Kalimat "...yang di atas" kerap kita dengar diucapkan orang. Biasanya artis yang mengucapkannya ketika sedang diwawancara dalam tayangan infotainment. Terus terang aku risih mendengarnya. Memang sih sudah jelas apa yang dimaksudkan dengan "'Yang' di atas" itu ("Y" dengan huruf besar). Maksud dari kalimat itu adalah Tuhan. Dan Tuhan yang mana, itu tergantung agama si artis itu.
Apa susahnya sih ngomong, "tergantung atas ridho Allah", atau "jika Allah mengijinkan" atau "terserah Allah". Pokoknya kata "yang di atas" itu sebaiknya di-delete dari pikiran kita. Sebab itu tidak sopan. Tidak beretika. Ah, siapa bilang? Aku yang bilang gitu loh. Kok segitunya sewot sih? yaa iyalah.
Asal tahu saja, "yang diatas" itu banyak maknanya. Bisa cecak, burung, kucing (yang kebetulan lagi nangkring di atas pohon) dan banyak lainnya. Jadi belum tentu itu Tuhan. Tapi yang mereka maksudkan kan Tuhan. Masak harus diperjelas sih. Ya pokoknya bagiku kurang sedap saja didengar dikupingku. Kurang mantap. Kurang pas. (maaf) Kurang ajar!
Ada suatu kisah yang pernah kudengar di radio. Ada sepasang kekasih sedang memadu cinta di bawah pohon mangga yang rindang. Mereka bercanda, bercengkrama. Asyik berdua, tak peduli dengan lainnya. Pokoknya dunia bagai milik mereka berdua saja, yang lain "ngontrak".
Sampailah si cewek ingin memastikan kadar cinta si cowok. Si cewek bertanya, apa buktinya cintanya? Lalu sang cowok berujar begini, "Kasihku, demi yang di atas, aku cinta mati kau..."
Tiba-tiba "gedubrak!" ada suara benda jatuh dari langit, eh dari salah satu batang pohon itu, yang berada tepat di atas mereka berdua.
Rupanya ada si Ujang, seorang bocah yang sedang memetik mangga sepulang sekolah. Namun dia tak berani turun, gara-gara ada sepasang kekasih yang sedang kasmaran tiba-tiba datang dan duduk di bawah pohon mangga itu. Akibatnya dia bukannya memetik mangga malah asyik melihat orang berpacaran.
Setelah menjatuhkan diri di tanah si Ujang pun protes, "Mas, saya jangan dibawa-bawa dong, sebagai saksi cinta mas dengan mbak!"
"Lho memangnya kenapa?" kata si cowok bertanya sambil meredakan rasa kagetnya.
"Lha itu tadi, ngomongnya demi yang di atas, kan saya 'yang di atas' tadi" katanya.
"Maksudku, 'Demi Allah' "si cowok itu menjelaskan.
"Oh gitu toh, kalau gitu jangan "demi yang di atas" dong!" kata si Ujang sewot.
Nah! Boleh jadi semua cecak, burung, kelelawar pun ingin melayangkan protes ketika mereka mendengar kata "yang di atas" selalu diucapkan sebagai kata gantinya Tuhan. Dan betapa tidak pantasnya mereka sebagai makhluk ciptaan-Nya seolah-olah disamakan kedudukannya dengan Sang Khalik, Allah Swt. Pamali atuh!
Ah, ada-ada saja ini tulisan. Boleh jadi pendapatku salah. Tapi apa salahnya berpendapat. Siapa tahu ada yang suka? So? take it easy bro!
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar