Anak perempuan yang lumpuh itu kini sudah dirawat oleh negara. Berita ini cukup melegakan hatiku dan tiga temanku. Pak Uus, dan Kadir.
Aku bercerita kepada mereka di masjid. Pak Uus yang dermawan tergerak untuk mengunjungi rumah kontrakan Pak tua yang tempo hari meninggal. Kami bertiga selepas subuh mencarinya.
Lewat gang sempit. Lalu naik tangga yang curam dengan anak tangga yang jaraknya kurasa amat tinggi. Sungguh merepotkan. Konon bapak tua itu menggendong anaknya menuruni tangga itu jika anaknya minta jalan-jalan keliling jika sore menjelang. Pantas saja dia menderita hernia. Anak perempuannya yang lumpuh (karena polio) makin besar, makin berat. Dia tak kuat lagi jika harus menggendonya naik turun tangga.
Tetapi 3 bulan sebelum meninggal, dia memutuskan pindah ke kamar yang di lantai dasar. Walau tarifnya lebih mahal. Apa mau dikata, dipaksakannya.
Tetapi kami tak menjumpai anak perempuan itu dikontrakannya. Juga kakak laki-lakinya. Untung ketemu dengan Imam, pemuda yang mengantarkan jenazah pak tua itu ke daerah Palmerah, rumah ibunya pak Tua itu.
Ditemani Imam sebagai penunjuk jalan. Aku, Kadir (pak RT 16), Imam. dan Pak Uus pergi ke rumah Ibunya pak Tua. Naik mobilnya Pak Uus.
Sampailah kami ke rumah yang kami tuju. Akhirnya kami berjumpa dengan anak perempuan yang lumpuh itu. Di sambut hangat kami oleh Sang Ibu lebih tepatnya Nenek.Sang Nenek bercerita panjang perihal kehidupannya. Rumahnya sederhana. Anak-anaknya laki-laki semua. Hidupnya sederhana. Dia terus terang merasa keberatan jika cucunya yang lumpuh ini tinggal bersamanya dirumah yang sempit. Tenaganya sudah tak ada. Orang-orang di rumah itu punya kesibukan sendiri-sendiri. Sementara kakak kandungnya harus bekerja menata hidupnya. Kasihan dia kalau harus mengurus sendiri adiknya yang lumpuh itu.
Anak perempuan itu duduk di lantai. Menatap kami berempat. Berusaha mengajak ngobrol. Tapi suaranya hanya teriakan "Paak...paaak!" sambil menunjuk boneka baru yang ada di atas kursi. Kami menyapanya.
Lalu Pak Uus mengusulkan untuk di rawat di panti asuhan milik negara. Neneknya setuju, juga abangnya.
Setelah berbincang, kami disuguhi kopi hangat juga jajanan. Kemudian kami menyerahkan bantuan uang kepada abangnya. Lalu kami pamit.
Selang seminggu kami dapat kabar dari pak RT Kadir. Anak perempuan itu sudah dikirim ke Panti Asuhan di daerah Kedoya. Syukurlah. Rupanya pak Lurah Kedaug Kaliangke bergerak cepat begitu ada laporan warganya yang kesusahan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar