Adsense

Senin, Juni 23, 2014

Jangan Sampai Menyesal Lagi

Bapak tua itu akhirnya bersedia untuk menunjukkannya buku tabungannya kepadaku, setelah kupancing-pancing dengan gaya memelas. Mataku terbelalak dibuatnya. Berapa jumlahnya? Tunggu sebentar aku mau bercerita panjang lebar tentang dia.

Sebut saja namanya Pak Snada (bukan nama sebenarnya). Sudah sejak bulan Maret 2014 aku mengenalnya. Aku sering melihatnya saatnya shalat dhuhur dan ashar di masjid Al Isra', dekat kantorku, di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Nah, aku kerapkali melihatnya mengaji Al Qur'an dan kemudian membaca terjemahannya. Hal itu dilakukannya sekitar lima belas menit sebelum azan Ashar. Rupanya dia pensiunan Kementrian Dalam Negeri. Penampilannya sederhana. Senangnya memakai peci. Kegiatannya setiap hari adalah keluar dari rumah untuk shalat berjamaah di masjid-masjid yang dia suka. Pokoknya harus keluar rumah. Meskipun sudah tua, dia tak suka ongkang-ongkang (duduk santai) di rumah.

Hari ini, Senin 23 Juni 2014, dompetku kosong sama sekali ketika mau berangkat ke kantor. Tadi sebelum berangkat ada sedikit ketegangan komunikasi antar aku dan istriku. Oleh karena itu dia ogah memberiku pinjaman. Untungnya hari ini hari Senin, dan aku belum menyentuh sarapan yang memang tidak ada di meja makan. Makanya aku putuskan untuk puasa saja. Puasa senin. Beres!

Kembali ke Pak Snada. Selepas shalat Dhuhur tadi, aku berbincang-bincang santai dengannya.Dia duduk bersila, sementara aku tiduran. Dia cerita bahwa dia baru saja tadi pagi nge-print buku tabungan BRI-nya. Oh ya, kataku. Aku jadi penasaran mau tahu jumlahnya. Ah, sedikit kok katanya. Aku tak percaya dan makin penasaran. Kubujuk terus, dan terus kubujuk dia agar mau menunjukkan hasil prin-prinannya.

Akhirnya dia buka pelan-pelan buku tabungannya. Hmm... jumlahnya tertera angka Rp 75.550.830,00 (kurang lebih segitu) dan dibuku satunya tertulis angka Rp 25.100.000,00 (sama juga kira-kira segitu). Lho kok kira-kira, ya percisnya aku jelas malaslah menulisnya. Nanti dia pikir aku petugas pajak.

Sementara tabunganku? Hari ini, seratus ribu lebih sedikit. Ah, gak mungkin! itu pasti kata Anda (ah, padahal belum tentu ya? tau dah!). Kataku, kalau nggak percaya boleh tanya toko sebelah dah!, hehehee....

Pensiun yang dia terima sekitar dua juta lima ratus ribu rupiah. Mantap, pengangguran digaji pemerintah. Melihatnya pak Snada dalam hati kuberteriak, "nikmatnya jadi pensiunan, mengapa dulu aku tidak melayangkan lamaran sebagai pegawai negeri, heH?"

Ah, sudahlah itu dulu, dan sekarang harus menatap ke depan. Jangan sampai nanti di akhirat, menyesal tidak mengumpulkan pahala sebanyak mungkin ketika dulu hidup di dunia. Sebab sudah pasti, sedikit pahala banyak dosa, maka neraka tempat tinggalnya. Hi, ngeri!

Yaa, Rabb jangan jadikan aku manusia yang menyesal nanti di akhirat. Tetapi jadikan aku hamba yang beruntung ketika Engkau hidupkan aku untuk yang kedua-kalinya nanti di alam akhirat. Hidup di surga-Mu. Aamiin...

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, Juni 19, 2014

Nonton Stand Up Comedy

Bercerita lucu seorang diri di atas panggung. Ya begitulah terjemahan bebas dari judul di atas. Kemarin sore pulang dari kantor aku diminta anakku yang bungsu untuk mengantarkannya menonton gratis open mic reunion Kompas TV suci 4, di daerah Palmerah.

Berangkat dari rumah sekitar jam 5. Acara dimulai katanya jam 7malam. Ternyata jam 8. Perkiraanku betul, supaya tidak tergesa-gesa. Harus berangkat awal, mengantisipasi macet. Akhirnya shalat magrib dan isya di mushola kantor Kompas TV.

16 finalis tampil semua. Kocak abis. Termasuk grand finalisnya David dari Jakarta dan Abdur dari NTT.

Tadinya aku agak malas juga berangkat kesana. Membayangkan macetnya lalu lintas di sekitar Slipi. Eh, aku ingat rupanya ada jalan praktis ke lokasi yakni lewat permata hijau. Beres. Ok go!

Aku salut kepada mereka. Pandai merancang cerita lucu dan piawai pula membawakannya di atas panggung. Salut, bro!

Kuncinya agar bisa sukses tampil di panggung adalah latihan, latihan dan latihan. Terbukti ada peserta yang sedikit latihan, akhirnya tampil garing, penonton pun tertawa sekedar basa-basi.

Sebagian peserta membawakan lawakan berbau porno. Mungkin karena bukan siaran langsung. Jadi para stand up comedy boleh tampil dengan membawakan bahan lawakan yang vulgar. Segala (maaf) je..but disebut-sebut. Busyet dah.

Diakui oleh David, yang supir ojek (sang grand finalis yang akan bertarung melawan Abdur, nanti hari Jumat,20Juni2014 di Balai Kartini) bahwa menyiapkan materi lawakan yang berbau Betawi, itu gak gampang. Dia sampai perlu observasi ke perkampungan betawi di Jagakarsa.

Terbukti mau jadi juara (orang beken) tak semudah membalik tangan. Dibutuhkan perjuangan yang keras, Bro!

Wassalam,
SangPenging@T!

Rabu, Juni 11, 2014

Terpasung Disini

Kok, aku jadi merasa seperti terpasung disini. Di kantor ini, di ruang ini, ya di sini. Menyesakkan tubuhku. Gila! Aku ingin lari sekencang-kencangnya. Membebaskan diri dari keterpasungan ini. Lama-lama bisa beku badanku, otakku, pikiranku dan perasaanku, jika aku berlama-lama terus disini, di tempat ini. Gila!

Pikiranku sekarang lambat-laun mulai terbuka, selama ini tertutup atau ditutupi oleh ketidakberdayaan menghadapi tekanan ekonomi. Ah, lagi-lagi ekonomi jadi alasan. Bukan itu, tetapi kupikir lebih dalam ternyata itu juga awal masalahnya. Aku jadi seperti orang tolol, yang tak pandai menggunakan pikiran. Buntu!

Seribu, seribu ya seribu cemoohan, seribu ejekan, seribu kepala memandangku dengan sebelah mata. Seolah mereka kurang percaya dengan gelar kesarjanaan yang kusandang. Apa betul begitu? Apakah ini sekedar prasangka burukku?

Ya sekarang waktunya, bukan nanti atau besok. Sekarang saatnya menggali kebisaanku (cita-cita) yang selama ini terpendam, atau telah kupendam tanpa disengaja. Ah, mungkin lebih tepatnya talenta itu sudah kukubur dalam-dalam. Padahal talenta itu karunia Ilahi. Yang harus kusyukuri, karena tidak semua orang diberi-Nya.

Syukurilah anugerah-Nya. Jangan sia-siakan. Apakah pembaca sudah tahu talenta Anda? Jika belum, terus gali, dan gali sampai Anda menemukannya. Selamat berkarya, semoga kita jadi orang kaya karena terus dan terus berkarya. Insya Allah...

Wassalam,
SangPenging@T!

Rabu, Juni 04, 2014

Kacamata Hitam

Temanku tumben-tumbenan memakai kacamata hitam, beberapa hari belakangan ini. Penampilannya jadi seperti bintang film Sylvester Stallone dalam film Cobra, beberapa tahun silam. Cuma bedanya jauh banget. Yang satunya ganteng, temanku ini kurangnya banyak. Mulai dari kurang ganteng sampai kurang duitnya.

Setelah dia memakai kacamata hitam. Semua pendapatnya jadi serba jelek dan serba kurang. Apa yang dilihatnya, pokoknya serba sumbang komentar yang keluar dari mulutnya, kalau aku mintai pendapatnya.

Lihat cewek cantik bak bidadari dikomentari jelek. Lihat bangunan gedung megah dengan arsitektur modern, dibilang norak. Lihat mobil sedan mewah, dibilang kurang artistik. Payah!

Aku senang memanggilnya dengan Bro. Selain lebih nyaman diucapkan. Mulutku rasanya enak mengucapkannya kata "Bro!" Ketimbang nyebut yang lain. Misalnya, "Nyuk, atau Nyet", bunyi itu terdengar ada nuansa mengejek. Kalau Bro, sepertinya netral. Tidak menghina.

Aku tanya tentang pendapatnya Capres No.1, Prabowo, minta ampun deh negatifnya. Kalau aku badannya lebih besar dari dia, mungkin sudah kuajak duel. Cuma aku nggak yakin menang, makanya aku diam saja tak berani menantangnya hehehe... Paling-paling aku beraninya adu mulut doang sama dia.

Dan ketika kutanya tentang Capres No. 2, Jokowi. Setali tiga uang, sama jeleknya yang keluar dari mulutnya. Yang dia bilang, bajunya gak kompaklah sama wapresnya. Satunya kotak-kotak, satunya putih. Eh, malah dia usul supaya pakai seragam POLKADOT aja gimana ya? Lho malah tanya aku. Silahkan saja sarankan ke tim suksesnya Jokowi-JK.

Lama-lama duduk dekat dengannya maunya muntah aku. Badannya bau? Oh tidak. Mulutnya bau busuk? ah, tidaklah. Wong katanya, dia paling rajin sikat gigi. Bahkan kalau lihat cewek cantik tapi giginya kuning, dia mau kok kalau disuruh nyikatin. Gratis! katanya. Cuma sampai sekarang nggak ada cewek yang mau disikatin sama si Bro.

Lalu apa dong yang menyebabkan aku rasanya mau muntah kalau lama-lama dekat dengan si Bro. Sebabnya itu lho. Masak nggak tahu sih kamu? Pendapat miringnya, suara negatifnya itu lho yang main asal njeplak tanpa dipikir panjang.

Suatu ketika aku punya ide, bagaimana nih orang kalau aku beliin kacamata putih. Ganti kacamata hitamnya. Eh, memang ada kacamata putih? Framenya putih? oh iya ya, maksudku kacamata bening, seperti kacamata baca. Frame biar saja yang hitam. Wah, keren juga setelah dia memakai kacamata putih itu. Anehnya kini pendapatnya tidak jelek. Yang keluar dari mulutnya serba positif. Mantap!

Ketika aku tanya pendapatnya tentang Prabowo, ck ck ck... positip bener. Benar-benar positif. Dia bilang sebagai manusia mana ada sih manusia yang sempurna. Kecuali Nabi Muhammad. Itu cerita negatif, cukup didengarkan saja. Jangan sampai termakan oleh isu-isu miring. Black Campaign!

Dan bagaimana tentang Jokowi. Sami mawon, singkirkan saja berita negatif tentang dia. Ngapain dipusingkan. Pilihlah capres yang sesuai dengan selera Anda, katanya. Yang Anda yakini bisa menjadikan Indonesia adil makmur, gemah ripah loh jinawi. Disegani di Asia, bahkan dunia. Ok?

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, Juni 01, 2014

Kemana Semangat Itu Pergi

Aku kadang suka heran dengan "semangat". Semangatku datang dan pergi sesukanya. Tergantung apa yang mengiringi hari ini. Kalau mentari bersinar terang, langit cerah biru muda sedikit berawan. Hmm, hati jadi sumringah. Tetapi jika langit mendung. Awan gelap menyelimuti. Rasanya semangatku juga ikut redup.

Atau kadang semangatku tergantung isi dompet. Ah, lagi-lagi duit jadi alasan untuk bersemangat. Coba deh bayangin punya duit segepok, eh maksudku bergepok-gepok. Atau ketika ngecek saldo di ATM, wuihh jumlah nolnya banyak benerrrr. Semangat bro! liat dunia rasanya cerah, terang benderang. Lihat nenek tua keriput, seperti melihat Anggun. Eh, enak aja luh cu, gua dibanding-bandingin ama Anggun penyanyi ayu yang lama tinggal di benua Eropa, protes nenek itu. Oh, iya I'm Sorry nek.

Semangat oh semangat. Pagi ini aku sedang bersemangat. Makanya aku menulis artikel ini dengan semangat. Maunya nulis aja. Oh ya? ya dong.

Mudah-mudahan semangat ini tak cepat pergi. Tetapi terus terang jika menghadapi hari senin, lalu harus berangkat ke kantor. Sementara di kantor yang musti dikerjakan nggak ada. Nah, mulai deh semangat yang membara di rumah, lambat laun jadi memudar. Payah!

Aku berdoa dan berharap kepada Yang Maha Kuasa untuk memberikan jalan keluar jika semangatku pergi entah kemana. Kupikir aku harus cari kegiatan yang bisa menyemangatiku untuk tetap semangat dalam menghadapi kehidupan ini.

Wassalam,
SangPenging@T!