Temanku tumben-tumbenan memakai kacamata hitam, beberapa hari belakangan ini. Penampilannya jadi seperti bintang film Sylvester Stallone dalam film Cobra, beberapa tahun silam. Cuma bedanya jauh banget. Yang satunya ganteng, temanku ini kurangnya banyak. Mulai dari kurang ganteng sampai kurang duitnya.
Setelah dia memakai kacamata hitam. Semua pendapatnya jadi serba jelek dan serba kurang. Apa yang dilihatnya, pokoknya serba sumbang komentar yang keluar dari mulutnya, kalau aku mintai pendapatnya.
Lihat cewek cantik bak bidadari dikomentari jelek. Lihat bangunan gedung megah dengan arsitektur modern, dibilang norak. Lihat mobil sedan mewah, dibilang kurang artistik. Payah!
Aku senang memanggilnya dengan Bro. Selain lebih nyaman diucapkan. Mulutku rasanya enak mengucapkannya kata "Bro!" Ketimbang nyebut yang lain. Misalnya, "Nyuk, atau Nyet", bunyi itu terdengar ada nuansa mengejek. Kalau Bro, sepertinya netral. Tidak menghina.
Aku tanya tentang pendapatnya Capres No.1, Prabowo, minta ampun deh negatifnya. Kalau aku badannya lebih besar dari dia, mungkin sudah kuajak duel. Cuma aku nggak yakin menang, makanya aku diam saja tak berani menantangnya hehehe... Paling-paling aku beraninya adu mulut doang sama dia.
Dan ketika kutanya tentang Capres No. 2, Jokowi. Setali tiga uang, sama jeleknya yang keluar dari mulutnya. Yang dia bilang, bajunya gak kompaklah sama wapresnya. Satunya kotak-kotak, satunya putih. Eh, malah dia usul supaya pakai seragam POLKADOT aja gimana ya? Lho malah tanya aku. Silahkan saja sarankan ke tim suksesnya Jokowi-JK.
Lama-lama duduk dekat dengannya maunya muntah aku. Badannya bau? Oh tidak. Mulutnya bau busuk? ah, tidaklah. Wong katanya, dia paling rajin sikat gigi. Bahkan kalau lihat cewek cantik tapi giginya kuning, dia mau kok kalau disuruh nyikatin. Gratis! katanya. Cuma sampai sekarang nggak ada cewek yang mau disikatin sama si Bro.
Lalu apa dong yang menyebabkan aku rasanya mau muntah kalau lama-lama dekat dengan si Bro. Sebabnya itu lho. Masak nggak tahu sih kamu? Pendapat miringnya, suara negatifnya itu lho yang main asal njeplak tanpa dipikir panjang.
Suatu ketika aku punya ide, bagaimana nih orang kalau aku beliin kacamata putih. Ganti kacamata hitamnya. Eh, memang ada kacamata putih? Framenya putih? oh iya ya, maksudku kacamata bening, seperti kacamata baca. Frame biar saja yang hitam. Wah, keren juga setelah dia memakai kacamata putih itu. Anehnya kini pendapatnya tidak jelek. Yang keluar dari mulutnya serba positif. Mantap!
Ketika aku tanya pendapatnya tentang Prabowo, ck ck ck... positip bener. Benar-benar positif. Dia bilang sebagai manusia mana ada sih manusia yang sempurna. Kecuali Nabi Muhammad. Itu cerita negatif, cukup didengarkan saja. Jangan sampai termakan oleh isu-isu miring. Black Campaign!
Dan bagaimana tentang Jokowi. Sami mawon, singkirkan saja berita negatif tentang dia. Ngapain dipusingkan. Pilihlah capres yang sesuai dengan selera Anda, katanya. Yang Anda yakini bisa menjadikan Indonesia adil makmur, gemah ripah loh jinawi. Disegani di Asia, bahkan dunia. Ok?
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar