sejauh mana wibawa pemerintah ketika menghadapi tawuran anak sekolah yang marak belakangan ini?

Tawuran merebak di akhir bulan September 2012. Menjadi sorotan karena menimbulkan korban jiwa. Pada hari Rabu 26 September 2012 terjadi lagi tawuran antara SMK Yayasan Karya 66 dengan Kartika Zeni. Satu siswa tewas bernama Deny dari SMK Yayasan Karya 66. Padahal baru saja hari Senin-nya, 24 September terjadi serangan oleh gerombolan anak SMAN 70 terhadap tiga anak  SMA Negeri 6. Menewaskan satu siswa SMAN 6. Rupanya yang swasta nggak mau kalah pamor soal tawuran! Masya Allah. 

Apakah anak-anak yang terlibat tawuran itu sedang menancapkan kata "WIBAWA" atas nama sekolahnya, terhadap sekolah lainnya? Atau si pelaku sedang menunjukkan kesombongannya bahwa "Gue Berani!" Hmm... tentu "wibawa" disini yang kumaksud dalam artian negatif.

Kalau ingin menorehkan "wibawa" dalam artian positif, bisa ditunjukkan diantaranya melalui adu kepintaran di ajang bergengsi, Lomba Karya Ilmiah Remeja, misalnya. Nah, kembali ke pertanyaan semula bagaimana wibawa pemerintah atas tawuran anak-anak sekolah itu?

Banyak pihak yang mempertanyakannya. Sebagian mencibir. Ah sudahlah aku tak ingin mengomentari soal pemerintahan sebab itu bukan ranahku. Yang menjadi pertanyaan mendalamku adalah, dimana peran ustadz selama ini? Terabaikankah soal remaja dari perhatian para ustadz? Boleh jadi karena ustadz "yang populer" lebih fokus ke fulus. Wow! begitukah?

Atau guru agamanya yang kurang maksimal menjelaskan mudarat-nya tawuran antar pelajar.

Janganlah ustadz disalahkan. Tak baik berburuk sangka kepada mereka. Perhatiannya sudah, tapi remajanya saja yang (mungkin ) tak memperhatikan apa kata ustadz. Wejangan ustadz dianggap kuno, ketinggalan zaman. Apa sebabnya? Karena bicaranya melulu tentang surga dan neraka.Menyinggung dikit soal surga dan neraka, mereka bilang membosankan! Masih jauh! Bahwa membunuh itu dosa. Dosa bikin kalian masuk neraka. Mereka bilang, udah deh pak jangan bawa-bawa dosa. Kalau sudah takdirnya mati, mati aja. Nasib pak!

Eh, jaga tuh mulut kalian. Mulut kalian sudah pernah makan bangku sekolahan belum? Siapa bilang bicara surga dan neraka itu kuno. Justru surga dan neraka itu adanya di masa depan, bukan masa silam. Surga dan Neraka bakal kita jumpai nanti setelah dunia ini KIAMAT! Loh-loh... kok jadi sewot begini ya aku. Maaf pembaca, hehehe...


Ada seorang ustadz yang cerita, dulu di zaman orba para pejabat sibuk bicara, "mari kita kencangkan ikat pinggang, ayo kita giatkan pola hidup sederhana!"... Tapi para pejabat tetap saja makmur, pola hidupnya mewah. Sementara rakyat, ada yang masih mengonsumsi nasi aking. Wow! gimana ini? Ternyata pejabat yang berkoar-koar itu, ketika dilirik celana panjangnya tidak ada sabuknya. Pantesan dia nggak bisa mengetatkan ikat pinggang.

Ternyata "wibawa" itu adalah "perwujudan" dari kata-kata kita ( perilaku kita). Satunya kata dengan perbuatan.Konsistensi! Titik!

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, September 25, 2012

Tawuran! (Mengenang kepergian Alawy)

Satu lagi murid SMA gugur dalam medan "Pertawuran".  Istilah "pertawuran" adalah kependekan dari perkelahian dalam tawuran. Kemarin Senin siang, 24 September 2012, Alawy Yusianto Putra (15), siswa Kelas X SMAN 6 Jakarta, meregang nyawa.  Dia menjadi korban tewas dalam penyerangan atas pelajar SMAN 6 oleh gerombolan anak SMAN 70 di Bulungan, Jakarta Selatan.

Konon dia bersama dua orang temannya sedang berjalan beriringan tiba-tiba ada segerombolan anak-anak SMAN 70 sekitar 30-an anak dengan memegang senjata tajam datang menyerang tiba-tiba. Alawy lari kencang menghindari serangan. Tetapi dia tak kuat berlari. Musuh lebih kuat. Chiiat! Zzeep! Clurit tajam menancap di dada kirinya. Melihat ada seorang yang terkapar, para penyerang lari terbirit-birit.

Aaaacch! Alawy mengaduh, terkulai lemas darah mengucur deras. Dua temannya tadi terluka. Sayang nyawa Alawy tak tertolong dia menghembuskan nafasnya yang terakhir di RS Muhammadiyah, Jakarta Selatan. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Orangtua mana yang tak tersayat-sayat hatinya melihat anak kesayangannya tewas gara-gara tawuran. Aku pun ikut merasa sedih yang mendalam. Prihatin dengan perilaku anak-anak remaja yang "hobi"-nya tawuran.

Apakah bisa dikatakan tawuran sebagai hobi? Terus terang aku belum menemukan kata yang pas untuk menyebut anak-anak remaja (SMA) yang menyukai tawuran. Nyatanya jika sudah lama tidak ada tawuran. Bukannya tawurannya hilang. Tetapi mereka yang suka (hobi) tawuran sedang menyusun stratergi (cari gara-gara) agar bisa menyulut tawuran.

Aku yakin bahwa mereka yang menusuk pasti menyesal. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Setiap tindakan kriminal ada hukumannya. Apakah bisa dikategorikan sebagai pembunuhan berencana? Karena senjata tajam yang dipakai buat tawuran, sudah disiapkan dari rumah. Mereka berangkat ke sekolah tidak hanya membawa buku pelajaran di dalam tasnya. Ada terselip senjata tajam di antara buku-buku di dalam tas sekolahnya. Penggaris yang dilancipkan ujungnya, rantai motor, bahkan pisau tajam dan clurit. Masya Allah.

Mereka berangkat ke sekolah dengan niat ingin belajar sudah itu lalu tawuran! Hancurkan musuh. Kalau perlu bunuh! Ck.. ck.. ck... Budaya kekerasan dipertontonkan, diajarkan lewat film, sinetron laga dan games(perang-perangan). Dampaknya? para remaja tersulut semangatnya. Terutama semangat tawuran!

Orangtua mana yang tidak gemas hatinya, malu bahkan hancur! ketika menyadari bahwa anak kandungnya dicap sebagai PEMBUNUH? Sepertinya dunia berhenti berputar, seakan semua tetangga kompak meneriakkan "Dasar, orangtua tak bisa mendidik anak!". Ibunda pasti meratap, bersimpuh di atas sajadah dengan air mata berurai, dia bertanya sekaligus mengadu kepada Ilahi, "Dosa apa kiranya yang aku perbuat, sehingga perilaku anakku seperti itu, Yaa Rabb?"

Aku dulu juga pernah jadi anak SMA di Jakarta, lulus 1981. Untung aku tidak bersekolah di SMA yang tergolong kerap terlibat tawuran. Beberapa kali sih, aku sempat dibuat cemas, mendengar isu akan diserang anak-anak SMA lain, sewaktu aku dan teman-teman pulang sekolah. Dan semasa sekolah dulu aku beberapa kali pernah melihat tawuran, terlibat belum dan aku memang tidak ingin melibatkan diri. Ngeri! Dan tak punya nyali.

Aku kadang merenung. Bertanya dalam hati, kok bisa ya mereka sesadis itu? Mereka mengejar seorang musuh (seorang remaja) bagai mengejar seekor tikus. Yang ada dalam benak mereka "Tangkap! Hajar dia. Habisi!". Sebaris kalimat setan, yang dihembuskan ke telinga-telinga yang terlibat tawuran. Apalagi kalau mereka yang terlibat tawuran sudah menelan pil setan (narkoba). Perilakunya sudah simetris dengan perilaku setan.

Apakah akibat dari pengaruh pil setan? Sikap mengasih sayangi sesama pelajar tersingkirkan. Sifat kemanusiaan yang penuh belas kasih, tercampakkan. Yang berkecamuk di dalam dadanya, adalah singkirkan lawan, nomor satukan ego (diri dan kelompok). Nasihat orangtua, guru dan kepala sekolah tak digubris. Apalagi nasihat ustadz! Ngomongin soal surga dan neraka kepada mereka. Dianggap angin!

Wahai remaja, sadarilah! Jangan sia-siakan masa mudamu. Setan paling suka menggoda anak muda. Kalau kalian sudah terjerumus, setan bertepuk dada. Tidakkah kalian kasihan kepada ibu dan ayah yang telah membesarkanmu, membiayai keperluan sekolahmu. Jangan kalian sia-siakan harapan ibunda dan ayahanda, yang senantiasa berdoa agar kalian menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.

Wassalam,
SangPenging@T!

Jumat, September 21, 2012

Menang vs Kalah

Jokowi-Basuki akhirnya memenangi Pilkada Cagub-Wagub periode 2012-2017. Kemarin, kamis 20 September 2012, dalam penghitungan Quick Count Jokowi-Basuki unggul atas Foke-Nara. Menurut hitung cepat versi Litbang Kompas, Jokowi-Basuki unggul dengan total suara 53,26 persen, sedangkan Foke-Nara mengantongi  46,74 persen dari total suara sah. Versi resmi KPU diumumkan nanti tanggal 3 Oktober 2012.

Pak Fauzi bersikap jantan. Dia memberikan ucapan selamat kepada mas Jokowi. Yah, begitulah namanya pertandingan. Ada yang menang, ada yang kalah. Yang menang pasti senang. Yang kalah pasti senep (eneg).
Apa mau dikata? Berani bertanding, berarti harus siap menang dan siap juga untuk kalah. Tetapi kerapkali kita suka nggak siap menghadapi yang namanya "Kekalahan". Ujung-ujungnya sibuk mencari kambing hitam, apa dan siapa yang menyebabkan kekalahan. Padahal siapa tahu biangkerok kekalahan ada pada dirinya sendiri.

Sesungguhnya menang-kalah itu ada dalam setiap "pertandingan hidup" di dunia ini. Dan hasilnya (kita menang atau kalah) baru bisa dilihat nanti di akhirat. Jauh amat? Ya, kelihatan jauh, padahal dekat. Mengapa begitu? Sebab kita tidak tahu kapan kiamat. Dan berapa lama lagi kita akan masuk liang kubur.

Hidup di dunia ini cepat rasanya. Coba anda ingat-ingat masa sekolah di TK dulu. Masih ingat? Hmm... rasanya seperti baru kemarin kita lulus dari TK. Eh, nggak tahunya sekarang sudah berusia kepala lima. (ini buat yang baca tulisan ini, yang kebetulan sudah berumur lima puluh tahun. Sama dong dengan yang nulis blog ini). Rasanya setengah abad hidup di dunia itu seperti baru hidup kemarin saja. Betul? Kalau anda jawab ndak betul, ini berarti sangkaan saya saja yang salah. Nggak usah dipermasalahkan.

Mengapa menang-kalahnya dalam pertandingan hidup ini, baru bisa dilihat nanti di akhirat? Ya, iyalah. Segala kekayaan, popularitas, jabatan dan apapun yang berbau dunia itu tidak ada artinya sama sekali jika anda nanti di akhirat dicemplungkan ke dalam neraka!

Dan orang-orang yang menang dalam pertandingan hidup di dunia ini adalah mereka yang berhasil masuk surga. Titik! Artinya dia mampu mengalah bujuk rayuan setan, iblis, tuyul dan sebangsanya. Apa bujukan mereka? Banyak! Kita disuruh korupsi, memaki-maki, tidak bersyukur, tidak amanah, berjudi, mabuk-mabukan dan banyak lagi perbuatan dosa yang lainnya. Tujuannya apa? supaya BISA MASUK NERAKA bersama-sama mereka. Hii, serem! Nauzubillah...

Apakah hakikatnya "pertandingan hidup" di dunia itu? Banyak. Diantaranya, pertandingan meraih pendidikan sampai jenjang yang tertinggi. Pertandingan mendirikan bisnis kecil-kecilan dan juga yang besar-besaran. Pertandingan membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah. Pertandingan membesarkan anak, agar tumbuh menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Dan masih banyak lagi "pertandingan hidup" yang lainnya.

Oleh karena itu waspadailah godaan musuh manusia itu. Bisa dari golongan manusia dan golongan jin. Golongan manusia jadi musuh kita? Iya, terutama saingan kita. Dia akan mati-matian membuat kita mati kutu tak berkutik. Agar supaya dia yang sukses, kita yang gagal. Jangan menyerah kawan! Pokok e ati-ati.

Temukan kiat sukses memenangkan pertandingan hidup ini. Caranya? Hadiri majelis taklim, baca buku-buku agama Islam. Dekati orang-orang "yang tak terbuai" lagi oleh kenikmatan semu duniawi.

Wassalam,
SangPenging@T

Selasa, September 18, 2012

Nggak Beda Jauh

Kadang aku merenung. Dan bercakap dalam hatiku. Kok sikapnya begitu ya? Menjengkelkan. Meremukkan hatiku. Apakah dia pikir sikapnya, wajar. Masak? Apakah jangan-jangan aku sebagai bapaknya yang bersikap menjengkelkan? Oh ya? Apa perlu diajak "duel"? Wah jangan! nanti KDRT? Lagipula bakal kalah aku melawannya. Badanku sudah renta begini, sementara dia masih segar bugar, bagai otot kawat tulang besi!

Kadang aku merenung. Dulu orang-orang tua di zaman angkatan tahun 1945, anaknya beruntun. Anaknya bisa, lima, enam bahkan duabelas. Enjoy aja tuh! Iya ya...jawabku dalam hati. Orang dulu punya prinsip, banyak anak banyak rezeki. Sehingga masalah dirasakan bukan masalah. Tetapi orang sekarang beranggapan banyak anak banyak masalah. (Ah, jangan-jangan ini perasaanku saja...?)

Terus terang saya dan istri, kadang merasa kehabisan kesabaran, menghadapi anak-anak. Ulahnya macam-macam. Maklum ABG (anak baru gede). Lalu kami merenung. Apakah jangan-jangan orangtua kita dulu juga begini ya? Menghadapi ulah kita sewaktu usia remaja (puber) dulu. Bikin susah, bikin jengkel. Bikin orangtua mau muntah!

Kalau sudah begitu, akhirnya kami memutuskan harus sabar menghadapi mereka. Jangan pakai kebijakan tangan besi. Tetapi pakai kebijakan, "engkau begitu, aku dulu begitu... nggak beda jauh. Maksudnya dulu kita juga tak ingin diperlakukan dengan kebijakan tangan besi, bukan?

Ternyata menghadapi anak dalam usia remaja (puber) itu butuh kesabaran tingkat tinggi. Dibiarkan, semakin liar. Dikasarin, semakin dhableg (berani). Didiamkan? Nah ini sepertinya ampuh memakai tehnik ini. Aku coba diamkan barang sehari dua hari. Ternyata sikapnya berubah. Kalau sudah cair, baru aku ngomong kepada mereka.

"Wahai anakku, kamu sudah besar, bukan anak-anak lagi... mbok yao perilakumu itu ditata. Etika bicara sama orangtua itu, jangan kasar! Itu tidak baik."

Sehari dua hari, berubah sikapnya. Terlihat lebih santun. Beberapa hari kemudian, wow biasa lagi. Yah, sudahlah ternyata memang begitu yang namanya remaja bersikap. Kalau sudah begini, kembali aku merenung. Dan berdoa "Maafkan aku Ibu, maafkan aku Ayah atas sikapku waktu remaja dulu..."

"Yaa Rabb, semoga Engkau masukkan Almarhumah Ibunda dan Almarhum Ayahanda kedalam golongan orang-orang yang menghuni surga-Mu..."

"Ampunilah dosa-dosa mereka dan ampuni pula dosa-dosa kami (anaknya...) Terimalah segala amal ibadah mereka, terimalah amal ibadah kami. Jauhkan mereka dari siksa kubur dan siksa api neraka, demikian juga kami. Lapangkanlah kuburnya, yaa..Rabb... Engkau Maha Pengasih, Engkau Maha Penyayang...Kasih Sayangilah mereka, sebagaimana mereka telah menyayangi kami sejak dari buaian. Kabulkanlah doa kami yaa Rabb, Aamiin...yaa robbal alamin..."

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, September 13, 2012

Gratis!

Siapa sih yang nggak suka dengan sesuatu yang "Gratis"? Saya rasa hampir sebagian besar konsumen suka dengan yang gratis. Asalkan barangnya berharga dan bermanfaat,  apalagi yang beraroma gratis, pasti disambar.

Namun ada orang yang alergi dengan yang berbau "gratis". "Nggak gue banget gitu loh!" itu komentar mereka yang ogah dengan yang serba gratis. Maklum, gengsi. Takut dibilang nggak mampu beli. Ogah dibilang kemaruk. Hehehehe...

Sekarang baru ke inti tema tulisan ini. Coba Anda amati, dari berbagai macam perintah ibadah. Rasa-rasanya, cuma ibadah SHALAT yang "Gratis!"  Lho Kok?

Coba lihat; Mau puasa? paling tidak harus punya uang buat beli makan sahur dan berbuka. Mau zakat? harus ada duitlah. Apa ada zakat yang tidak mengeluarkan duit. Zakat fitrah, pakai beras. Nah berasnya dibeli pakai apa? Duit. Mau pergi haji? apalagi, wow perlu jutaan rupiah!

Nah shalat? Begitu dengar adzan, tinggal ambil air wudhu, lalu shalat. Ah, tapi ya perlu-lah duit. Buat beli sarung, peci dan ngisi kotak amal? Oh iya betul itu. Tetapi membelinya, khan, tidak setiap kali kita mau shalat. Dan mengisi kotak amal pun kalau punya duit lebih. Dan nggak lagi pelit! Jadi tidak setiap shalat harus mengisi kotak amal, khan?

Hmmm.... tapi ingat. Sedekah itu menyangkut keimanan kita. Coba rasakan, ketika iman ini sedang bagus-bagusnya (dalam arti sedang dinaungi kasih sayang Allah). Maunya sedekah terus. Nggak sayang tuh mengeluarkan duit untuk sedekah. Sehari tanpa sedekah, rasanya gimana gitu loh (merasa rugi!). Tapi tatkala iman lagi lemah (breakdown!), menyodorkan uang seribu perak, beratnya bukan main. 

Begitu halnya dengan shalat, walau relatif shalat itu GRATIS, kok masih saja ada yang enggan shalat ya? bisa jadi iman orang itu sedang jelek performanya. Hawa nafsu duniawi sedang menaungi orang-orang yang malas shalat!

Ayolah kawan, kita rajin shalat yuuk. Jangan sia-siakan hidup kita, yang hanya sekali di dunia ini, TANPA SHALAT. Sungguh RUGI!

Wassalam,
SangPenging@T!



Senin, September 10, 2012

Masih Adakah Peluang Mencari Alasan?

Umumnya kita pandai membuat alasan dan lihai mencari-cari alasan. Mengapa? Pertama, agar terhindar dari sangsi hukuman. Kedua, kalaupun dihukum, diharapkan mendapat keringanan. Ketiga, untuk menghindar dari tanggung jawab.

Manusia dikaruniai otak untuk berpikir sebelum bertindak. Minimal untung ruginya buat kita apa? kalau ambil keputusan ini, untungnya apa, ruginya apa? Membuat "alasan" pun ternyata berkait erat dengan untung rugi. Ah, rupanya hidup tak bisa lepas dari untung, rugi.

Kalau kita perhatikan dengan cermat, ternyata ada satu perintah ibadah yang kita tidak bisa mencari-cari alasan untuk tidak mengerjakannya. Apa itu? SHALAT!

Anda mau cari alasan apa, untuk tidak shalat? Mentok-mentoknya paling tinggal satu jawaban, yaitu: MALAS! lho kok?

Jawaban atas pertanyaan ini apa coba? Mengapa saudara tadi pagi tidak shalat subuh?

"Bangun kesiangan!" terdengar jawaban tegas.

Aktifkan dong alarm di HP, atau jam wekker (jam meja). Dan mengapa orang tidak shalat Dhuhur, Ashar, Magrib dan Isya?

Terdengar jawaban klise, "Sibuk kerja! Nggak ada waktu! Sedang dikejar deadline! Takut dimarahi bos!"

Oh ya?!! Tetapi mengapa jawaban tadi bisa dikalahkan dengan (maaf), sewaktu Anda sedang sakit perut (terserang diare)! Untuk urusan perut dan dubur, sepertinya nggak ada tuh, alasan dikejar deadline, takut dimarahi bos, lalu Anda menunda-nunda ke toilet. Bisa berabe, khan?

Tetapi mengapa untuk urusan yang lebih luhur, yaitu melaksanakan perintah Allah Swt, Anda berani melanggarnya.

Pada dasarnya tidak ada alasan untuk TIDAK SHALAT! Jika sedang sakit flu (demam tinggi) sehingga tidak bisa wudhu.  Bagaimana?
Bila TIDAK memungkinkan kulit tersentuh air, karena luka atau flu. Silahkan bertayamum.
Kalau TIDAK bisa berdiri karena kaki sedang menderita asam urat. Shalat sambil duduk dong.
Jika TIDAK bisa duduk, kepala pusing tujuh keliling. Shalat sambil tiduran, boleh.
Hayo, Mau alasan apa lagi? Jadi sekali lagi TIDAK ada alasan untuk TIDAK SHALAT!

Tidak bisa bergerak sama sekali, tapi mata masih bisa merem melek. Nah, shalat pake isyarat mata, dibolehkan. Kalau pake isyarat sudah tidak bisa? HATI-HATI, bisa-bisa sebentar lagi giliran Anda yang dishalatkan!


Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, September 06, 2012

Menangis

Adakah manusia yang tidak pernah sekalipun menangis? Saya kira kok tidak ada. Sebabnya manusia itu bukan robot jadi dia bisa, boleh dan berhak menangis. Menangis itu sehat, jika pada tempat dan waktu yang tepat. Kapan manusia boleh menangis?  Tidak dibatasi, musti harus jam berapa. Selama 24 jam, manusia bisa menangis kapan saja. Bisa jam 6 pagi, boleh jam 12 malam. Kapan anda bisa nangis dan mau nangis monggo kerso (silakan saja).

Umumnya manusia yang waras akan menangis jika ditinggal oleh orang-orang yang dikasihi. Bisa orangtua, suami, istri, anak atau kekasih apalagi.

Jika menyangkut masalah hati, mudah kita untuk meneteskan airmata. Jadi yang menyebabkan kita menangis, pasti ada "sesuatu" yang menyentuh di hati. Entah itu soal duka, atau suka. Suka? ya, kalau kita sedang merasa gembira yang sangat, atau tertawa terbahak hingga perut sakit, niscaya airmata tak terasa ikut menetes.

Juga menyangkut persoalan pelik yang sulit diatasi, yang membuat hati putus asa, nelangsa, ini pun sudah bisa membuat orang sesegukan sambil meneteskan airmata. Oh, wanita suka begini.

Tadi pagi, kamis 6 sept 2012, ketika akan berangkat ke sekolah (SMA kelas satu), sehabis sarapan pagi, anak gadisku (si bungsu) sambil duduk dia meneteskan airmatanya. Membuat gundah seisi rumah. Kenapa nangis anakku? kata ibunya. Istriku lapor sudah dua hari ini setiap pulang sekolah dia menangis. Penyebabnya? nilai ulangannya ada yang merah. Dia merasa sangat bersalah, karena tidak bisa memberikan nilai terbaik.

Istriku bilang, Pa' apa mungkin kita terlalu menuntut nilai tinggi?

Oh, iya? mungkin saja itu bu, jawabku.

Akhirnya aku berikan dia kata-kata "petuah" yang moga-moga saja bisa memberi dia semangat dan menghentikan tangisnya. Aku peluk dia, "sudah tak usah menangis, berdoa kepada Allah agar kau mudah menangkap pelajaran yang diberikan ibu/bapak guru. Pacaran jangan dulu! Ayo tanamkan dalam dirimu bahwa kau mampu, kau bisa!"

Sekarang ibu dan bapak tidak akan memaksamu harus memilih IPA, tenang saja IPS juga tak masalah. Yang penting kau enjoy, ya nak!

Kulihat dia mengangguk, dan menyeka airmatanya.

Anakku, hidup ini perjuangan.Tidak bisa dilalui dengan berleha-leha. Tujuan akhir perjuangan bukan kekayaan dan kejayaan di dunia semata. Tapi kebahagiaan di akhirat. Jangan lupa shalat lima waktu, nak!
Insya Allah, dengan rajin shalat dan beramal shaleh kita bisa selamat dalam menempuh perjalanan hidup di dunia ini.


Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, September 04, 2012

Siapakah Malaikatul Maut Itu?

Malaikat Izrail adalah malaikat pencabut nyawa. Dia sangat taat kepada perintah Allah. Tidak membangkang barang sedikitpun. Tidak ada di antara kita, manusia biasa yang masih hidup, pernah melihatnya. Kecuali mereka, yang mungkin dalam hitungan detik,  sebentar lagi akan mati. Dan sebagian Nabi di masa hidupnya, boleh jadi ada yang pernah melihatnya. Wallahu alam bissawab.

Tapi kalau boleh saya berasumsi, maka sebetulnya malaikat maut itu sangat dekat dengan diri kita. Hanya kita saja yang tidak menyadarinya. Ah, masak sih?

Coba cermati dengan teliti, dalam setiap jengkal, setiap sudut kehidupan kita. Dan perhatikan tubuh kita. Bagi mereka yang sehat, wow ini jarang menjadi perhatiannya. Tapi bagi mereka yang sedang menderita penyakit jantung! seperti saya. Hmm, maka malaikat maut ada di sana, dekat sekali dengan jantungku. Siap menunggu perintah dari Allah, untuk menghentikan detak jantungku. Subhanallah.

Bagi mereka yang menderita gagal ginjal. Harus cuci darah. Nah, "malaikat maut"-nya adalah gagal ginjal. Sewaktu-waktu akan dicabut nyawa si penderita gagal ginjal, melalui ginjalnya yang sudah tidak berfungsi itu.

Untuk yang sehat segar bugar? Mana malaikat mautnya? Bisa berwujud diantaranya, "setang sepeda motor, gas dan rem"-nya. Lho kok begitu? Ya, iya. Coba bayangkan ketika si sehat bugar sedang mengendarai motornya dengan ugal-ugalan, tancap gas, main serobot... tak tahunya dari depan ada truk tronton yang menyambutnya. DhuarrR! tabrakan tak bisa dihindari. Si segar bugar kini terkapar. Tewas!

Yang hobinya pesta narkoba, dugem, minum-minuman keras. Wow! malaikat pencabut nyawa ada di antara mereka yang berpesta itu. Sudah banyak yang tewas, gara-gara berspekulasi mencampur minuman kerasnya dari berbagai merek. Masya Allah.

Ternyata hidup hanya sebentar. Cuma numpang lewat. Mati bisa kapan saja, dengan berbagai cara. Lewat sakit, lewat celaka, lewat hura-hura. Waspadalah kawan! Malaikat maut siap mencabut, dimana saja, kapan saja. Dan tidak menunggu, anda sudah siap mati atau belum! Anda sudah taqwa atau belum!

Ingat kata Nabi, "Pergunakan masa sehatmu, sebelum sakitmu! Manfaatkan masa hidupmu, sebelum matimu!"


Wassalam,
SangPenging@T!


Jumat, Agustus 31, 2012

Satu Jam

Rencanakan apa yang akan kita lakukan, niscaya paling tidak hidup kita akan tertata. Minimal satu jam sebelumnya kita sudah ancang-ancang mau ngapain nanti!

Apakah bisa? jelas bisa kalau kita mau. Misalkan jam 10 ada janji, minimal satu jam sebelumnya kita sudah punya plan-A, plan-B yang akan dibicarakan. Tanpa itu, pertemuan hanya berisi basa-basi. Lain halnya jika tujuan kita bertemu kawan, hanya untuk happy-happy. Tak perlulah direncanakan secara detail.

Hanya sayangnya kita sering lalai, jika dihadapkan dengan suatu kasus yang diluar dugaan kita. Ekstrimnya, yaitu jika satu jam lagi kita bakal ketemu malaikatul maut, Izrail. Artinya satu jam lagi kita akan berpindah alam. Sudahkah kita mempersiapkannya?

Ah mungkin anda berkata, itu terlalu menyeramkan. Lho? bukankah kita tidak tahu umur kita sampai kapan. Saya kira, alangkah baiknya jika kita senantiasa mempersiapkan bekal untuk kepulangan kita yang sewaktu-waktu. Tanpa kita tahu kapan?

Wassalam,
SangPenging@T

Senin, Agustus 27, 2012

Anaknya Siapa?

ANAK itu sumber kebahagiaan sebuah keluarga. Tanpa anak, hambar rasanya kehidupan rumah tangga. Bapak dan Ibu rela berkorban demi untuk mendapatkan anak. Segala cara dicoba dari yang murni (tawakal) kepada Allah, sampai yang berbau syirik. Nauzubillah

Tetapi anak bisa jadi sumber masalah. Anak kecanduan narkoba, orangtua terbawa-bawa. Punya anak atau tidak punya anak, sama-sama mengundang masalah. Tapi ingat, rasanya tidak pada tempatnya kesalahan ditimpakan kepada anak kita. Siapa tahu sumber masalah yang sebenarnya adalah diri kita sendiri. Sebagai orangtua tidak becus mendidik anak-anak kita sendiri! So? introspeksilah!

Setelah anak lahir, bahagianya bukan kepalang. Yang bapak merasa, kejantanannya sudah terbukti. Yang ibu merasa, benar-benar bangga bisa menjadi tempat menyimpan benih suami tercinta. Rasanya komplit menjadi seorang wanita.

Lalu anak tumbuh menjadi manusia dewasa. Ketika masih anak-anak, warna hidupnya bagai pelangi. Jabatan ayah senantiasa menjadi julukan yang diberikan masyarakat (tetangga) kepada anak kita.

"Anak siapa ini? ih lucunya, bikin gemes deh!"
Sebagai orangtuanya,  siapa yang tidak senang mendengar pertanyaan dan pernyataan itu.

"Anak siapa ini? cerdasnya bukan main"
Ini membuat setiap orangtua bangga hatinya.

"Anak siapa ini, bodohnya nggak ketulungan?"
Hati siapa yang tidak sesak, jengkel dan emosi mendengar pertanyaan bernada ejekan seperti itu. Kalau tidak ada yang memisahkan, dijamin sudah saling adu mulut, perang urat syaraf dan perang batin antar orangtua anak itu dengan yang mengajukan pertanyaan menghina itu.

Kembali ke tema tulisan ini. Profesi kita, ternyata menjadi perhatian anak-anak kita. Dulu, ketika aku menganggur. Setiap ada lembar isian dari sekolah anak, tentang jabatan orangtua. Anakku selalu jengkel.
"Pak, pekerjaan bapak apa sih?" .

Pertanyaan dari anakku itu membuatku tersenyum kecut. Iya ya, mau ditulis, "Pengangguran", rasanya kurang elok. Orang jawa bilang, ngisin-ngisini ( terjemahannya: "bikin malu!" ). Sudah tulis saja "karyawan", kataku berusaha menentramkan perasaannya.

Kalau kita tanpa jabatan, tetangga akan menjuluki anak kita sebagai; "anak pengangguran!"

Sesudah kerja di pabrik. Maka tetangga kita akan menjuluki anak kita sebagai; "anak buruh pabrik!"

Kemudian punya koneksi, masuk partai dan dipilih jadi anggota DPR. Para tetangga akan menjuluki anak kita sebagai; "wuih, itu lho anaknya anggota DPR!"

Pandai bergaul di kalangan atas kemudian kenal baik dengan presiden, maka kalau sedang nasib mujur,
tidak butuh waktu lama di DPR, eh tahu-tahu diangkat jadi menteri. Para tetangga pun terkagum-kagum, dan menjuluki anak kita sebagai; "yang itu lho temannya anakku sekolah di SD, sekarang jadi anaknya Menteri!"

Jabatan menteri kurang puas, mulai menyambangi teman-teman di DPR, mendekati rakyat lalu berusaha keras mengambil hati mereka. Lalu menggalang suara di partai. Lobi kiri-kanan. Untuk apa? Jelas dong untuk mengincar jabatan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA! Dasar bintangnya sedang bersinar, ditambah rajin ibadah plus sedekah, maka ketika diadakan Pilpres, ndilalah, ujug-ujug (wah bahasa apa ini?) terpilihlah  sebagai presiden RI menggantikan SBY. Wow keren! Akhirnya tetangga kita rame-rame tanpa ada komando akan menjuluki anak kita sebagai; "anak presiden RI!"

Luar biasa! Yang senang tentu keluarga kita. Yang benci tentu saingan kita. Saudara terasa semakin banyak. Mulai dari saudara dekat sampai saudara yang paling jauh, berebutan mengaku sebagai "saudaranya presiden RI". Saudara yang kita kenal, apalagi yang nggak kita kenal berlomba-lomba dulu-duluan salaman ketika lebaran.

Itulah romantika kehidupan di dunia, kawan. Tapi ingat, Allah tidak mempertimbangkan jabatan kita. Yang dilihat-Nya adalah ketaqwaan kita!

Sekian, semoga bermanfaat.
Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, Agustus 16, 2012

Template Baru!

Lebaran adalah hari yang paling ditunggu-tunggu kaum muslim di Indonesia, bahkan di dunia. Tapi di Indonesia sepertinya lebih seru. Dulu ketika aku kecil sekitar tahun 1974, lebaran selalu diwarnai dengan bunyi bising petasan saling bersautan. Tetapi sekarang lebih tenang. Paling-paling kembang api yang marak.

Menyambut lebaran tanpa baju baru rasanya kurang pas. Minimal baju yang masih pantas dan belum pudar warnanya. Ini sebagai simbol manusia "baru", yang barusan saja terbebas dari godaan setan selama bulan puasa. Tetapi yang baru saya kira lebih pas, yang mengukurnya adalah diri sendiri. Sudahkah kita jadi manusia taqwa? Seperti yang telah diungkapkan dalam firman Allah (QS Al Baqarah/2:183) bahwa hakikatnya tujuan puasa adalah agar menjadi manusia yang bertaqwa!

Sehubungan dengan menyambut lebaran, yang jatuh pada hari Minggu, tgl.19 Agustus 2012, maka tampilan blog-ku pun ikut-ikutan baru.

Selamat Idul Fitri 1433H
minal aidin wal faizin
mohon maaf lahir & bathin


jkt, 28ramadhan1433H
16agustus2012

Rabu, Agustus 15, 2012

Pelajaran Penting Ada Di Sekitar Kita

Menuntut ilmu tidak terbatas di bangku kuliah saja. Tamatan SD bisa setara S1, jika dia gigih menambah ilmu. Dengan berbagai cara, dia bisa memperkaya pengetahuannya. Bisa numpang baca di toko buku. Atau rajin mengunjungi dan meminjam buku di perpustakaan.

Aku mendapat pelajaran penting ketika diajak berkunjung ke keluarga istri, yang bermukim di pinggiran wilayah Bekasi. Hidupnya sederhana, ya mereka tergolong dalam ekonomi pas-pasan. Dari obrolan yang ada sepulang dari kunjungan itu, bisa disimpulkan bahwa mereka bisa seperti itu karena dulu tidak rajin di sekolah, sukanya berkelahi.

Ternyata kesengsaraan itu tanpa disadari dirancang sendiri sejak masa SD. Mereka yang bermalas-malasan sekolah sejak SD, maka hidupnya bakal mengalami kesulitan. Pendidikan itu penting. Nanti baru terasa, ketika saatnya memasuki dunia kerja.

Silaturahmi, bisa mendatangkan pelajaran berharga bagiku. Aku jadi terhenyak dengan melihat kehidupan keluarga di lingkunganku. Persoalan ekonomi dan pendidikan anak-anak mewarnai kekelaman hidup mereka.

Sangat kompleks persoalan hidup berumah tangga. Dan akan semakin parah jika kita semakin tak mengenal Allah. Mengeluh kepada orang, hanya mendatangkan kekesalan. Sebab jawabannya bisa tidak sesuai harapan yang kita inginkan. Tetapi berdoa kepada Allah, Insya Allah ada jalan keluarnya.

Yuuk rajin ibadah dan sedekah, kawan!


Rabu, Agustus 08, 2012

Tampil Beda Blogku Hari Iini

Sungguh membuat mata tak nyaman, menatap warna, motif dan desain yang sama. Membosankan! Itu menyangkut masalah selera tentunya. Tapi untuk pasangan kita, wow janganlah merasa bosan. Tak baik bagi kehidupan rumah tangga kita.

Tampilan blogku hari ini, Rabu 8 Agustus 2012, di bulan Ramadhan 1433H, aku ubah tampilannya. Harapannya, biar lebih nyaman dilihat dan enak ketika membaca tulisanku.

Memang manusia mudah bosan. Tapi kalau untuk urusan ibadah, tak kenal aku dengan kata bosan! Ini menyangkut masalah iman, kawan. Hati-hati kalau kita sudah terserang bosan shalat, bosan baca Qur'an, malas beramal shaleh. Hmm... itu tanda-tanda penurunan iman di kalbu kita. Waspadalah!

Itu tanda-tanda semakin jauhnya seseorang dari Hidayah Allah. Nauzubillah!

Jika kemalasan ibadah telah menyerang tubuh, segera lawan! Cepat-cepat tobat. Segera ambil wudhu, lalu shalat lima waktu yang rajin. Sesudah itu lazimkan membaca Qur'an.

Wassalam,
SangPenging@T!
m fajar irianto ludjito, ssn

Jumat, Agustus 03, 2012

Pura-pura

Manusia pandai bersandiwara. Dan sang rocker Ahmad Albar pun bersenandung, "dunia ini panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah...". Yah, memang begitulah adanya. Hati nggak senang, raut muka dibuat senang ketika tamu tak diundang datang, mengusik tidur siang, atau di saat kita sedang menikmati waktu istirahat. Hanya gara-gara ada persoalan penting yang harus diselesaikan segera. Tak mungkin ditunda barang sehari, menunggu hari esok. Orang bertamu ke rumah kita.

Entah berapa kali kita harus berpura-pura dalam sehari. Hidup dalam kepura-puraan sungguh menyiksa. Tapi memang harus begitukah? Aku senangnya bicara blak-blakan. Kadang tanpa disadari kata-kataku melukai lawan bicara. Oh, maafkan aku kawan.

Dulu kupikir, senyum itu harus dibuat-buat. Ngapain sih harus senyum, padahal tak usah tersenyum juga nggak apa-apa. Namun setelah kupahami seluk beluk perihal "senyum". Ternyata memang kita harus pandai menyunggingkan senyum. Mengapa? supaya tidak dibilang sombong, angkuh dsb. Tentunya senyum yang tulus dan pada tempatnya. Senyum sembarangan, bisa dibilang gila kita.

Pura-pura itu hanya untuk menutupi kekurangan kita. Tapi mengapa harus ditutup-tutupi? Katakan saja sebenarnya, jika memang "aku tidak bisa!". Jangan pura-pura kita bisa! Dan katakan juga bahwa "aku sanggup", kalau memang kita mampu!

Orang dinilai dari mulutnya dan perbuatannya. Mulut pandai mengobral janji. Mulut pandai bicara apa saja. Dan mulut biang keroknya permusuhan, diawali dengan gossip, desas desus dan isyu. Tak sesuainya kata dengan perbuatan kita, dapat menghancurkan reputasi. Jika reputasi sudah terpuruk, tamatlah nama baik kita.

Pura-pura itu macam-macam bentuknya. Mulai dari pura-pura puasa sampai pura-pura kaya. Setiap tahun kita ketemu namanya bulan puasa. Di bulan puasa ini, tahun 2012/1433H, kita kaum muslim wajib berpuasa, kecuali yang sakit atau sedang dalam perjalanan, atau sedang berhalangan (haid). Tapi berapa banyakkah orang yang berpura-pura puasa? Makan sahur tak lupa. Sampai kantor, masuk kantin. Pulang ke rumah, bilang ke istri, Huh! panas benar hari ini, siapkan, bu! es teh manis buat buka bapak. Pada hakikatnya dia telah berbohong di hadapan Tuhannya. Don't do it!


Yang bikin sengsara itu, kalau berperan pura-pura kaya. Semua serba dipoles, biar dibilang orang, kita orang kaya. Toh, suatu saat akan terbongkar juga, siapa diri kita sesungguhnya. Sungguh-sungguh orang kaya atau palsu.

Menjadi orang yang pura-pura takwa itulah yang disebut munafik. Yuk kita jadi orang takwa yang sebenar-benarnya, agar Allah tidak murka kepada kita.

Selamat menjalankan ibadah puasa. Puasa tinggal lima belas hari lagi. Tingkatkan puasa kita, tingkatkan ngaji kita. Ojolali, berburu pahala di malam Lailatul Qadar!

Wassalam,
SangPenging@T!
m fajar irianto ludjito

jakarta, lima belas ramadhan 1433H












Minggu, Juli 29, 2012

Habis Tamat Sudah Selesai

Betul-betul suatu kebetulan aku mendapatkan judul itu. Tanpa dirancang, tanpa pikir panjang. Pokoknya ketemu saja dengan judul untuk tulisan ini.Ya, begitulah nasib manusia hidup di dunia ini. Ada awal pasti ada akhirnya. Dilihat dari sudut mana saja, tetap ketemu dengan yang namanya "awal" dan "akhir".

Manusia lahir ke dunia ini diawali dulu sekali, sejak Nabi Adam diperintahkan turun ke bumi oleh Allah. Setelah sekian tahun, lalu berjumpa dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Maka sejak itu beranak-pinaklah umat manusia di muka bumi ini. Hingga nanti dunia ini kiamat, baru manusia berhenti berketurunan.

Dalam hidupnya manusia, diwarnai dengan berbagai rupa kehidupannya yang dijalaninya. Ada yang menghebohkan, ada yang biasa saja alias datar tanpa gejolak yang berarti. Itu tergantung seberapa berani manusia mengambil resiko. Orang hebat, tentu punya keberanian, ide dan kemampuan untuk mewujudkannya. Kehebatannya lambat laun akan tersiar di masyarakat, berkat media. Bahkan ke mancanegara, kalau memang prestasinya mampu membuat orang sedunia tercengang.

Tanpa media, orang butuh waktu lama untuk menjadi orang yang nge-"Top". Sepertinya media bisa menjadi tongkat ajaib si tukang sulap. Yang sekali ucap "abrakadabra!" langsung terwujud keinginan yang diharapkan. Tentu, media hanya penunjang. Yang penting adalah artis-nya itu sendiri. Siap diorbitkan, punya potensi hebat. Maka jadilah apa yang semestinya terjadi.

Kalau Allah sudah berkehendak, tak ada seorangpun yang mampu menolaknya. Ketika kita ingin jadi orang top, tetapi Tuhan belum mengijinkan nggak bakalan kita ngetop! Begitu juga, walau banyak orang ingin menjatuhkan tapi nasib baik masih berpihak, maka kita tak akan tergoyahkan.

Hanya harus disadari, berada di atas, jadi orang kaya, jadi orang terhormat, itu ada batasnya. Ada periodenya. Sehebat apapun penguasa, pasti akan terkikis kekuasaannya seiring dengan usianya.

Mulai dari presiden Soekarno sampai Suharto akhirnya tumbang. Sejak Firaun sampai Hitler juga terjungkal. Dari presiden Saddam Husein(Irak), Khadafi(Libia) sampai Hosni Mubarak(mesir) akhirnya roboh. Mereka adalah contoh nyata manusia yang enggan lengser, namun "massa" dan "masa" yang menyingkirkannya dari tampuk kekuasaan.

Deretan artis yang dulu Top sekarang sudah masuk kotak (mati). Mulai dari Elvis Presley, John Lenon sampai Michael Jackson. Di Indonesia ada yang sudah tiada, Broery Pesolima, Farid Harja yang ngetop di zaman aku SMP, dengan lagu "Karmila", dan masih banyak lagi penyanyi TOP di era tahun 60-an, 70-an, 80-an yang kini sudah masuk kotak alias sudah tidak ngetop lagi.

Artinya itu semua bagi mereka sudah "HABIS TAMAT SUDAH SELESAI".

Hikmahnya bagi kita yang masih hidup dan kebetulan masih menjadi manusia biasa belum jadi manusia Hebat, TOP dan Super. Belajarlah untuk tidak menjadi manusia yang gampang lupa diri. Jadilah manusia yang selalu INGAT KEMATIAN. Baik itu kematian yang sesungguhnya atau "kematian" dalam arti sudah tidak populer lagi, sudah tidak berkuasa lagi.

Ingatlah bekal untuk kepulangan kita ke alam akhirat. Hidup di dunia hanya sebentar. Cuma numpang lewat saja. Walau numpang lewat, tetap kita dituntut nanti pertanggungjawabannya. Pandai-pandailah menggunakan waktu kita. Jangan lupa shalat lima waktu!

Wassalam,
Sang Penging@T
m fajar irianto ludjito














  

Senin, Juli 23, 2012

Puasa 2012/ 1433H

Puasa sudah memasuki hari ke-3, di bulan Ramadhan 1433H (2012). Mulut terkunci, dan perut pun istirahat sejenak memamah makanan sejak imsyak sampai bedug magrib. Mata dan hati diharapkan juga pandai dijaga. Tujuannya agar puasa berjalan sempurna.

Setiap memasuki bulan puasa, suasana hati ini berbunga-bunga. Campur aduk rasa di hati ini. Jadi ingat masa kanak-kanak dulu. Rasa laparnya dan hausnya sih, masih tetap sama. Jam 12 siang, dengan sedikit memaksa dan ditambahi mimik memelas, sudah cukup memancing iba ibunda. Untuk akhirnya meluluskan permintaanku untuk berbuka puasa di tengah hari. Nikmatnya bukan main.

Pada suatu hari, ada kesempatan mencuri buah jambu tetangga yang sudah matang. Lalu bersama teman-teman bertiga, kami sepakat membatalkan puasa. Namun ketika saatnya berbuka puasa, ikut sibuk ambil makanan. Seakan-akan puasanya pol. Sebab berani mengaku tidak puasa, bisa dipotong uang lebaran. Kalau tidak salah ingat, setiap puasa satu hari diganjar Rp100,- seratus rupiah, oleh Ayahanda. Jadi jika puasanya pol sebulan penuh, bakal mengantongi uang lebaran Tiga Ribu Rupiah. Jumlah yang cukup besar di tahun 1970-an.

Ketika sudah dewasa seperti sekarang ini, aku merasakan kerinduan suasana puasa di masa kecil dulu. Ah, masa yang tak bisa terulang kembali. Cukup hanya dibayangkan saja dalam benakku. Dibangunkan untuk makan sahur, ketika masakan sudah siap tinggal disantap. Tetapi kini, harus bangun mempersiapkan makanan buat sahur dulu. Bantu-bantu sang istri. Sesekali, anak-anak juga ikut sibuk membantu, asal ada perintah. Tanpa perintah, mereka akan sibuk dengan smartphone-nya, tv bahkan tidur.

Perasaan sukacita di saat kanak-kanak ketika berpuasa, terasa berbeda ketika aku sudah berumah tangga. Usiaku sudah kepala lima. Orangtua sudah tiada, tetangga seangkatan orangtuaku pun lambat laun berguguran. Mereka sudah tidak bisa menikmati lagi bulan penuh berkah, bulan ampunan.

Kini aku termenung, puasa sudah tiga hari. Al Qur'an yang kubaca teratur tiap pagi satu ain sejak Ramadhan tahun lalu, kini sudah sampai di juz Amma. Padahal tekadku harus khatam sebelum Ramadhan tahun ini. Ini entah sudah khatam yang ke berapa kali. Tak kumenghitungnya. Tak apalah kupikir daripada tak khatam-khatam. Mudah-mudahan hari ini bisa selesai. Untuk kemudian kumulai lagi dari juz pertama terus berlanjut sampai Ramadhan tahun depan. Jika aku masih diberi umur.

Di masjid selepas shalat taraweh aku ikut juga berpartisipasi mengaji tadarus. Sudah masuk juz lima di bulan Puasa ini. Tapi tetap di rumah aku mengaji sesuai urutanku sendiri.

Bulan puasa tahun ini, berita duka dari masjid dekat rumahku, sudah ada dua berita duka. Itu tandanya, hidupnya sudah usai puasanya sudah selesai. Untuk kita yang masih diberi usia, selesaikanlah puasa dengan sempurna. Tumpuklah pahala sebanyak mungkin yang kita bisa, kawan.

Selamat menjalankan ibadah puasa.









Selasa, Juli 17, 2012

Anakku

Melihat status facebook seorang teman, aku meneteskan airmata. Dia meng-upload foto-foto suasana ketika melepas seorang anak perempuannya yang bersekolah di Boarding School. Terlihat di foto itu anaknya sedang menangis di pundak ayahnya. Sementara ayahnya berusaha untuk menenangkannya. Mungkin sambil membisikkan kata-kata yang (diharapkan) bisa meneguhkan hati anaknya.

Anak itu titipan dari Allah. Mau kita apakan tatkala masih kecil, akan berpengaruh sesudah dewasa nanti. Pendidikan adalah kata kuncinya. Bagi orangtua yang mampu, boarding school adalah pilihan utamanya. Dengan harapan, kelak dia tumbuh menjadi pribadi muslim yang tangguh. Mereka mengkhawatirkan pendidikan umum. Apalagi di kota besar, dengan lingkungan pergaulan yang beraneka ragam. Ada yang positif ada yang negatif.

Ekstrimnya punya anak laki-laki atau perempuan sama sama membuat hati kita sebagai orangtua, was-was. Yang punya anak perempuan takut dihamili. Sementara yang punya anak laki-laki, takut menghamili. Nauzubillah.

Kita perlu menjaga anak remaja kita dengan baik. Memenuhi kebutuhan dasarnya. Memberikan pendidikan agama dengan tepat. Mengapa saya menangis melihat status fb teman di atas? Saya merasa belum berbuat banyak untuk anak-anak saya. Tetapi saya bersyukur ibundanya bisa mengimbangi kekurangan bapaknya. Dia sangat care dengan anak-anak kami. What about me? Maafkan bapak, anakku. Bapak merasa belum maksimal memberikan yang terbaik untuk kalian.

Sebuah keluarga tanpa kehadiran anak akan terasa hambar. Tetapi punya anak, punya potensi seribu satu masalah. Anak bisa membuat kita bangga sebagai orangtua. Namun sebaliknya anak juga bisa mencoreng nama baik, bapak ibunya. Yah, beginilah hidup. Punya dan tidak punya anak, kita tetap harus bersyukur.

Ya Rabb, bimbing daku agar dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anakku agar mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.

Kamis, Juni 28, 2012

Nafsu Berbelanja

Belanja adalah suatu kebiasaan manusia. Biasa dilakukan di pagi hari oleh ibu-ibu rumah tangga. Tapi sekarang belanja bukan monopoli ibu-ibu lagi. Siapapun boleh berbelanja. Apalagi sejak supermarket, pasar modern tumbuh bak jamur di musim hujan. Belanja bukan lagi keluar masuk tempat yang becek dan semrawut, seperti kondisi pasar inpres zaman dulu.

Orang bijak bilang, belanjalah sesuai kebutuhan. Urutkan yang penting dulu. Supaya tidak ngaco pengeluarannya, biasakan susun daftar belanjaan.

Aku tahu itu. Tapi kemarin sore, rabu 27 juni 2012, sepulang dari tempat kerja, aku mampir di sebuah supermarket di pinggiran jalan Daan Mogot, tanpa punya susunan daftar belanjaan.

Niatku hanya ingin membeli roti tawar sebungkus plus coklat warna-warni untuk ditaburi di atas roti tawar. Roti itu untuk sahur, puasa kamisku. Tapi begitu masuk ke dalam supermarket, hmm... ternyata mata ini jelalatan kemana-mana. Segala apa yang ada di rak dilirik. Tanpa pikir panjang, main ambil.

Akibatnya, keluar dari supermarket bawaan belanjaanku banyak benar. Sampai di rumah, melihat isi dompet barulah aku sadar, ternyata sebagian yang kubeli masih ada di rumah. Pengeluaran yang seharusnya bisa dihemat, malah keluar sebelum waktunya. Nafsu belanja bikin anggaran keuangan keluarga tak terkendali.Berhati-hatilah dengan nafsu belanja.

Selasa, Juni 26, 2012

Menulis Lagi

Lagi menulis jangan diusik nanti buyar konsentrasiku. Lama sudah aku tak menyambangi blogku ini. Oh kasihan. Mungkin karena aku keasyikan menulis di catatan halaman facebook-ku. Sehingga blogku agak terabaikan. Kalau saja blog ini seorang anak, apalagi anak kandung, tentulah dia boleh merasa iri. Merasa dianak-tirikan. Oh begitu ya? Yang pasti dia akan ngambek.

Menulis ternyata mengasyikkan. Apalagi membaca. Pandai membaca dan menulis bisa mencerdaskan. Membaca bisa membebaskan kita dari belenggu kebodohan. Aku tak tahu rasanya bagaimana orang yang tak pandai membaca tulisan bahasa Indonesia, sekalipun dia orang Indonesia asli.

Mungkin rasanya seperti ketika dulu aku tinggal di Bangkok, Thailand. Ufh, melihat tulisan Thai di sepanjang pertokoan di tepi jalan, aku hanya bisa meraba-raba tulisan apa itu. Lalu kucocok-cocokan dengan barang di etalase. Oh, jelas itu tulisan toko arloji, misalkan ketika kulongok di dalam toko yang terpajang adalah sederetan arloji dengan berbagai merek. Huruf Thai seperti ular meliuk-liuk, bagai huruf jawa kuno. Lama di negeri asing, rindu juga dengan tulisan Indonesia. Rasanya ingin cepat-cepat pulang ke tanah air tercinta.

Tak pandai membaca huruf Thai, rasanya seperti hidup di zaman pra sejarah. Komunikasinya mengandalkan gambar dan mimik mulut. Tapi untungnya hampir setiap toko mengikut sertakan tulisan dalam bahasa Inggris. Jadi ini melegakan diriku sebagai manusia yang serba ingin tahu.

Membaca huruf Thai nggak bisa, apalagi menulisnya. Tapi kini kita tak usah pusing tujuh keliling karena ada Google Terjemahan. Contohnya, apa bunyi huruf Thai di sebelah ini  รุ่งอรุณ. Bingung Anda mengartikannya? coba copy dan paste di google terjemahan. Maka Anda akan tahu apa yang saya tulis itu.

Ada google menulis jadi gampang! thanks Google...

Kamis, April 05, 2012

Andaikata

Pada umumnya orang senang berandai-andai. Tidak terkecuali saya. "Andaikata..., seumpama..., kalau saja..., boleh jadi...", itulah kata awal yang sering dipakai orang. Terutama setelah mengalami nasib apes. Rugi. Nestapa, dll.

Orang yang tidak bisa membuat rencana. Hidupnya hanya main tubruk. Sukanya sekonyong-konyong. Nggak sabaran. Cenderung nantinya akan menggunakan kata yang beraroma "berandai-andai". Selalu mencari alasan untuk kegagalan yang menimpanya. Hal ini terjadi sesudah musibah menimpanya.

Jika sesuatu belum terjadi, maka kata "berandai-andai" kerap dipakai oleh orang yang suka mengkhayal. Dia cukup puas dengan mengkhayal saja, namun enggan mewujudkannya.

Sebentar lagi saya memasuki usia limapuluh tahun. Wow itu artinya sudah setengah abad saya berada di dunia yang fana ini. Sudah banyak saya berandai-andai. Susah menghitungnya. Keinginan saya sering melompat-lompat. Belum tuntas yang satu, sudah mau yang lain.

Sudah saatnya saya serius dengan kehidupan ini. Lima puluh tahun yang lampau sudah cukup bagi saya menjalani hidup dengan berandai-andai. Surga harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh. Tidak cukup dengan andaikata saya masuk surga. Ah, ini bujukan setan yang menyesatkan.

Saya bertekad, berketetapan hati mengisi hidup di tahun-tahun mendatang untuk tidak menyesal atas keputusan hidup yang sudah saya goreskan. Semoga Allah senantiasa membimbing apa yang saya putuskan, sehingga saya tidak lagi menggunakan kata-kata yang meninabobokkan, "Andaikata..., seumpama..., kalau saja..., boleh jadi...".

Penyesalan yang paling mendalam dan menyesakkan dada serta merobek hati, saya pikir adalah ketika kita ternyata dicemplungkan ke dalam neraka. Padahal kita yakin benar masuk surga. Nauzubillah...


Ya Rabb, Maha Pengasih, Maha Penyayang... Jangan masukkan hamba ke dalam golongan penghuni neraka. Berilah petunjuk kepadaku jalan menuju ke surga-Mu... jauhkan hamba dari godaan setan yang Engkau kutuk. Aamiin ya Rabbal aalamiin...

Senin, April 02, 2012

Ingat

Ingat, saling mengingatkan itu penting dan perlu. Bukankah manusia tempatnya lupa? Sungguh bahagia hati saya tatkala ada orang yang mengingatkan saya, untuk tetap berada di "track" yang benar. Dan lurus! 

Ternyata karena terlena dengan catatan di facebook-ku, akhirnya tulisan di blog-ku terabaikan. Hmm... ini jelas salah satu dari tiada yang mengingatkan itu tadi. Akibatnya bulan Maret berlalu begitu saja, tanpa ada tulisan yang kubuat untuk blog ini. Ah, rasanya lebih asyik membahasakan diri ini dengan "aku" ketimbang "saya".

Ada paham "eling" yang tumbuh di masyarakat Jawa. Sehingga tak perlu shalat, cukup dengan eling marang Gusti Allah, maka terbebaslah dari tugas untuk shalat lima waktu. Enak benar ya kalau begitu. Padahal jelas shalat adalah perintah Allah. Wajib dikerjakan! Tidak ada alasan, tidak ada waktu. Atau cukup dengan "ELING" atau "INGAT".

Fungsi adzan yaitu untuk mengingatkan manusia supaya berhenti sejenak dari rutinitas kerja. Stop! Dan segera ambil wudhu, lalu shalat! Lebih baik kalau berjamaah. Kalau tidak memungkinkan shalat-lah sendirian. Lebih baik di masjid. Jika tidak memungkinkan, cukup di mushalla, di samping meja kerja, atau di pojok ruang yang sempit. Yang penting shalat!

Jumat, Februari 24, 2012

Sales

Profesi penjual atau sales ternyata sudah lama ada. Mungkin sejak Nabi Adam beranak pinak hingga menyebabkan ratusan keluarga baru hadir ke dunia waktu itu. Mereka mulai tinggal berjauhan dan menuntut aneka macam kebutuhan. Dan semua itu tidak mungkin dipenuhi oleh keluarga sendiri. Apalagi dengan cara barter. Susah!

Apalagi kini penduduk dunia sudah mencapai lima miliar lebih. Wow fantastik! Keinginan, keperluan dan kebutuhannya tentu banyak betul. Maka diciptakanlah produk dan jasa. Produk dan jasa yang sejenis banyak, apalagi yang berlainan. Produk dan jasa yang tak laku bikin pengusaha gigit jari. Makanya dibutuhkan profesi penjual atau Sales!

Menjual itu penting dan perlu. Karena ada penjualan maka perusahan bisa tumbuh dan berkembang. Roda ekonomi terus bergerak. Penjualan dan iklan saling bersinergi. Iklan mendukung penjualan. Dan produk yang baik dan bermanfaat mendukung penjualan. LHo? mau bukti. Walaupun sales ngomong mulutnya sampai berbusa-busa mengalahkan busa deterjen tapi kalau produknya memang jelek, maka penjualan tetap jeblok. Alias nggak ada yang mau beli! Kalau sudah begini lalu sibuk cari kambing hitam. Sales yang o'on atau produknya yang invalid?

Ambil contoh produk "Kecap". Ada banyak merek kecap. Tapi tak ada satupun yang sudi bilang "Kecap Gue No.2". Kita pun sebagai suami tak sudi dibilang oleh istri, "suami saya no.2". Betul? Lho, memangnya istri itu salesnya suami? eEe.. kok merembet ke masalah keluarga ya? ok oke mari kita ke jalur yang benar, eits ke masalah inti tulisan ini.

Orang itu pada hakikatnya perlu dipancing dulu baru mau beraksi. Dan orang memang perlu dipancing kebutuhannya. Kalau birahi kebutuhannya sudah naik, maka produk dan jasa apa saja yang ditawarkan tanpa pikir panjang akan disambarnya. Kalau sudah begitu maka manusia jadi makin gairah cari duit dan buang duit. Ini kerjaannya orang iklan dan para salesman! hehehe ... memancing kebutuhan manusia.

Tidak setiap manusia punya kemampuan menjual. Namun kalau menjual yang dimaksud sebagai juga kemampuan diri untuk menarik lawan jenis agar tertarik, maka paling tidak setiap manusia punya jiwa "sales". Minimal pilih aku dong! karena aku ini bla,bla, bla... dan menjanjikan masa depan yang bla, bla, bla...

Kok sang pengingat nulis tulisan beginian sih? Namanya juga pengingat, ya jadi seingat yang ada di dalam ingatanlah yang akan tertuang dalam tulisan sang pengingat.

Terus terang mengingatkan orang untuk shalat itu berat. Sama beratnya menunaikan tugas memenuhi target penjualan bulanan yang sudah ditetapkan sales manager. Tapi kalau tahu trik dan caranya tentulah tidak seberat yang dipikirkan.

Wassalam.

SangPenging@T
mfajar irianto ludjito, ssn

Senin, Februari 20, 2012

Satu Jam Saja

Judulnya mirip judul lagunya Audy. Syairnya diantaranya berbunyi "... satu jam saja... kuingin diam berdua mengenang yang pernah ada..." . Ah... tak baik rasanya berdiam diri tanpa sesuatu yg dikerjakan oleh pikiran maupun badan.

Satu jam waktu yang pas untuk merencanakan apa-apa yang akan kita lakukan setelah kerja atau berdiam diri atau sesudah tidur. Lagi kerja? apa sempat tuh ngerencanain satu jam lagi mau ngapain? bangun tidur langsung susun rencana satu jam kedepan mau apa? ah ada-ada saja.

Kalau nggak bisa ya nggak papa. Emangnya dipaksa harus nyusun rencana. Satu jam itu buat aku. Buat kamu? ya terserah situ sajalah. Yang pasti aku sedang gigih mencoba disiplin menyusun rencana hour by hour! Satu jam kerjaan harus selesai, kalau nggak bisa ya tambah lagi satu jam. Yang penting tidak melebihi batas waktu yang disyaratkan. Menepati batas waktu (deadline).

Satu jam bisa bermanfaat. Jika kita memanfaatkan waktu yang sejam itu untuk menghadap kepada Allah azza wa jalla ( Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung) di sepertiga malam. Antara pukul 2 hingga 3 atau antara jam 3 sampai jam 4.. Woww nikmaat betul rasanya. Namun jarang tuh ada yang mau menikmatinya. Penulis saja masih sering dikalahkan oleh hawa nafsu untuk melaksanakannya.

Perintah shalat lima waktu, jika dikerjakan memakan waktu hanya kurang lebih sepuluh menit. Total jenderal shalat lima waktu hanya butuh lima puluh menit. Kurang tuh satu jam. Tapi jika shalat yang khusuk plus doa yang agak panjang, shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya bisa menghabiskan SATU JAM.

Sehari itu ya 24Jam! nggak lebih nggak kurang, mau suka atau tidak ya segitu. Pemanfaatan yang dua puluh empat jam itu setiap orang bermacam-macam. Ada yang 24 jam nyantai terussss! Apa bisa? bisalah kalau dia anaknya konglomerat yang duitnya nggak habis dipakai tujuh turunan. Atau dianya memang orang superkaya.

Atau memang dia terkenal sebagai supermalas bukan superkaya. Jadi waktu yang 24jam itu untuk bermalas-malasan saja. Cari uang? ogah, karena masih ada yang bisa diandalkan.

Ada orang yang 24 jam yang dipikirannya adalah kerja, kerja, kerjaan! itu thok! Istri dan anak-anak terlantar.. eh wanita di luar sana yang dipikirin. Allah? boro-boro. Makanya orang yang begini ini kagak doyan ame shalat! Nauzubillah.

Lho kok malah fokusnya jadi 24 jam bukan satu jam saja? Iya yaa mustinya ganti judulnya nih tulisan. Maksudku begini gunakan semaksimal mungkin waktu SATU JAM untuk menghadap kepada Allah. Untuk akhirat. Jangan melulu pikirannya mikir duniaaaa sajaaaa!

Oke?

Wassalam.
SangPenging@T
m fajar irianto ludjito, ssn


catatan fb//12 Januari 2012 pukul 7:22 ·