Ditampar, sungguh sakit. Apalagi berulang kali, bak adegan di sinetron. Itulah adegan yang memuakkan menurutku. Terlihat yang menampar, merasa puas, merasa kuasa, merasa hebat. Yang ditampar, langsung tertunduk sambil memegang pipi yang bekas ditampar. Merasa terhina, dihinakan. Dan tertindas!
Adegan menampar, itu bikin miris hati yang menonton. Hati manusia menyaksikan adegan itu, seperti dihadapkan pada dua pilihan, membela yang tertindas atau menyukai sikap yang berkuasa. Itu terserah pembaca sajalah.
Aku baru saja meng-klik tulisan (postingan) lama ku di blogspotku ini. Terasa betul ketika membaca tulisan yang pernah kutulis, aku seperti ditampar berulangkali. Sakit bro!
Mengapa seperti itu? Sebab apa yang kutulis beberapa tahun atau pun berapa bulan yang lalu, kok belum juga aku kerjakan. Saran-saran ditulisan itu, seperti ditujukan buat orang lain. Tapi hei, sadar bro! sesungguhnya tulisan-tulisan itu ya untuk penulis jugalah. Lakukan dong sarannya sendiri!
Ternyata betul, apa kata orang. Ngomong itu gampang, nulis itu tinggal wes ewes! Tapi bagaimana pelaksanaannya. Itu persoalannya.
Let's do it, what you write! What you say! bro
Wassalam,
SangPenging@T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar