Siapa yang tidak sedih, gundah gulana, jengkel dan marah? Sebagai orangtua, ketika mendengar kabar buruk yang berkaitan dengan anak kita. Kabar apa itu? Ya macam-macam, diantaranya kabar tentang ulah mereka yang bersentuhan dengan pelanggaran hukum atau yang menyangkut nyawa orang lain.
Tanpa memandang apa pun kedudukan kita sebagai orangtua, mau dari kasta terendah sampai kasta tertinggi. Eh, memangnya di Indonesia masih ada kasta apa? Nggak ada sih, tapi kalau dilihat dengan mata kepala sendiri dan dirasakan dalam hati, sepertinya kok ada ya. Sebutannya sih bukan "kasta", sudah bermetamorfose dengan istilah "status sosial".
Hatta Rajasa, Menko Perekonomian, hari-hari belakangan ini hatinya merasa tak nyaman. Masalahnya, Rasyid, putra bungsunya yang berusia 21 tahun terlibat kecelakaan mobil di Tol Jagorawi Km 3+350 arah Bogor pada hari selasa, tanggal 1 Januari 2013. Kecelakaan itu diakibatkan Rasyid mengantuk, sehingga mobil BMW X5 (seharga 1milyard lebih) yang dikemudikannya menabrak Daihatsu Luxio di depannya. Dua korban tewas (salah satu korban adalah bayi) dan tiga luka-luka. Sungguh mengenaskan.
Masih ingat kasus Afriyani (29) "Xenia maut", yang menabrak sembilan orang pejalan kaki yang baru pulang habis berolahraga di Monas, hingga tewas. Kecelakaan itu terjadi tanggal 22 Januari 2012. Lalu peristiwa tanggal 12 Desember 2012, Andhika (25, bukan mantan vocalis Kangen Band, lho) yang mengendarai Nissan Grand Livina menabrak warung pecel lele. Menewaskan dua orang yang sedang makan di warung itu.
Bisa kita bayangkan, kalau kecelakaan lalu lintas serupa itu menimpa (anak) kita? Ya, tentulah kita tidak berharap.Amit-amit. Tetapi jika kita mengalaminya, sebagai orangtua pastilah hati ini merasa remuk. Ikut tersiksa, seperti apa yang dirasakan anak kita, bukan? Kacau balau pikiran kita. Niscaya pertanyaan "Kok bisa, itu terjadi Nak?" spontan terlontar dari mulut kita, sebagai orangtuanya (pengendara mobil maut itu). Nauzubilah.
Al Qur'an telah mengajarkan kepada kita, sebagai seorang muslim, ketika kita tertimpa musibah hendaknya segera mengucapkan kalimat: "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un" yang artinya, Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali (QS Al Baqarah:155-157). Tujuannya? agar hati kita tenang dan semoga mendapat petunjuk terbaik dari Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan yang menimpa kita.
Sebagai anak seorang mantan pejabat (tiga tingkat di bawah jabatan ayahnya Rasyid), aku pernah pula membuat bapakku nyaris naik pitam. Tetapi tidak jadi, karena mungkin melihat wajahku yang pucat pasi. Kejadiannya sekitar tahun 1980-an yaitu sewaktu aku menabrak stoomwales yang sedang parkir manis di dekat tikungan di jalan komplek perumahan tempat tinggalku. Akibatnya pintu kanan belakang, sedan dinas bapakku (Holden, Kingswood) yang mulus melesak ke dalam (penyok abis). Untung tidak ada korban jiwa, dan stoomwales yang kutabrak tetap gagah ditempatnya tak bergeser barang se-inchi-pun, dan tidak penyok sama sekali. Ya iyalah, masak ya iya dong, stoomwales gitu loh!
Terus terang aku mewanti-wanti anakku agar berhati-hati di jalan raya. Untuk menghilangkan rasa was-was, aku pasrahkan kepada Allah. Sebab aku tak punya kuasa mengontrol dia ketika berkendara. Hanya doa yang bisa kupanjatkan. Tentu demikian juga pembaca hendaknya.
Ternyata mobil, motor, dan jalan raya (plus kecerobohan kita) bisa berubah menjadi malaikatul maut sewaktu-waktu. Waspadalah, kawan!
Yaa Rabb, hindarkan kami dari marabahaya di jalan raya. Mudahkan kami mengusir rasa ngantuk ketika sedang mengemudikan kendaraan. Aamiin...
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar