Manusia bukan batu. Manusia punya hati dan akal pikiran. Dengan hati manusia mudah tersentuh. Dengan akal pikiran, manusia mengolah dunia. Para ustadz kerap menyampaikan ungkapan ini (aku suka ungkapan ini); "dengan ilmu hidup jadi mudah, dengan seni hidup jadi indah dan dengan agama hidup jadi terarah."
Tapi dalam kehidupan ini, ada lho manusia batu. Itulah manusia yang kaku dengan pola berpikirnya. Zaman sudah memasuki abad milenium, manusia kaku maka pola pikiran dan rasanya masih berada di masa silam. Maunya banyak, tetapi maunya seperti yang dulu. Kalau masalah musik sih nggak masalah. Musik kuno bukankah masih asyiik di telinga. Yang penting cocok di telinga dan hati kita. Betul?
Nah manusia batu adalah manusia yang enggan belajar. Merasa sudah cukup ilmunya. Merasa sudah mampu. Padahal yang sebetulnya ilmu yang dikuasainya masih jauuh dari memadai. Kemampuannya? Apalagi. Hmm, masih cetek.
Ketahuilah kawan, ilmu Al Qur'an itu amat luas. Kalau kita gali, sampai kita mati boleh jadi masih tersisa banyak hal yang belum kita pahami. Tetapi kita jangan pesimis. Belajar terus dan terus belajar. Bisa lewat internet jika tidak sempat menemui guru yang mumpuni.
Aku beberapa hari ini asyik menikmati ceramah agama Islam tentang mukjizat Al Qur'an. Penceramahnya ustadz muda dari Pakistan yang bermukim di Texas, Amerika. Namanya Nouman Ali Khan. Nikmat betul mendengar ceramahnya. Bahasa Inggrisnya mudah dipahami, ilmunya tentang Agama Islam, amat luas. Nggak percaya? coba deh Anda simak ceramahnya di http://youtu.be/qNcORYy5FFA atau yang ini; http://youtu.be/aRHxyQPJQuw
Terus terang aku nggak mau dijuluki manusia batu. Aku ingin terus mendalami ilmu Agama Islam. Agar semakin terasah dan peka hati sanubariku menerima kebenaran Islam, Al Qur'an. Serta semakin percaya dan yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan di alam semesta ini yang harus disembah dan ditaati perintah-Nya.
Manusia batu adalah manusia yang tak mempercayai itu semua. Why, you don't believe that Allah is God. The one and only?... No other God, except Allah SWT. Mengapa Anda masih terpaku dengan kepercayaan lama orangtua Anda. Jadilah pemuda kritis seperti (Nabi) Ibrahim muda.
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar