Adsense

Rabu, Februari 06, 2013

Melihat Orang Lain

Suatu ketika aku berada di halte. Atau sedang menunggu di suatu tempat. Bisa di depan mall, atau di teras depan rumah. Daripada bengong tak keruan. Kadang terlintas kalimat zikir. Mulut ini pun tak putus dari zikir. Itu kalau hati sedang bersih, iman sedang bagus.

Tapi kalau hati sedang merasa jauh dari Tuhan. Yang ada benci, merasuk sukma. Melihat orang sukses, hati jadi tertekan. Penuh syak wasangka. Ah, perasaan buruk ini kenapa masih terus dan terus ada. Susah betul menjaga hati untuk bisa terus merasa senang melihat orang lain senang. Ikut susah melihat orang lain susah. Memangnya perasaan hati bisa terus sama setiap hari? Oh iya ya, ternyata tidak bisa!

Nah, ketika berdiri atau duduk di suatu tempat  yang kusebutkan di atas tadi, mata ini suka tertuju kepada wajah dan mata orang yang berseliweran di depanku. Aku lalu sibuk menafsirkan menurut mata batinku. Hatiku berkata, orang itu sedang susah, galau atau dia lagi bimbang. Atau aku berpikir dia sedang gembira, senang hatinya entah habis dapat apa? Mungkin saja habis dapat rezeki nomplok. Atau baru saja dapat promosi jabatan yang empuk.

Aku paling suka mengamati tingkah orang lain. Sikap dan ucapannya, apalagi? Memang orang itu unik. Setiap manusia diciptakan unik. Ya kepribadiaannya, ya kemampuannya. Sungguh menarik hatiku melihat manusia lain.

Tapi terus terang yang paling kuiri adalah melihat orang shaleh, taqwa dan tawadhu. Konon katanya ini adalah iri yang baik, yang positip. Lho kok? Ya, sebab iri ini kalau diiringi dengan sikap positip akan berdampak baik kepada diri kita sendiri. Sebabnya orang-orang "positif" (shaleh, taqwa dan tawadhu) itu bisa menularkan "virus" kebaikan. Sehingga efeknya kita bisa jadi ingin berusaha keras untuk jadi seperti orang shaleh, taqwa dan tawadhu itu!

Yang jelek itu, sudah iri melihat orang yang "positip" itu, eh sikap kita malah negatip. Artinya kita berusaha sekuat tenaga menghembuskan isyu negatif ke segala arah tentang orang itu. Menghalangi kemajuannya. Oh ada apa, kawan?

Janganlah begitu. Buang jauh-jauh sikap, prinsip jelek ini; "SUSAH  melihat orang lain SENANG. dan SENANG melihat orang lain SUSAH

Wassalam,
SangPenging@T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar