Kau belahan jiwaku. Kau pakaianku, aku pakaianmu. Cemburuku adalah cemburumu. Ah, apa iya? Aku suka yang ada padamu. Tapi kutak suka bau kentutmu.
Kata-katamu, lebih banyak menyemangatiku. Walau kadang meruntuhkan semangatku. Tapi tak mengapa, aku suka itu.
Istriku, kau ladang bagiku. Kutanami kapan kusuka. Dari sorot matamu, kutahu kau bahagia tapi kadang kau menyimpan kesedihan. Ternyata suka dan duka, warna setiap rumah tangga.
Maafkan aku jika sampai detik ini, Senin 12 Agustus 2013, saat kutulis catatan ini, aku belum juga bisa memberikan sesuatu keinginanmu yang sangat kau inginkan. Inilah hidup. Kata "Sabar," sudah ribuan kali terucap dari mulutku.
Istriku, kadang kau terlihat cantik bagai bidadari surgaku. Tetapi kadang kau bagai "sesuatu" yang tak ingin kusapa. Seperti musuh dalam selimut. Oh ya?
Kau makmum setiaku. Dari rahimmu telah kau lahirkan dua anak yang sehat bagiku. Buah cinta kita berdua, satu laki-laki dan satu perempuan.
Istriku, kau adalah masterchef-ku. Dari tangan lentikmu, tidak terhitung sudah beberapa kali kau sajikan hidangan lezat untuk kami sekeluarga. Alhamdulillah...
Ketika kusakit kau rawat aku sepenuh hati. Saat jantungku kambuh, rasa khawatirmu tinggi. Terima kasih istriku, kau begitu baik untukku. Sementara balasan dariku sepertinya belum setimpal.
Doaku, jangan ambil nyawaku yaa Rabb, sebelum aku membahagiakan istriku, Dewi Antasari dan anak-anak kami.
Wasssalam,
SangPenging@T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar