Adsense

Jumat, Februari 28, 2014

Ditolak

Selama hidup aku pernah berapa kali ditolak.  Mulai dari ditolak cinta sampai ditolak mentah-mentah surat lamaran kerjaku.

Penolakan itu jelas terasa begitu menyakitkan. Apalagi jika aku melihatnya dari sisi emosi atau hati. Sedangkan bila dilihat dari sisi logika, penolakan itu sebagai pelajaran yang berharga. Penolakan menunjukkan aku tidak memenuhi kualifikasi seperti yang mereka harapkan.

Satu kata kecewa, yang biasa terlontar ketikan membaca surat penolakan adalah “Sialan!”. Lalu mulailah aku mencari-cari alasan, mereka-reka jawaban atas pertanyaan yang menohok benak pikiranku, “mengapa sih lamaranku ditolak ya?”

Ujung-ujungnya aku selalu mencari pembenaran atas jawabanku, meskipun jawabanku itu ngawur. Misalnya, aku sering mengatakan kepada HRD yang menolakku,” Huh! Dasar nggak punya selera seni. Dasar sentimen, masak karya seperti ini ditolak sih?”

Terus terang aku terperangah ketika membaca berita facebook membeli WhatsApp seharga 233 triliun. Kaya betul si pemilik facebook itu, Mark Zuckerberg. Dan yang pasti kini pendiri WhatsApp juga semakin kaya dengan uang yang didapat dari hasil penjualan perusahaan yang didirikannya itu.

****
Berita lengkapnya aku copy paste dari kompas.com, sbb:

Pada 19 Februari 2014, Facebook mengumumkan mereka telah mengakuisisi WhatsApp senilai 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun). Pembayaran tersebut tidak sepenuhnya berupa uang tunai. Facebook akan menggelontorkan dana sebesar 16 miliar dollar AS, yang terdiri dari 12 miliar dollar AS saham Facebook dan 4 miliar dollar AS dalam bentuk uang tunai.

Facebook juga memberi 3 miliar dollar AS saham terbatas untuk pendiri dan karyawan WhatsApp yang akan diberikan selama empat tahun setelah akuisisi tersebut selesai.

Salah seorang pendiri WhatsApp, Brian Acton, ternyata sempat ditolak dalam hal lamaran pekerjaan oleh Facebook pada 2009 silam. Empat tahun setelah itu, justru Acton kini menjual perusahaannya kepada Facebook dengan harga yang sangat fantastis, 19 miliar dollar AS (sekitar Rp 223 triliun).

Nilai ini termasuk 3 miliar dollar AS dalam bentuk saham yang diberikan kepada Acton dan karyawan WhatsApp dalam jangka empat tahun.

Kisah Acton menjadi inspirasi tentang penolakan, kerja keras, dan kewirausahaan. Saat ditolak oleh Facebook, ia bahkan berkicau di media sosial Twitter. Namun, dengan optimistis, ia berkata akan memulai "petualangan berikutnya dalam hidup".

"Facebook menolak saya. Ini adalah kesempatan besar untuk berhubungan beberapa orang yang fantastis. Menanti untuk petualangan berikutnya dalam hidup," tulis Acton pada 4 Agustus 2009.

Tweet pendiri WhatsApp, Brian Acton, setelah lamaran kerjanya ditolak Facebook pada 2009.
Acton, yang merupakan lulusan ilmu komputer di Stanford University, sebelumnya pernah bekerja di Apple dan Adobe. Sejak 1996, ia bekerja untuk Yahoo! hingga Oktober 2007. Jabatan terakhirnya di Yahoo! adalah vice president of engineering.

Pada tahun saat ia ditolak oleh Facebook, Acton mulai membangun aplikasi WhatsApp bersama Jan Koum di Mountain View, California, AS. Koum juga merupakan mantan karyawan Yahoo!. Di tahun itu pula, TheNextWeb melaporkan bahwa Acton juga ditolak oleh Twitter.

Dua perusahaan jejaring sosial internet terbesar di dunia, Facebook dan Twitter, telah melewatkan kesempatan emas dengan menolak Acton, yang punya bakat luar biasa dalam hal pemrograman.

Nama WhatsApp begitu cepat populer, menjadi aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan, dengan 430 juta pengguna aktif pada Januari 2014.

Jumlah pesan yang diproses juga meningkat menjadi lebih dari 50 miliar pesan per hari, dari sekitar 27 juta per hari yang terekam pada Juni 2013. Angka itu disebut-sebut sudah melebihi jumlah SMS yang beredar di seluruh dunia sehingga WhatsApp dianggap sebagai salah satu penyebab menurunnya pertumbuhan SMS di dunia.

Meski basis penggunanya tumbuh besar, WhatsApp tetap mempertahankan mentalitas perusahaan rintisan (startup). Perusahaan ini hanya memiliki 50 pegawai. Sebanyak 25 orang merupakan teknisi, sementara 20 lagi menangani dukungan multibahasa untuk pengguna.

Acton dan Koum punya prinsip kuat untuk tidak menampilkan iklan dalam layanan mereka. Dalam mengembangkan bisnis, WhatsApp punya filosofi anti-iklan, bahkan perusahaan itu memiliki manifesto menentang iklan.

WhatsApp sendiri menghasilkan uang dengan menarik bayaran sebesar 0,99 dollar AS selama setahun untuk setiap pengguna.

WhatsApp diinvestasi oleh perusahaan pemodal Sequoia Capital sebesar 8 juta dollar AS pada awal 2011. Sejak saat itu, WhatsApp tidak membuka investasi tahap baru karena mereka mampu menghasilkan uang dari layanannya, mampu menopang biaya operasional perusahaan, hingga akhirnya Facebook "jatuh cinta" dan meminangnya.

****
Yeah! Begitulah berita selengkapnya. Tentulah bikin ngiler siapa pun yang ingin cepat kaya. Hikmah dari kisah di atas tadi, bahwa ternyata "ditolak" pun bisa berbuah sangat manis, bila kita mampu menyikapinya dengan sikap optimis. Tidak menjadi pesimis, bahkan putus asa.

Kuncinya? Pantang menyerah, dalam mengejar setiap cita-cita. Ditolak, dicemooh, peduli amat! Selama itu (cita-cita, mimpi kita) baik dan tidak merusak masyarakat. So jalan terus, bro!

Wassalam,
SangPenging@T!

Jumat, Februari 14, 2014

Sebuah Puisi Judule "Masih Muda, Sudah Tua"

Setiap kali aku berada di samping atau di belakang anak muda yang sholeh, sudah haji, kaya dan takwa. Apalagi dia kebetulan jadi imam shalat, sementara aku jadi makmumnya. Pasti ada sesuatu rasa yang membuat air mata ini menitik.
Ck ck ck... kok jadi syahdu begini? Tak tahulah awak.
Lalu dalam hati muncullah sebaris, eh berbaris-baris kata yang berbunyi seperti puisi yang kutulis ini;

Dia masih muda, sudah konglomerat
 aku sudah tua, belum kaya raya tapi cukuplah

Dia masih muda, sudah haji
 aku sudah tua, belum haji tapi mau banget

Dia masih muda, tapi sudah berprestasi
 aku sudah tua, masih biasa-biasa saja

Dia masih muda, sudah punya jabatan dan berkuasa
 aku sudah tua, masih seperti yang dulu

Dia masih muda, sudah punya nama
 aku sudah tua, tapi belum ternama

Dia masih muda, sudah kemana-mana
 aku sudah tua, masih tetap di sini

Dia masih muda, sudah punya harley davidson 1600cc
 aku sudah tua, yang kupunya motor honda bebek 80cc dan 125cc

Dia masih muda, sudah punya BMW, Mercy, Jaguar, Audi, Lamborghini, Ferari tahun terbaru
 aku sudah tua, yang kupunya Hyundai accent tahun 2001

Stop, stop sekali lagi; STOP! Puisi ini harus kuhentikan disini,
 supaya aku tidak terus-terusan membanding-bandingkan
   sebab yang aku kuatirkan, aku jadi tak bisa menikmati diriku seperti yang sekarang ini...
      tak pandai mensyukuri nikmat...

Satu yang pasti mudah-mudahan aku bisa mengejar ketertinggalanku dari dia yang masih muda.
Insya Allah...
____

Eh, tiba-tiba ada rasa sesal yang mendalam. Dulu ketika kumuda
pernah kurasa seperti ada tembok tebal dengan kata-kata dengan huruf tebal bertuliskan,
NANTI SAJA KALAU SUDAH DEWASA, KALAU MAU USAHA!
Tapi sekarang aku sudah jauh dari dewasa, kok tetap begini-begini saja.
Lalu siapa yang salah? kau, jelas salah kau sendiri! kenapa mau menunda? Eits dah...?

Wassalam,
SangPenging@T

Kamis, Februari 13, 2014

Kejam

Manusia pada hakikatnya bisa menjadi kejam. Bahkan lebih kejam dari binatang yang paling kejam. Seperti singa, macan, piranha atau pun anjing bulldog. Binatang-binatang tersebut jika lapar dan diberi umpan manusia, maka tanpa pikir panjang tanpa belas kasihan akan segera mencabik-cabik dan menggerogoti badan manusia hingga tuntas.

Aku baru saja melihat di Youtobe tentang kekejaman rejim komunis di bawah pimpinan Pol Pot di Kamboja. Dia berkuasa dari tahun 1975-1979. Mengerikan, bikin hati tercekam ketakutan. Sekitar dua juta rakyat Kamboja dibantainya. Itu sebabnya Kamboja mendapat julukan "Hell on Earth".

Itulah mengapa manusia bisa dibilang kejam. Tetapi manusia juga bisa jadi manusia mulia. Contohnya, Nabi Muhammad Saw. Nah kita-kita ini terserah kita mau disebut manusia mulia atau manusia kejam.

Mulia atau kejam tergantung seberapa hebat tingkat keimanan dan ketakwaan kita. Manusia takwa rasanya nggak mungkin jadi manusia kejam. Manusia yang jauh dari hidayah Allah, sangat rentan digoda setan/iblis. Dan jika jiwa manusia sudah dirasuki iblis, maka seorang manusia bisa jadi manusia kejam. Contoh manusia kejam selain Pol pot, ada Idi Amin, Adolf Hitler, Fir'aun, dll. Anda bisa tambah sendiri deretan nama-nama ini. Atau jangan-jangan orang lain mencantumkan nama Anda (kita) sebagai salah satu manusia kejam, menurut mereka. Hi, ngeri.

Memang betul, kadang-kadang kita tidak merasa telah berlaku kejam. Perilaku kita, yang menurut kita biasa-biasa saja, tetapi di mata orang lain boleh jadi itu menyakitkannya bahkan dianggapnya termasuk dalam kategori kejam. Wow! parah nian ya?

Aku pernah berlaku kejam? Oh bisa jadi betul, bisa jadi salah. Sebaiknya tanyakan kepada orang-orang yang pernah kenal dekat dengan aku. Sebab kalau aku sendiri yang mengatakan "aku bukan manusia kejam", rasa-rasanya kok sombong banget. Sok-sok-an menilai diri bersih dan sok alim. Dan menilai diri sendiri, biasanya tidak bisa obyektif.

Seseorang bisa berlaku kejam terhadap orang-orang yang lemah atau yang berada dalam kekuasaannya. Misalnya, majikan kepada pembantunya. Bos kepada anak buahnya. Penguasa/pemimpin negera kepada rakyatnya.


Melalui tulisan ini, aku sebagai manusia biasa tak luput dari perilaku tak terpuji. Untuk itu aku disini harus mengungkapkan permintaan maafku kepada orang-orang yang (mungkin) pernah kusakiti/kukejami (serius ini), yang boleh jadi ada diantara para pembaca blog-ku ini.

Hamba mohon ampun Yaa Rabb...

Wassalam,
SangPenging@T

Selasa, Februari 11, 2014

Habis

Membicarakan manusia pasti ada habisnya. Sebab manusia itu mudah bosan. Dan hidupnya ada takarannya. Ada yang sampai seusia Nabi Muhammad Saw, 63 tahun. Ada yang lebih dari itu umurnya. Tapi ada pula yang kurang dari itu.

Dan kupikir tidak ada manusia yang ingin hidup selamanya di dunia ini. Meskipun ada juga yang nggak kepingin mati. Takut kalau kehilangan harta, anak-anak dan istrinya.

Padahal kalau waktunya sudah "habis" diusahakan bagaimanapun ya tetap saja selesai alias mati. Sama halnya dengan batere dan accu. Jika umurnya sudah habis, meski diakali dengan cara di strum tetap saja nggak bisa "on" lagi.

Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus pandai memanfaatkan "waktu" hidupku sebelum habis. Sebab "waktu hidupku" pasti ada batasnya. Tinggal aku mau menggunakannya dengan bijak, atau menginjak-injaknya. Wow, terdengar sadis.

Ya betul, kalau aku tak pandai menggunakan waktu, maka waktu akan habis sia-sia. Makanya ketika waktu shalat tiba, aku harus memanfaatkan sebaik-baiknya.

Yuuk kita sadari itu, kawan. Contohnya, bila waktu shalat subuh terlewat, maka satu "pahala kebaikan/amal shaleh" shalat subuh di hari ini tanggal ini, bulan ini dan tahun ini, ya sekarang ini akan terlewat, dan tidak dicatat oleh malaikat pencatat amal shaleh. Malaikat Rakib subuh ini, tidak mencatat amal shalat subuh kita. Sayang sungguh sayang, bukan?

Tetapi sebaliknya, malaikat Atid akan menulis kesombongan atau kecerobohan (dosa) kita tidak shalat subuh, dengan geram. Satu dosa tercatat di awal pagi ini!

Bisakah kita, ketika kita sudah tiada maka orang-orang yang kita tinggalkan menceritakan tentang kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan, tanpa kehabisan cerita. Itu artinya, kebaikan kita sangat banyak. Bukannya sedikit, atau malah tidak ada sama sekali.

Hari-hari ini orang Solo dan masyarakat Indonesia yang mengenalnya merasa kehilangan orang baik, seorang mualaf yang dermawan, pengusaha tekstil yang konglomerat, yaitu HM Lukminto. Dia pendiri dan pemilik perusahaan tekstil PT Sritex, di Solo. Dia meninggal RS Mount Elizabethdi Singapura, hari Rabu 5 Februari 2014, pukul 21.40. Semoga amal shalehnya diterima oleh Allah Swt.

Ya betul, waktunya sudah habis. Tetapi hartanya yang sudah dihabiskan di jalan Allah, tidak akan pernah ada habis-habisnya. Artnya, Insya Allah, itu akan terus mengalirkan pahala kepadanya, meski dia sudah di dalam kubur. Subhanallah...

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, Februari 02, 2014

Banjir 2014

Banjir lagi, lagi-lagi banjir. Sebenarnya sudah bosan juga nulis tentang banjir. Tapi, tetap harus nulis. Biar apa? biar ada yang ditulis dan dikenang tentang banjir di tahun 2014 ini.

Perkiraan bahwa banjir besar di Jakarta itu terjadi setiap lima tahun sekali. Ternyata tidak betul. Nyatanya, ya banjir juga tahun 2014 ini, padahal setahun yang lalu (2013) rumahku dilanda banjir besar.

Tahun 2013, banjir melanda sebagian Jakarta termasuk rumahku setinggi 70cm, dari tanggal 17 sd 24 Januari. Dan kini tahun 2014, banjir terjadi dari 19 sd 24 Januari. Masuk ke dalam rumah lagi, setinggi 30cm. Mantap sama-sama terjadi di bulan Januari.

Yang mengherankan, banjir "ekstra" datang lagi, hari Rabu, 29 Februari 2014. Air menggenangi lagi kawasan yang biasa dilanda banjir.

Hari selasa kemarin aku sudah ijin tidak masuk kantor, karena periksa rutin jantungku, di RS Jantung Harapan Kita. Malamnya turun hujan deras, berulangkali. Reda, hujan, reda, hujan deras lagi. Begitulah irama turunnya hujan malam itu. Akibatnya hari rabu pagi, air menggenangi jalan komplekku.

Mau tak masuk kantor tak nyaman hatiku. Paling tidak begitu parah banjir hari ini, begitu pikirku. Faktanya di jalanan, diluar perkiraan pikiranku. Lewat jalan di pasar pesing, macet berat, kendaraan tidak bergerak. Putar haluan, lewat jalan terusan dari diskotik Bandara, air menggenangi jalan setinggi 55cm. Balik lagi, akhirnya kucoba lewat jalan di samping Central Park.

Di depan Untar, grogol, air di jalan sudah mulai tinggi, aku terobos saja. Sampai Taman Anggrek, mobil tak bergerak. Pak polisi berteriak kepada salah satu sopir mobil, "tidak bisa bergerak!". Sopir itu ngeyel mau terus jalan. Aku akhirnya putar haluan lagi pilih balik arah, sekaligus melawan arus, ke arah grogol.

Jalan ke kantor semua tertutup genangan air. Buntu pikiranku! Kutelpon kantor, aku mau langsung pulang. Tapi dijawab dari kantor, mohon masuk ada kerjaan penting. Yo wis, aku harus ganti kendaraan. Pulang, dan ganti pit onthel. Supaya jarak tidak terlampau jauh. Aku ambil jalan lewat Green Garden, lalu tembus Taman Ratu. Kupikir banjir tak terlalu parah. Eh, ternyata ini pun diluar dugaanku. Parah banjirnya!

Akhirnya aku kayuh sepeda gunungku menembus genangan air, yang makin lama terasa makin tinggi. Setiap ada truk yang nekad menembus banjir, menimbulkan gelombang ombak yang keras. Aku sampai terhuyung, sepedaku oleng. Aku tak bisa menggenjot sepeda, akibatnya sepeda hanya bisa kutuntun saja.

Ngos-ngosan. Jantungku terasa menggigit. Sakit rasanya. Apa boleh buat. Harus dihadapi.

Kulihat jam, ternyata aku menghabiskan waktu satu setengah jam dari rumah sampai kantor, untuk jarah sekitar 5 km. Lama bener, tapi Alhamdulillah, yang penting sampai.

Banjir, oh banjir. Bagaimanapun juga harus dihadapi. Disyukuri. Jangan dicemooh.

Wassalam,
SangPenging@T