Adsense

Minggu, Agustus 18, 2013

Uang

Uang dicari orang. Bangun tidur yang dipikirkan uang. Anak-anak mau berangkat ke sekolah, minta uang. Istri mau masak, butuh uang. Suami mau kerja, jelas perlu uang. Buat ongkos transport naik taxi, bus kota atau ojek. Atau buat beli bensin.

Uang jadi pusat perhatian orang. Tak peduli orang yang sudah kaya, apalagi yang masih kere. Uang, uang, uang. Mungkin saja itulah zikirnya orang yang fokusnya duniawi!

Mulai dari keluarga melarat sampai keluarga konglomerat, uang tak pernah luput dari perhatian. Yang melarat, bingung bagaimana cara menyiasati hidup dengan uang yang sedikit. Yang kaya raya, bingung bagaimana supaya hartanya tetap awet, tidak boleh berkurang. Kalau perlu meningkat terus, tambah terus, berkembang-biak. Terus, terus dan teruuuuuuuus...

Ya, ya ya uang memang dibutuhkan semua orang. Tapi ngomong-ngomong ada nggak sih orang yang tidak butuh uang? Rasa-rasanya kok nggak ada ya?

Kerja itu ibadah. Kerja tujuannya untuk cari uang. Uang diperlukan supaya bisa hidup enak.

Ustadz juga manusia. Butuh duit juga. Tapi orang bilang, jadi ustadz jangan mengharapkan honor (duit!). Jadi ustadz harus iklas, dibayar nggak dibayar, harus tampil maksimal. Wah kalimat ini sepertinya menyesatkan. Dan bikin gusar, bagi yang punya keinginan mau jadi ustadz.

Ustadz sama saja dengan profesi yang lain. Butuh bayaran. Butuh ganjaran. Ambil contoh profesi dokter. Dokter memeriksa pasien. Kasih resep. Lalu dibayar pasien, atau asuransi. Pasien sehat. Dokter pun dapat ganjaran dari Allah. Insya Allah berupa (berbuah) pahala. Betul? Apa dokter yang menjadi sarana (berkat resepnya) orang jadi sehat kembali, lalu dapatnya dosa? Rasanya tidaklah yaow.

Jadi ustadz dibayar mahal atau minta bayaran, aku rasa nggak usah jadi persoalan yang pelik. Bahkan jadi polemik. Ustadz jelas ikhlas dibayar besar. Kalau nggak dibayar? Wah, itu mah silahkan tanya kepada ustadznya saja, jangan tanya aku. Cuma yang dibutuhkan disini adalah pengertiannya panitia. Unsur kepantasan bayaran yang diterima ustadz, harus jadi pertimbangan yang matang. Masak ustadz kelas kaliber dibayar tak sepadan. Yang berlaku umum sih, orang "besar" (top/ kondang/ ternama) dibayar besar.

Kenapa untuk membayar guru les piano, berani bayar gede. Sementara untuk membayar guru mengaji, secukupnya saja ( bahkan kalau bisa bayaran cukup "seikhlasnya"). Sungguh memprihatinkan.

Ustadz, guru ngaji itu manfaatnya besar lho bagi kehidupan kita sebagai manusia. Dengan lantaran ustadz, kyai, guru ngaji, ahli agama, kita jadi tahu mana yang benar mana yang salah. Mana jalan ke surga, mana jalan ke neraka!

Bersyukurlah kita bisa jumpa dengan ustadz yang membuat pikiran, hati kita tercerahkan. Jadi paham ilmu agama. So, ustadz di bayar gede, why not?

Wassalam,
SangPenging@T!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar