Adsense

Selasa, September 25, 2012

Tawuran! (Mengenang kepergian Alawy)

Satu lagi murid SMA gugur dalam medan "Pertawuran".  Istilah "pertawuran" adalah kependekan dari perkelahian dalam tawuran. Kemarin Senin siang, 24 September 2012, Alawy Yusianto Putra (15), siswa Kelas X SMAN 6 Jakarta, meregang nyawa.  Dia menjadi korban tewas dalam penyerangan atas pelajar SMAN 6 oleh gerombolan anak SMAN 70 di Bulungan, Jakarta Selatan.

Konon dia bersama dua orang temannya sedang berjalan beriringan tiba-tiba ada segerombolan anak-anak SMAN 70 sekitar 30-an anak dengan memegang senjata tajam datang menyerang tiba-tiba. Alawy lari kencang menghindari serangan. Tetapi dia tak kuat berlari. Musuh lebih kuat. Chiiat! Zzeep! Clurit tajam menancap di dada kirinya. Melihat ada seorang yang terkapar, para penyerang lari terbirit-birit.

Aaaacch! Alawy mengaduh, terkulai lemas darah mengucur deras. Dua temannya tadi terluka. Sayang nyawa Alawy tak tertolong dia menghembuskan nafasnya yang terakhir di RS Muhammadiyah, Jakarta Selatan. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.

Orangtua mana yang tak tersayat-sayat hatinya melihat anak kesayangannya tewas gara-gara tawuran. Aku pun ikut merasa sedih yang mendalam. Prihatin dengan perilaku anak-anak remaja yang "hobi"-nya tawuran.

Apakah bisa dikatakan tawuran sebagai hobi? Terus terang aku belum menemukan kata yang pas untuk menyebut anak-anak remaja (SMA) yang menyukai tawuran. Nyatanya jika sudah lama tidak ada tawuran. Bukannya tawurannya hilang. Tetapi mereka yang suka (hobi) tawuran sedang menyusun stratergi (cari gara-gara) agar bisa menyulut tawuran.

Aku yakin bahwa mereka yang menusuk pasti menyesal. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Setiap tindakan kriminal ada hukumannya. Apakah bisa dikategorikan sebagai pembunuhan berencana? Karena senjata tajam yang dipakai buat tawuran, sudah disiapkan dari rumah. Mereka berangkat ke sekolah tidak hanya membawa buku pelajaran di dalam tasnya. Ada terselip senjata tajam di antara buku-buku di dalam tas sekolahnya. Penggaris yang dilancipkan ujungnya, rantai motor, bahkan pisau tajam dan clurit. Masya Allah.

Mereka berangkat ke sekolah dengan niat ingin belajar sudah itu lalu tawuran! Hancurkan musuh. Kalau perlu bunuh! Ck.. ck.. ck... Budaya kekerasan dipertontonkan, diajarkan lewat film, sinetron laga dan games(perang-perangan). Dampaknya? para remaja tersulut semangatnya. Terutama semangat tawuran!

Orangtua mana yang tidak gemas hatinya, malu bahkan hancur! ketika menyadari bahwa anak kandungnya dicap sebagai PEMBUNUH? Sepertinya dunia berhenti berputar, seakan semua tetangga kompak meneriakkan "Dasar, orangtua tak bisa mendidik anak!". Ibunda pasti meratap, bersimpuh di atas sajadah dengan air mata berurai, dia bertanya sekaligus mengadu kepada Ilahi, "Dosa apa kiranya yang aku perbuat, sehingga perilaku anakku seperti itu, Yaa Rabb?"

Aku dulu juga pernah jadi anak SMA di Jakarta, lulus 1981. Untung aku tidak bersekolah di SMA yang tergolong kerap terlibat tawuran. Beberapa kali sih, aku sempat dibuat cemas, mendengar isu akan diserang anak-anak SMA lain, sewaktu aku dan teman-teman pulang sekolah. Dan semasa sekolah dulu aku beberapa kali pernah melihat tawuran, terlibat belum dan aku memang tidak ingin melibatkan diri. Ngeri! Dan tak punya nyali.

Aku kadang merenung. Bertanya dalam hati, kok bisa ya mereka sesadis itu? Mereka mengejar seorang musuh (seorang remaja) bagai mengejar seekor tikus. Yang ada dalam benak mereka "Tangkap! Hajar dia. Habisi!". Sebaris kalimat setan, yang dihembuskan ke telinga-telinga yang terlibat tawuran. Apalagi kalau mereka yang terlibat tawuran sudah menelan pil setan (narkoba). Perilakunya sudah simetris dengan perilaku setan.

Apakah akibat dari pengaruh pil setan? Sikap mengasih sayangi sesama pelajar tersingkirkan. Sifat kemanusiaan yang penuh belas kasih, tercampakkan. Yang berkecamuk di dalam dadanya, adalah singkirkan lawan, nomor satukan ego (diri dan kelompok). Nasihat orangtua, guru dan kepala sekolah tak digubris. Apalagi nasihat ustadz! Ngomongin soal surga dan neraka kepada mereka. Dianggap angin!

Wahai remaja, sadarilah! Jangan sia-siakan masa mudamu. Setan paling suka menggoda anak muda. Kalau kalian sudah terjerumus, setan bertepuk dada. Tidakkah kalian kasihan kepada ibu dan ayah yang telah membesarkanmu, membiayai keperluan sekolahmu. Jangan kalian sia-siakan harapan ibunda dan ayahanda, yang senantiasa berdoa agar kalian menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.

Wassalam,
SangPenging@T!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar