Adsense

Selasa, April 29, 2014

Allaahu Akbar

Menulis kata "Allah", untuk membedakannya dengan Tuhannya orang nasrani, ada orang Islam yang merasa pas menuliskan dengan kata "Alloh". Huruf "a" diganti dengan "o".

Tetapi ketika di Mekah aku membaca buku kecil petunjuk "Umroh dan Haji" terbitan dari pemerintahan Kerajaan Saudi, dalam bahasa Inggris. Dituliskan disitu, kata "Allah", dengan kata "Allaah". Huruf "a"-nya ditulis double. Betul-betul aku merasa nyaman dan nikmat membaca tulisan kata Allah (Tuhan semua makhluk hidup di dunia ini), dengan dua "a". Itu rasanya sesuai dengan tajwid bahasa Arabnya. Bukankah diatas lam ada tanda fathah tegak berdiri. Yang artinya harus dibaca panjang.


Sebab kalau dituliskan dengan kata "o", kok menurutku rasanya kurang sreg. Ada yang mengganjal. Apalagi jika ada orang yang membacanya mentah-mentah mutlak kata "o"-nya itu. Bukankah akan terdengar beda makhraj-nya. Contohnya, "Ayolah kita taat kepada Alloh". Atau ada yang membaca Alah, tanpa double huruf "L" (baca;el"). Dan huruf "a"nya dibaca mantap.  Itu menurutku lho, nggak tahu menurut pembaca. Ah, sok tahu benar aku ya? Wallahu 'alam bissawab.

Tetapi umumnya umat Islam tidak akan membaca kata "Allah" dengan seperti caranya kaum nasrani yakni "Alah". Ya, betul! Jadi apa masalahnya? Iya ya apa masalahnya? Masalahnya dipenulisan "o" itu loh.

Allaah betul-betul Akbar, Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kasih Sayang-Nya, yang aku rasakan betul-betul jauh melebihi perkiraanku sebagai manusia yang lemah, yang mudah terbakar amarahnya.

Oh, Yaa Rabb, aku sungguh lemah dan mudah marah. Ini yang ingin terus aku kikis dari hatiku sepulang Umroh. Ya, baru saja aku melaksanakan umroh, dari tanggal 20 s.d 29 April 2014. Di Madinah al Munawarah 3 hari, di Mekah al Mukarramah 4 hari. Dan dua hari di perjalanan dengan pesawat Businnes Air.

Ketika menulis artikel ini, kadang-kadang airmataku menetes. Sungguh baik adikku dan istriku. Sementara aku belum merasa menjadi orang baik bagi mereka. Nah, mulai menetes lagi mata air ini, eh air mataku membasahi pipi. Tanpa jasa baik adikku yang bungsu dan istriku, mana mungkin aku bisa secepat ini melihat Ka'bah.

Sedekah yang sepuluh ribu rupiah itu  serta doa KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada pengajian rutin bulanan Manajamen Qalbu di masjid Istiqlal, ternyata berbuah manis menjadi dua puluhan juta rupiah. Ajaib betul. Sedekah yang hanya segitu ternyata bisa memberangkatkan aku pergi umroh.

Dan pada akhirnya tanpa Ijin dan Rida dari Allah, mana mungkin mimpi terbesarku di hidup ini bisa terwujud yakni "Mencium Hajar Aswad" secepat ini.

"Alhamdulillah" itu kata yang senantiasa terucap ketika mimpi itu terwujud, rasanya seperti mimpi.

Wassalam,
SangPenging@T!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar