Adsense

Minggu, Januari 13, 2013

Yang Dikenal, Yang Dipilih?

Dulu aku pernah setahun mengenyam kuliah di Fakultas Ilmu Politik di Universitas Nasional, Jakarta. Waktu itu ada satu kalimat yang masih terekam jelas dalam benak pikiranku. Lupa aku dapatkan darimana kalimat itu. Entah dari buku teks atau dosen yang berucap. Kurang lebih begini bunyi kalimatnya, "dekati lingkaran kekuasan, jika ingin memperoleh jabatan!"

Apakah Anda mengerti maksud kalimat itu? Artinya jika ingin posisi menteri, pandailah mendekati SBY. Hehehe, itu karena sekarang presidennya Susilo Bambang Yudhoyono. Kita lihat, Roy Suryo yang dipilih SBY menggantikan Andi Mallarangeng. Mengapa? ya karena Roy yang dikenal SBY. Sesederhanakah itu prosesnya? Ah, ternyata tidak tuh.

Dan kita tidak tahu pasti siapa nanti pengganti SBY. Sehingga jika kita dekat SBY sekarang pun, belum tentu kita jadi menteri kelak, karena belum tahu siapa yang jadi presiden RI berikutnya. Dan faktor keberuntungan (nasib baik/takdir Ilahi) itu berperan besar. Tidak semata, dikenal presiden saja lalu kita bisa jadi menteri. Di samping faktor keberuntungan. Faktor kecerdasan seseorang juga amat penting. Masak orang bodoh dipilih jadi menteri? Nggak mungkin lahyao!

Dulu aku seperti "orang yang tersasar" kuliah di dunia politik. Sama sekali tidak menarik dunia politik bagiku. Orang yang benci politik berkata; politik itu kotor, penuh intrik dan kecurangan. Warnanya abu-abu, tidak hitam-putih. Lho kok milih fakultas ilmu politik? Hm, itu jurusan yang memilihkan ibuku. 

Akibatnya, aku lebih asyik mencoret-coret gambar di kertas buku kuliah, ketimbang mendengarkan dosen mengajar. Makanya tahun berikutnya aku mendaftar di ISI Yogyakarta. Dan diterima, lalu kuliah disana hingga lulus menggondol gelar SSn (sarjana seni). Tapi di KTP, tertulis Drs. Ah, tak kupusingkan gelar itu.

Gelar itu penting untuk mengejar jabatan di lingkungan pegawai negeri sipil. Di dunia swasta, persetan dengan gelar. Nggak ngaruh tuh sama gaji. Eits, ini apa mungkin karena aku selama ini bekerjanya di perusahaan swasta, kelas kambing kali ya? Sehingga antara lulusan SMA sama sarjana S1, hanya beda beberapa ratus ribu doang.

Ternyata lewat politik pun orang bisa kaya raya. Anggota DPR-RI, kurang apa kayanya? Wow, kaya raya mereka. Apalagi bisa menduduki kursi menteri. Kaya juga. Dulu dalam benakku kupikir kalau mau kaya itu ya jadi pengusaha, punya perusahaan. Rupanya bisa kaya juga lewat jalur politik.

Yang jelas untuk melangkah sukses di gelanggang kehidupan, agaknya peran organisasi itu sangat penting. Terutama ketika kuliah. Dan umumnya mereka yang gesit di organisasi, karir di pemerintahan bakal meroket. Lewat  pertemanan, karir bisa melesat. Jago bicara, pandai melobi, pintar membuat konsep. Itu penting buat menunjang karir. Dan semua itu tak kumiliki. Akibatnya karirku terseok keok.

Tapi aku masih menaruh harapan tinggi agar kelak bisa sukses di akhirat. Dunia boleh kalah, tapi akhirat jangan sampai kalah pula. Ya betul, kan? Umur sudah tinggi, mengejar jabatan sudah tak mungkin. Mau apalagi? Menyerah? Menyesali nasib? Lalu bermalas-malasan meraih akhirat? Malas shalat, malas sedekah, malas ibadah, malas beramal shaleh, malas membaca Qur'an? Orang yang malas semacam itu, dijamin bakal nggak sukses di akhirat. Mau?

Hii, ngeri aku jika dunia sudah tak sukses, akhiratpun gagal. Oh betapa nestapanya hidup. Yaa Rabb, bimbing aku menuju surga-Mu. Jauhkan aku dari godaan setan yang Engkau kutuk. 

Wassalam,
SangPenging@T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar