Anak sulungku pulang sambil membawa kaos Jogist, yang baru dibelinya di suatu Pameran kreatif anak muda (kalau aku tidak salah). Dia pamerkan ke ibunya, kaos itu. Dan aku baru tahu dari istriku tentang kaos itu.
Kaos Jogist sekategori dengan kaos bikinan Dagadu. Ternyata kaos bersablon kata-kata dan gambar kartun yang kreatif tak hanya monopoli buatan Joger dari Bali atau Dagadu.
Melihat kaos Jogist. Aku terpana. Mimpiku meluncurkan kaos kata-kata bikinan dhewek, rasanya seperti dihempaskan di batu karang pantai Parangtritis. wheh,wehh... bahasanya puitis banget!
Sadarlah aku kini, aku bagai katak dalam tempurung. Sering menakar diri terlampau besar, padahal kecil. Menganggap bisa mengerjakan sendiri, eh nggak tahunya perlu bantuan orang lain. Merasa kalo bikin desain kaos rasanya bagus banget, eh nggak tahunya jelek banget, nggak punya nilai jual. No artistict
Kenapa begini. Optimisku terasa overdosis, sehingga mungkin saja telah membuat muak orang normal, apalagi orang yang pesimis. Ah, masak sih. Iya lah, pasti bikin eneg. Oh ya? Masak setiap ketemu orang, orang disuruh mendengerkan ocehan mimpiku. Siapa orangnya yang tidak akan bosan mendengar cerita mimpi-mimpiku.
Dan aku yang masih terus merajut mimpi, yang entah sampai kapan dapat mewujudkannya. Yang pasti berkejaran dengan umur, bro!
Semoga saja masih ada waktu untuk menuai mimpi.
Wassalam,
SangPenging@T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar