"Aduuuuh, adow, wuuuwhh...!!!" berkali-kali mulut pria setengah gemuk itu mengeluarkan suaranya. Ya, dari jauh suara itu seperti suara seekor singa yang sedang mengaum, karena lapar atau menahan sakit. Dari raut wajahnya, mencerminkan dia orang yang keras, tegas, dan boleh jadi pemarah. Ah, sok tahu aku, hehehe...
Tetapi laki-laki itu tidak sedang lapar, tapi sedang menahan rasa sakitnya yang mungkin dirasa luar biasa. Badannya lemah, di dorong anak kecil mungkin dia bisa roboh. Atau digaplok bayi, mungkin sudah menjerit dia.
Aku sedang duduk sambil membaca buku, di deretan bangku-bangku kosong di depan ruang Hemodialisa (cuci darah) di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Sejak bangku kosong, di depanku sebelah kananku (kurang lebih berjarak enam meter dari tempat dudukku), diduduki oleh lelaki setengah baya itu. Konsentrasi membacaku terganggu. Ya terutama terganggu oleh "auman-nya". Suaranya terdengar keras, melenguh bagai seekor sapi hendak dipotong.
"Aduuuuh, aduuuuh, whuhhhh!!!". Sesekali terdengar suara istighfar dari mulutnya. "... Astaghfirullah...astaghfirullah..!!!"...
Aku duduk disana, sembari menunggu panggilan periksa rutin bulanan sakit jantungku. Untuk mengusir kebosanan menunggu di deretan bangku klinik jantung, aku iseng menunggu di ruang lain. Ruangnya terasa lebih luas, penuh kaca. Dan dari bangku, di lantai 2 itu aku bisa melihat ramainya lalu lintas di jalan raya Cideng Barat, di bawah sana.
Aku tutup bukuku, lalu aku dekati laki-laki itu. "Sakit apa pak?"
"Sakit ginjal!" katanya sambil terus mengaduh. "Ini mau cuci darah, tapi tunggu giliran. Sekali cuci darah, waktunya selama lima jam. Seminggu dua kali Rabu sama Sabtu!" katanya.
"Tadi malam rasanya saya mau mati, sudah nggak kuat, sakiiit!.. badan lemes, mau berdiri saja susah," ujarnya.
"Ini agak mendingan, setelah minum air putih dikasih do'a kyai," ucapnya. Ya kulihat dia dituntun oleh istrinya ketika masuk ke ruang tunggu ini. Istrinya sedang pergi sebentar untuk membeli roti, atau minuman.
"Bisa sampai cuci darah, bagaimana awal mulanya pak?" tanyaku mencari tahu.
"Saya dulu kerja sebagai kontraktor, ya begitulah kerja keras sampai malam, nah saya tuh beli minuman...yang ngejoss dan sejenisnya macam kuku macan (eh ini merek kira-kiraku saja lho)," katanya seakan menasehatiku. Supaya jangan deh sering mengkonsumsi minuman seperti itu keseringan.
"Terasanya baru sekarang, aduuuh adowwhhhh... lemes, sakit nggak keruan... aduuuh..."katanya sambil diiringi suara mengaduh...
Aku membayangkan rasanya sakitnya. Sebab kalau jantungku sedang kumat, ya begitu deh rasanya. Dada sebelah kiri terasa sesak, jantung seperti ditindih beban ribuan kilogram. Ampuuuun deh. Masya Allah...
Inilah akibat aku di masa muda dulu doyan rokok! Aku berpesan pada pembaca yang muda, yang tua juga boleh kok. SUPAYA JANGAN MEROKOK! Memangnye kenapa? Mau tahu nikmatnya sakit jantung, teruslah merokok. ... hehehehe...
Kalau sudah terserang penyakit kronis, seperti ginjal yang harus cuci darah dan jantung, atau penyakit serem lainnya, baru terasa SEHAT ITU MAHAL.
So keep sport, brO!!!!
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar