Adsense

Jumat, Februari 01, 2013

Kentut

Dunia ini ternyata indah luar biasa. Apalagi jika dilihat dari mata yang penuh rasa syukur. Sepertinya tak ada yang perlu digundahi, disesali apalagi dicemberuti.

Melihat istri atau kekasih hati bermuka masam, tak perlu sewot. Yah, memang begitu manusia adanya. Nggak mungkinlah setiap hari dia tersenyum manis. Gembira hatinya. Kadang-kadang sumpek jugalah batinnya, melihat kelakuan kita (para suami) yang maunya diladeni terus.

Dan melihat istri/kekasih begitu, jangan lantas dunia serasa ikut cemberut. Ah, anggap saja itu seperti kita sedang mencium bau kentut. Toh, kalau didiamkan baunya lama-lama juga akan hilang.

Tidak usah beraksi terlalu heboh, begitu mendengar istri kentut. Memarahinya. Sebab siapa tahu begitu kita selesai marah, eh malah kita yang kentut. Dan baunya, aroma jengkol campur bau got. Akhirnya gantian istri yang memarahi kita sampai nggak sempat kentut. Bisa runyam hubungan suami istri gara-gara kentut.

Iya ya, kadang aku suka geli sendiri. Dulu ketika berpacaran, pandai nian pacar kita menahan kentut. Alasannya? Jaim ( jaga image). Atau takut diputusin gara-gara hobinya kentut.

Eh, begitu sudah kawin, tuh kentut kayaknya diobral habis-habisan. Dhuuuut, brot, tuuuutt terdengar disana-sini tak peduli siang, malam atau dinihari. Mengapa begitu? karena mereka sudah pada paham, apa yang dianjurkan dokter. Jangan menahan kentut. Sekarang mereka kompak menganut prinsip; "Kentut itu Sehat!"

Terus terang, semula tulisan ini ingin kuberi judul "Melihat Dunia" (dengan rasa syukur), lho kok jadinya isi tulisan ini membahas masalah kentut ya. Ya sudahlah biar gampang kuubah saja judulnya, menjadi (maaf) "Kentut" sajalah.

Kentut itu patut disyukuri jangan dikufuri. Karena orang tak bisa kentut itu bisa membawa bencana. Perut bisa jadi buncit. Ujung-ujungnya harus dibawa ke rumah sakit. Biayanya tidak sedikit.

Tapi mbok yao para istri memahami, hormati para suami. Jangan mentang-mentang "kentut itu sehat" lantas mengobral kentut sak penak udhele dewek. Mambune kuwi sing marakke irung kembang-kempis, bu!

Ketut itu sehat. itu tidak perlu diragukan lagi. Tapi kita harus hati-hati dengan kentut. Kentut di dalam lift yang padat, bisa membuat seisi lift yang semula ceria bisa tiba-tiba jadi cemberut semua. Tapi kalau sudah tak bisa ditahan, ya harap maklum deh.

Kentut itu nikmat. Tapi jangan dihambur-hamburkan sembarangan. Aku berpikir, mbok yao bersedekah itu seperti Anda sedang membuang angin (kentut). Tak perlu disesali, ikhlaskan. Apa ada orang yang nyesel banget, karena sudah kentut?

Wassalam,
SangPenging@T!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar