Lalu aku dekati dia. Suaranya pelan, nyaris berbisik. Aku tempelkan kupingku dekat mulutnya. Kudengar dia berkata sambil matanya berkaca-kaca, "saya belum makan nasi, kemarin saya dan istri makan singkong. Untuk beli beras saya nggak punya uang".
"Kenapa begitu, pak? Bapak nggak kerja lagi?"
"Saya pengangguran. Saya tidak tahu dosa apa kiranya, kok hidup saya susah begini. Tadi saya ke rumah teman, mau pinjam uang untuk beli beras. Tapi dia sudah berangkat ke bogor. Dulu saya pernah menolong dia, waktu dia susah. Tetapi sekarang, kok balasannya begitu ya? Ada saja alasannya."
"Istri bapak nggak bekerja?"
"Istri saya kakinya lemah,kalau berjalan tangannya musti pegangan tembok"
Tanpa pikir panjang, apakah dia berdusta atau tidak. Aku kuras isi dompetku, aku serahkan padanya uang yang ada di dompetku. Dia berkata dan doa, "semoga dibalas berlipat ganda oleh Allah. Seperti tertulis di surah Al Baqarah."
"Amiiin..." jawabku
Tak berapa lama masuk ke dalam masjid teman akrabku yang juga sudah kakek-kakek. Pesiunan PNS. Aku pernah ditunjukkan tabungannya, jumlahnya 100juta lebih. Maklum tiap bulan pemerintah rutin mengisi tabungannya dengan uang pensiunnya sekitar 3,5juta rupiah.
Selepas dia salat sunnah, aku hampiri dia kubisikkan. "Pak, tuh ada seorang kakek lagi kesusahan. Sejak kemarin makan singkong doang."
Jawabnya enteng banget, "Ah, jangan percaya! Dia bohong."
Aku hanya bisa mengelus dada.
Aku lihat kakek miskin di ujung sana, dan kakek kaya di dekatku. Dua kakek seusia tetapi beda dalam rejeki. Yang satu kaya, yang satu papa.
Allah sudah memerintahkan di Alquran, bahwa yang kaya hendaknya membantu yang miskin. Tetapi rupanya setan membisikkan kesangsian di diri si kaya, bahwa si miskin pandai mengarang cerita. Dibujuknya, tidak usah bersedekah nanti kau jatuh miskin.
Masya Allah.
Beginilah kehidupan.
wassalam,
sangpenging@T
"Saya pengangguran. Saya tidak tahu dosa apa kiranya, kok hidup saya susah begini. Tadi saya ke rumah teman, mau pinjam uang untuk beli beras. Tapi dia sudah berangkat ke bogor. Dulu saya pernah menolong dia, waktu dia susah. Tetapi sekarang, kok balasannya begitu ya? Ada saja alasannya."
"Istri bapak nggak bekerja?"
"Istri saya kakinya lemah,kalau berjalan tangannya musti pegangan tembok"
Tanpa pikir panjang, apakah dia berdusta atau tidak. Aku kuras isi dompetku, aku serahkan padanya uang yang ada di dompetku. Dia berkata dan doa, "semoga dibalas berlipat ganda oleh Allah. Seperti tertulis di surah Al Baqarah."
"Amiiin..." jawabku
Tak berapa lama masuk ke dalam masjid teman akrabku yang juga sudah kakek-kakek. Pesiunan PNS. Aku pernah ditunjukkan tabungannya, jumlahnya 100juta lebih. Maklum tiap bulan pemerintah rutin mengisi tabungannya dengan uang pensiunnya sekitar 3,5juta rupiah.
Selepas dia salat sunnah, aku hampiri dia kubisikkan. "Pak, tuh ada seorang kakek lagi kesusahan. Sejak kemarin makan singkong doang."
Jawabnya enteng banget, "Ah, jangan percaya! Dia bohong."
Aku hanya bisa mengelus dada.
Aku lihat kakek miskin di ujung sana, dan kakek kaya di dekatku. Dua kakek seusia tetapi beda dalam rejeki. Yang satu kaya, yang satu papa.
Allah sudah memerintahkan di Alquran, bahwa yang kaya hendaknya membantu yang miskin. Tetapi rupanya setan membisikkan kesangsian di diri si kaya, bahwa si miskin pandai mengarang cerita. Dibujuknya, tidak usah bersedekah nanti kau jatuh miskin.
Masya Allah.
Beginilah kehidupan.
wassalam,
sangpenging@T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar