Kematian dan perceraian dua hal yang berbeda tapi ada persamaannya. Sama-sama bisa mengakibatkan tetesan airmata pada orang-orang yang saling mencintai.
Kematian orangtua, kekasih, kerabat dekat, sahabat atau pun buah hati kita sendiri, sanggup meletupkan derai airmata, meskipun hanya beberapa tetes. Bayangan kecerian, bahagia, suka dan duka berkelebatan di benak tatkala melihat yang telah menjadi bagian hidup kita itu, terbujur kaku di depan mata.
Begitu pula perceraian. Tetesan airmata buah cinta perkawinan, seakan menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap episode perceraian sebuah rumah tangga. Apakah perceraian tak bisa dihindari?
Susah memang kalau sudah ada PIL dan WIL masuk dalam wilayah privasi rumah tangga kita. Pria dan wanita idaman lain adalah biang kerok keretakan rumah tangga. Dan tentu disamping itu "hawa nafsu" juga berperan penting!
Aku mengelus dada mendengar seorang kawan digugat cerai istrinya. Pekerjaannya memang tak menentu sekarang ini, penghasilannya sudah tentu tak pasti. Kulihat dia khusuk berdoa sehabis shalat magrib berjamaah. Matanya terpejam, mulutnya komat-kamit. Tangannya menengadah. Mungkinkah dia berdoa supaya cepat dapat jodoh yang lebih cantik dari istrinya dulu? Just kidding friend.
Aku berdoa dia segera terbebas dari prahara rumah tangganya. Dan cepat menemukan jodoh yang baik hati. Memang susah kawan, cari istri yang mau hidup susah. Umumnya wanita tersenyum manis, ketika dompet kita tebal. Dan (maaf) tersenyum sinis tatkala tahu dompet kita tipis pis.
Kematian memang tak bisa dielakkan. Tapi kupikir bisa ditunda dengan amal ibadah, amal kebaikan dan amal jariyah (sedekah). Iman dan taqwa yang kokoh bisa mengurungkan niat untuk bunuh diri, bukan? Nah, boleh jadi itu yang dinamakan menunda "perceraian" (berpisahnya) antara nyawa dan jasad kita. Ah, sudahlah kematian itu memang misteri. Kita pasti mati, tapi tak tahu kapan. Dan bisa jadi membatalkan niat untuk menerabas palang pintu kereta api yang sudah tertutup, sebuah penundaan kematian.
Dan ketika mendengar berita saudara sepupu meninggal beberapa tahun yang silam, menyentakkan kesadaranku bahwa hidup ini sebentar. Menunda ibadah, menunda shalat mau sampai kapan, kawan? Ketika tubuhnya sudah dibalut kain kafan, aku bertanya kepada angin, kepada awan bagaimana shalatnya selama hidupnya. Ah, tak ada jawab yang kuterima. Tapi kuberdoa semoga diterima amal ibadahnya selama hidupnya, diampuni segala dosanya.
Ibadah manusia itu, hanya Allah yang akan mengganjarnya. Yaa Rabb, jangan biarkan aku tenggelam dalam dosa. Kuingin meraih ridho-Mu sepanjang sisa umurku. Ampunilah dosa-dosaku. Aamiin...
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar