Kadang aku merenung. Dan bercakap dalam hatiku. Kok sikapnya begitu ya? Menjengkelkan. Meremukkan hatiku. Apakah dia pikir sikapnya, wajar. Masak? Apakah jangan-jangan aku sebagai bapaknya yang bersikap menjengkelkan? Oh ya? Apa perlu diajak "duel"? Wah jangan! nanti KDRT? Lagipula bakal kalah aku melawannya. Badanku sudah renta begini, sementara dia masih segar bugar, bagai otot kawat tulang besi!
Kadang aku merenung. Dulu orang-orang tua di zaman angkatan tahun 1945, anaknya beruntun. Anaknya bisa, lima, enam bahkan duabelas. Enjoy aja tuh! Iya ya...jawabku dalam hati. Orang dulu punya prinsip, banyak anak banyak rezeki. Sehingga masalah dirasakan bukan masalah. Tetapi orang sekarang beranggapan banyak anak banyak masalah. (Ah, jangan-jangan ini perasaanku saja...?)
Terus terang saya dan istri, kadang merasa kehabisan kesabaran, menghadapi anak-anak. Ulahnya macam-macam. Maklum ABG (anak baru gede). Lalu kami merenung. Apakah jangan-jangan orangtua kita dulu juga begini ya? Menghadapi ulah kita sewaktu usia remaja (puber) dulu. Bikin susah, bikin jengkel. Bikin orangtua mau muntah!
Kalau sudah begitu, akhirnya kami memutuskan harus sabar menghadapi mereka. Jangan pakai kebijakan tangan besi. Tetapi pakai kebijakan, "engkau begitu, aku dulu begitu... nggak beda jauh. Maksudnya dulu kita juga tak ingin diperlakukan dengan kebijakan tangan besi, bukan?
Ternyata menghadapi anak dalam usia remaja (puber) itu butuh kesabaran tingkat tinggi. Dibiarkan, semakin liar. Dikasarin, semakin dhableg (berani). Didiamkan? Nah ini sepertinya ampuh memakai tehnik ini. Aku coba diamkan barang sehari dua hari. Ternyata sikapnya berubah. Kalau sudah cair, baru aku ngomong kepada mereka.
"Wahai anakku, kamu sudah besar, bukan anak-anak lagi... mbok yao perilakumu itu ditata. Etika bicara sama orangtua itu, jangan kasar! Itu tidak baik."
Sehari dua hari, berubah sikapnya. Terlihat lebih santun. Beberapa hari kemudian, wow biasa lagi. Yah, sudahlah ternyata memang begitu yang namanya remaja bersikap. Kalau sudah begini, kembali aku merenung. Dan berdoa "Maafkan aku Ibu, maafkan aku Ayah atas sikapku waktu remaja dulu..."
"Yaa Rabb, semoga Engkau masukkan Almarhumah Ibunda dan Almarhum Ayahanda kedalam golongan orang-orang yang menghuni surga-Mu..."
"Ampunilah dosa-dosa mereka dan ampuni pula dosa-dosa kami (anaknya...) Terimalah segala amal ibadah mereka, terimalah amal ibadah kami. Jauhkan mereka dari siksa kubur dan siksa api neraka, demikian juga kami. Lapangkanlah kuburnya, yaa..Rabb... Engkau Maha Pengasih, Engkau Maha Penyayang...Kasih Sayangilah mereka, sebagaimana mereka telah menyayangi kami sejak dari buaian. Kabulkanlah doa kami yaa Rabb, Aamiin...yaa robbal alamin..."
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar