Kita manusia bukan malaikat dan kita bukan setan. Namun ada manusia yang kelakuannya seperti setan. Tetapi ada juga manusia bak malaikat. Luar biasa!
Nah, pertanyaannya sekarang; Apakah kamu, saya dan mereka lebih seperti setan apa malaikat?
Silahkan jawab sendiri pertanyaan ini sesuai hati nurani.
Menyaksikan di Youtube kesaksian para korban selamat dalam bencana Palu,Sigi dan Donggala, sungguh bikin hati ngeri. Dan kita tentu ikut berduka menyaksikan bencana tersebut.
Bagaimana ombak tinggi datang tiba-tiba menyapu daratan. orang-orang ditelan ombak dan terlempar jauh. Rumah-rumah bagai rerumputan yang ditebas oleh arit yang tajam. Rumah hilang seiring surutnya air laut. Puing-puing berserakan. Ajaibnya masjid bagai tak tersentuh ombak dahsyat yang menggulung daratan. Tetap utuh tegak berdiri. Allah melindunginya.
Tanah menelan rumah dan bangunan di atasnya. Mengerikan. Ada bapak yang menyaksikan sendiri buah hatinya minta tolong saat lumpur tanah perlahan-lahan menelan tubuh anaknya itu. Dia tak bisa menolong anaknya, karena bapaknya juga sedang sekuat tenaga membebaskan dirinya dari cengkeraman tanah yang perlahan berubah menjadi lumpur yang kelaparan.
Bapaknya hanya bisa melihat sambil meneteskan airmata mulut anak perempuannya itu berucap "Laa ilaha illallah, Muhammadar rasulullah...", menjelang ajalnya. Semoga anaknya husnul khotimah.
Ditulis dalam surah Al-Qasas/28:81
" Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. "
Aku bertanya dalam hati sehabis membaca surah tersebut; Masak sih tanah bisa menelan manusia dan rumah? Bagaimana kira-kira caranya? Kan tanah keras?
Likuifaksi gempa dan tsunami di Palu adalah jawabannya. Masya Allah. Tulisan ini tidak bermaksud menggambarkan anak perempuan itu adalah seperti Qarun. Bukan itu. Tetapi tulisan ini bertujuan mengingatkan kita bahwa begitulah bagaimana kira-kira tanah yang menenggelamkan Qarun dan istana mewahnya.
Yuuk kita rajin salat. Jangan menunda tobat.
Malaikatul maut mengintai kita, menunggu perintah Allah kapan mencabut nyawa kita. Kapanpun dan dimanapun.
Semoga kita bisa husnul khotimah.
Aamiin...
Nah, pertanyaannya sekarang; Apakah kamu, saya dan mereka lebih seperti setan apa malaikat?
Silahkan jawab sendiri pertanyaan ini sesuai hati nurani.
Menyaksikan di Youtube kesaksian para korban selamat dalam bencana Palu,Sigi dan Donggala, sungguh bikin hati ngeri. Dan kita tentu ikut berduka menyaksikan bencana tersebut.
Bagaimana ombak tinggi datang tiba-tiba menyapu daratan. orang-orang ditelan ombak dan terlempar jauh. Rumah-rumah bagai rerumputan yang ditebas oleh arit yang tajam. Rumah hilang seiring surutnya air laut. Puing-puing berserakan. Ajaibnya masjid bagai tak tersentuh ombak dahsyat yang menggulung daratan. Tetap utuh tegak berdiri. Allah melindunginya.
Tanah menelan rumah dan bangunan di atasnya. Mengerikan. Ada bapak yang menyaksikan sendiri buah hatinya minta tolong saat lumpur tanah perlahan-lahan menelan tubuh anaknya itu. Dia tak bisa menolong anaknya, karena bapaknya juga sedang sekuat tenaga membebaskan dirinya dari cengkeraman tanah yang perlahan berubah menjadi lumpur yang kelaparan.
Bapaknya hanya bisa melihat sambil meneteskan airmata mulut anak perempuannya itu berucap "Laa ilaha illallah, Muhammadar rasulullah...", menjelang ajalnya. Semoga anaknya husnul khotimah.
Ditulis dalam surah Al-Qasas/28:81
" Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri. "
Aku bertanya dalam hati sehabis membaca surah tersebut; Masak sih tanah bisa menelan manusia dan rumah? Bagaimana kira-kira caranya? Kan tanah keras?
Likuifaksi gempa dan tsunami di Palu adalah jawabannya. Masya Allah. Tulisan ini tidak bermaksud menggambarkan anak perempuan itu adalah seperti Qarun. Bukan itu. Tetapi tulisan ini bertujuan mengingatkan kita bahwa begitulah bagaimana kira-kira tanah yang menenggelamkan Qarun dan istana mewahnya.
Yuuk kita rajin salat. Jangan menunda tobat.
Malaikatul maut mengintai kita, menunggu perintah Allah kapan mencabut nyawa kita. Kapanpun dan dimanapun.
Semoga kita bisa husnul khotimah.
Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar