Tulisan yang baik, sungguh bermanfaat.
Tidak sekedar rangkaian kata. Tetapi kalimat yang syarat makna.
Tulislah, apa yang bisa dituliskan, agar supaya orang lain tahu.
Tulisan bisa menjadi sejarah bagi penulisnya.
Wassalam,
SangPenging@T!
Adsense
Sabtu, Februari 28, 2015
Islamic Book Fair 2015
Aku melihat lagi pameran buku2 Islam di Istora Senayan, hari ini 28 Februari 2015.
Bersama dua temanku. Satu penulis, yang satu lagi pengusaha real estate.
Aku menyaksikan bedah buku karya Kang Abik (penulis novel best seller "Ayat-ayat Cinta"), judulnya Api Tauhid. Lumayan dapat sedikit pencerahan, plus kiat-kiat menulis novel. Habis itu aku beli novel itu, dan minta tanda tangannya. Siiip!
Diantaranya; tulis jalan cerita hingga tuntas. Sebutkan nama tokoh dan ciri-cirinya dengan jelas, print dan tempel di dekat komputer. Perlu riset. Bikin penasaran pembaca. Kalau perlu, cari tahu tebakan pembaca, eh sudah itu kita meloncat keluar dari tebakan pembaca. Dan penyelesaian (ending) novel harus yang syar'i.
Magrib buka bersama sang penulis, Munib. dan pak Uus. di lantai dua istora, di samping stand gaun muslimah. Susah cari tempat yang ideal sih.
Pulangnya, sempat bersitegang dengan tukang parkir, lebih tepatnya tukang palak. Aku kasih Rp 2000,-, dia minta Rp5000,-. Tidak kutambahi. ditariknya jaketku, aku tetap saja tancap gas. Ceritanya uji nyali nih. Teman tukang parkir cowok, hanya melihat saja.
Bukan masalah uang kecilnya itu, tapi parkir nggak resminya yang bikin aku gak ikhlas memberi tambahannya. Kecuali ada ketentuan resmi, ya okelah.
Wassalam,
SangPenging@T!
Bersama dua temanku. Satu penulis, yang satu lagi pengusaha real estate.
Aku menyaksikan bedah buku karya Kang Abik (penulis novel best seller "Ayat-ayat Cinta"), judulnya Api Tauhid. Lumayan dapat sedikit pencerahan, plus kiat-kiat menulis novel. Habis itu aku beli novel itu, dan minta tanda tangannya. Siiip!
Diantaranya; tulis jalan cerita hingga tuntas. Sebutkan nama tokoh dan ciri-cirinya dengan jelas, print dan tempel di dekat komputer. Perlu riset. Bikin penasaran pembaca. Kalau perlu, cari tahu tebakan pembaca, eh sudah itu kita meloncat keluar dari tebakan pembaca. Dan penyelesaian (ending) novel harus yang syar'i.
Magrib buka bersama sang penulis, Munib. dan pak Uus. di lantai dua istora, di samping stand gaun muslimah. Susah cari tempat yang ideal sih.
Pulangnya, sempat bersitegang dengan tukang parkir, lebih tepatnya tukang palak. Aku kasih Rp 2000,-, dia minta Rp5000,-. Tidak kutambahi. ditariknya jaketku, aku tetap saja tancap gas. Ceritanya uji nyali nih. Teman tukang parkir cowok, hanya melihat saja.
Bukan masalah uang kecilnya itu, tapi parkir nggak resminya yang bikin aku gak ikhlas memberi tambahannya. Kecuali ada ketentuan resmi, ya okelah.
Wassalam,
SangPenging@T!
Kagum Dengan Yang Taat
Melihat anak muda tekun shalat lima waktu di masjid, aku merasa kagum.
Menengok orangtua sudah tertatih-tatih jalannya, dia tetap tekun shalat lima waktu di masjid, aku berdecak kagum.
Melihat anak-anak mendirikan shalat di masjid di waktu magrib, walau diiringi canda, tetap aku merasa kagum melihat mereka. Sementara itu orangtuanya, entah kemana. Tapi ya mudah-mudahan juga shalat meski di rumah.
Wassalam,
SangPenging@T!
Menengok orangtua sudah tertatih-tatih jalannya, dia tetap tekun shalat lima waktu di masjid, aku berdecak kagum.
Melihat anak-anak mendirikan shalat di masjid di waktu magrib, walau diiringi canda, tetap aku merasa kagum melihat mereka. Sementara itu orangtuanya, entah kemana. Tapi ya mudah-mudahan juga shalat meski di rumah.
Wassalam,
SangPenging@T!
Selasa, Februari 17, 2015
Komen Dong...
Sudah sekian banyak kucurahkan buah pikiranku di blogspotku ini. Tapi kok nggak ada yang kasih komentar ya?
Oh mungkin memang tulisanku tak perlu dikomentari, barangkali. Ah, sudahlah tak perlu dipusingkan. Betul?
Tapi aku berharap ada beberapa tulisanku yang bisa menginspirasi para pembaca setia blogspotku. Terima kasih sudah mau membacanya.
Lho kok tahu ada yang mbaca blogspot ini? Ya tahulah, paling tidak dari rekam jejak para pembaca.
Semoga bermanfaat blogspot "swarahati fajar" ini. Kalau ada salah kata, mohon maaf yaa....
Wassalam,
SangPenging@T!
Oh mungkin memang tulisanku tak perlu dikomentari, barangkali. Ah, sudahlah tak perlu dipusingkan. Betul?
Tapi aku berharap ada beberapa tulisanku yang bisa menginspirasi para pembaca setia blogspotku. Terima kasih sudah mau membacanya.
Lho kok tahu ada yang mbaca blogspot ini? Ya tahulah, paling tidak dari rekam jejak para pembaca.
Semoga bermanfaat blogspot "swarahati fajar" ini. Kalau ada salah kata, mohon maaf yaa....
Wassalam,
SangPenging@T!
Cerai!
Ini yang kedua kali aku ditraktir makan siang oleh sahabatku. Sebut saja namanya Alay. Dia berbuat itu untuk memperlicin keinginannya supaya aku mau mengetik naskah perlawanan gugatan cerai dari istrinya. Ah, tapi kupikir ya tidak begitulah. Traktirannya kunilai sebagai penghargaan kepadaku, karena sudah mau menerima curahan uneg-unegnya tentang ulah istrinya.
Pernah kulihat istrinya beberapa tahun yang lalu. Cantik, tipe timur tengah. Mancung hidungnya. Berjilbab. Makanya dia ogah menceraikannya. Tetapi kalau kulihat dari surat gugatan cerai yang dikirim istrinya ke Pengadilan Agama, agaknya istrinya ngebet banget minta cerai dari si Alay.
Hidup begini rupanya. Ada yang minta kawin, eh nikah ada pula yang minta cerai.
Setahun yang lalu dia sudah cerita hubungannya dengan istrinya yang mulai memburuk. Dan sudah berulang kali pula, kunasehati dia supaya menceraikan istrinya saja! Lho, sadis amat saranku. Lha iyalah, ngapain mempertahankan perkawinan yang sudah retak. Toh kita kawin bukan karena kawin paksa zaman ala Siti Nurbaya. Atau kawin paksa karena kepergok sama hansip kampung.
Istri kita kita nikahi karena pilihan sendiri. Nah, jika dia sudah tidak enjoy hidup bersama kita, ngapain susah-susah mempertahankannya. Bukankah hidup perkawinan itu harus akur, saling menghargai, saling memberi kasih sayang. Tetapi kalau kasih sayang kita dibalas air tuba oleh pasangan kita, bagaimana? Ya, Lebih baik cari yang sudi menerima curahan cinta kita, cari yang lebih setia, dan kalau bisa cari yang lebih cantik, brO! hehehe...
Dia kurang senang rupanya dengan saranku itu. Ah, maafkan kawan. Tapi ya nyatanya begini hasilnya. Hari ini aku bertemu dengannya, dengan kabar yang kurang sedap.
Kasihan betul si Alay. Dan mudah-mudahan ujian yang menimpanya, tidak menimpaku. Bisa gawat aku kalo digugat cerai istriku. Lha wong, aku cinta banget sama dia.
Aku sarankan dia untuk shalat Istkharah. Semoga dari shalat itu, dia bisa diberi petunjuk-Nya, mana yang terbaik, cerai atau hidup akur seperti sedia kala bersama istrinya. Atau bahkan musti cari istri baru.
Wassalam,
SangPenging@T!
Pernah kulihat istrinya beberapa tahun yang lalu. Cantik, tipe timur tengah. Mancung hidungnya. Berjilbab. Makanya dia ogah menceraikannya. Tetapi kalau kulihat dari surat gugatan cerai yang dikirim istrinya ke Pengadilan Agama, agaknya istrinya ngebet banget minta cerai dari si Alay.
Hidup begini rupanya. Ada yang minta kawin, eh nikah ada pula yang minta cerai.
Setahun yang lalu dia sudah cerita hubungannya dengan istrinya yang mulai memburuk. Dan sudah berulang kali pula, kunasehati dia supaya menceraikan istrinya saja! Lho, sadis amat saranku. Lha iyalah, ngapain mempertahankan perkawinan yang sudah retak. Toh kita kawin bukan karena kawin paksa zaman ala Siti Nurbaya. Atau kawin paksa karena kepergok sama hansip kampung.
Istri kita kita nikahi karena pilihan sendiri. Nah, jika dia sudah tidak enjoy hidup bersama kita, ngapain susah-susah mempertahankannya. Bukankah hidup perkawinan itu harus akur, saling menghargai, saling memberi kasih sayang. Tetapi kalau kasih sayang kita dibalas air tuba oleh pasangan kita, bagaimana? Ya, Lebih baik cari yang sudi menerima curahan cinta kita, cari yang lebih setia, dan kalau bisa cari yang lebih cantik, brO! hehehe...
Dia kurang senang rupanya dengan saranku itu. Ah, maafkan kawan. Tapi ya nyatanya begini hasilnya. Hari ini aku bertemu dengannya, dengan kabar yang kurang sedap.
Kasihan betul si Alay. Dan mudah-mudahan ujian yang menimpanya, tidak menimpaku. Bisa gawat aku kalo digugat cerai istriku. Lha wong, aku cinta banget sama dia.
Aku sarankan dia untuk shalat Istkharah. Semoga dari shalat itu, dia bisa diberi petunjuk-Nya, mana yang terbaik, cerai atau hidup akur seperti sedia kala bersama istrinya. Atau bahkan musti cari istri baru.
Wassalam,
SangPenging@T!
Senin, Februari 16, 2015
Seorang Laki-laki Mengaduh
"Aduuuuh, adow, wuuuwhh...!!!" berkali-kali mulut pria setengah gemuk itu mengeluarkan suaranya. Ya, dari jauh suara itu seperti suara seekor singa yang sedang mengaum, karena lapar atau menahan sakit. Dari raut wajahnya, mencerminkan dia orang yang keras, tegas, dan boleh jadi pemarah. Ah, sok tahu aku, hehehe...
Tetapi laki-laki itu tidak sedang lapar, tapi sedang menahan rasa sakitnya yang mungkin dirasa luar biasa. Badannya lemah, di dorong anak kecil mungkin dia bisa roboh. Atau digaplok bayi, mungkin sudah menjerit dia.
Aku sedang duduk sambil membaca buku, di deretan bangku-bangku kosong di depan ruang Hemodialisa (cuci darah) di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Sejak bangku kosong, di depanku sebelah kananku (kurang lebih berjarak enam meter dari tempat dudukku), diduduki oleh lelaki setengah baya itu. Konsentrasi membacaku terganggu. Ya terutama terganggu oleh "auman-nya". Suaranya terdengar keras, melenguh bagai seekor sapi hendak dipotong.
"Aduuuuh, aduuuuh, whuhhhh!!!". Sesekali terdengar suara istighfar dari mulutnya. "... Astaghfirullah...astaghfirullah..!!!"...
Aku duduk disana, sembari menunggu panggilan periksa rutin bulanan sakit jantungku. Untuk mengusir kebosanan menunggu di deretan bangku klinik jantung, aku iseng menunggu di ruang lain. Ruangnya terasa lebih luas, penuh kaca. Dan dari bangku, di lantai 2 itu aku bisa melihat ramainya lalu lintas di jalan raya Cideng Barat, di bawah sana.
Aku tutup bukuku, lalu aku dekati laki-laki itu. "Sakit apa pak?"
"Sakit ginjal!" katanya sambil terus mengaduh. "Ini mau cuci darah, tapi tunggu giliran. Sekali cuci darah, waktunya selama lima jam. Seminggu dua kali Rabu sama Sabtu!" katanya.
"Tadi malam rasanya saya mau mati, sudah nggak kuat, sakiiit!.. badan lemes, mau berdiri saja susah," ujarnya.
"Ini agak mendingan, setelah minum air putih dikasih do'a kyai," ucapnya. Ya kulihat dia dituntun oleh istrinya ketika masuk ke ruang tunggu ini. Istrinya sedang pergi sebentar untuk membeli roti, atau minuman.
"Bisa sampai cuci darah, bagaimana awal mulanya pak?" tanyaku mencari tahu.
"Saya dulu kerja sebagai kontraktor, ya begitulah kerja keras sampai malam, nah saya tuh beli minuman...yang ngejoss dan sejenisnya macam kuku macan (eh ini merek kira-kiraku saja lho)," katanya seakan menasehatiku. Supaya jangan deh sering mengkonsumsi minuman seperti itu keseringan.
"Terasanya baru sekarang, aduuuh adowwhhhh... lemes, sakit nggak keruan... aduuuh..."katanya sambil diiringi suara mengaduh...
Aku membayangkan rasanya sakitnya. Sebab kalau jantungku sedang kumat, ya begitu deh rasanya. Dada sebelah kiri terasa sesak, jantung seperti ditindih beban ribuan kilogram. Ampuuuun deh. Masya Allah...
Inilah akibat aku di masa muda dulu doyan rokok! Aku berpesan pada pembaca yang muda, yang tua juga boleh kok. SUPAYA JANGAN MEROKOK! Memangnye kenapa? Mau tahu nikmatnya sakit jantung, teruslah merokok. ... hehehehe...
Kalau sudah terserang penyakit kronis, seperti ginjal yang harus cuci darah dan jantung, atau penyakit serem lainnya, baru terasa SEHAT ITU MAHAL.
So keep sport, brO!!!!
Wassalam,
SangPenging@T!
Tetapi laki-laki itu tidak sedang lapar, tapi sedang menahan rasa sakitnya yang mungkin dirasa luar biasa. Badannya lemah, di dorong anak kecil mungkin dia bisa roboh. Atau digaplok bayi, mungkin sudah menjerit dia.
Aku sedang duduk sambil membaca buku, di deretan bangku-bangku kosong di depan ruang Hemodialisa (cuci darah) di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat.
Sejak bangku kosong, di depanku sebelah kananku (kurang lebih berjarak enam meter dari tempat dudukku), diduduki oleh lelaki setengah baya itu. Konsentrasi membacaku terganggu. Ya terutama terganggu oleh "auman-nya". Suaranya terdengar keras, melenguh bagai seekor sapi hendak dipotong.
"Aduuuuh, aduuuuh, whuhhhh!!!". Sesekali terdengar suara istighfar dari mulutnya. "... Astaghfirullah...astaghfirullah..!!!"...
Aku duduk disana, sembari menunggu panggilan periksa rutin bulanan sakit jantungku. Untuk mengusir kebosanan menunggu di deretan bangku klinik jantung, aku iseng menunggu di ruang lain. Ruangnya terasa lebih luas, penuh kaca. Dan dari bangku, di lantai 2 itu aku bisa melihat ramainya lalu lintas di jalan raya Cideng Barat, di bawah sana.
Aku tutup bukuku, lalu aku dekati laki-laki itu. "Sakit apa pak?"
"Sakit ginjal!" katanya sambil terus mengaduh. "Ini mau cuci darah, tapi tunggu giliran. Sekali cuci darah, waktunya selama lima jam. Seminggu dua kali Rabu sama Sabtu!" katanya.
"Tadi malam rasanya saya mau mati, sudah nggak kuat, sakiiit!.. badan lemes, mau berdiri saja susah," ujarnya.
"Ini agak mendingan, setelah minum air putih dikasih do'a kyai," ucapnya. Ya kulihat dia dituntun oleh istrinya ketika masuk ke ruang tunggu ini. Istrinya sedang pergi sebentar untuk membeli roti, atau minuman.
"Bisa sampai cuci darah, bagaimana awal mulanya pak?" tanyaku mencari tahu.
"Saya dulu kerja sebagai kontraktor, ya begitulah kerja keras sampai malam, nah saya tuh beli minuman...yang ngejoss dan sejenisnya macam kuku macan (eh ini merek kira-kiraku saja lho)," katanya seakan menasehatiku. Supaya jangan deh sering mengkonsumsi minuman seperti itu keseringan.
"Terasanya baru sekarang, aduuuh adowwhhhh... lemes, sakit nggak keruan... aduuuh..."katanya sambil diiringi suara mengaduh...
Aku membayangkan rasanya sakitnya. Sebab kalau jantungku sedang kumat, ya begitu deh rasanya. Dada sebelah kiri terasa sesak, jantung seperti ditindih beban ribuan kilogram. Ampuuuun deh. Masya Allah...
Inilah akibat aku di masa muda dulu doyan rokok! Aku berpesan pada pembaca yang muda, yang tua juga boleh kok. SUPAYA JANGAN MEROKOK! Memangnye kenapa? Mau tahu nikmatnya sakit jantung, teruslah merokok. ... hehehehe...
Kalau sudah terserang penyakit kronis, seperti ginjal yang harus cuci darah dan jantung, atau penyakit serem lainnya, baru terasa SEHAT ITU MAHAL.
So keep sport, brO!!!!
Wassalam,
SangPenging@T!
Minggu, Februari 15, 2015
MyBook Batal Terbit Di Lentera Hati
Menyakitkan. Itu yang kurasa, ketika aku ambil keputusan untuk membatalkan kerjasama dengan penerbit Lentera Hati (LH). Artinya my first Book, batal dicetak disana. Dan itu artinya aku harus cari-cari lagi penerbit yang cocok dan bersedia menerbitkan bukuku. Ini kegagalan yang ke-dua! Yang pertama, ditolak oleh penerbit Noura, grup mizan. Ditolaknya sebelum teken kontrak. Jadi tak begitu menyakitkanlah.
Sebelum pembatalan itu, ada perasaan jengkel yang mengganjel di hati ini. Sebabnya sudah sekian bulan naskah buku diproses di bagian pra cetak LH. Eh, masih juga mentah. Alias, belum di-proof reading juga oleh editor. Jadi selama ini bolak-balik Ciputat-Kalimati, yang melelahkan bersama si Jadul, ternyata tak ada hasilnya.
Kuanggap tak serius rupanya pihak LH mau menerbitkannya. Atau jangan-jangan mereka ragu tentang MyBook itu. Laku atau bakalan seret penjualannya nih? Sehingga maju mundur mau mencetaknya. Padahal sudah teken kontrak, brO! Konsekuensi pembatalan ini, aku minta dihapus semua naskah file yang sudah di copy di komputer Lentera Hati.
Rupanya beginilah proses yang harus dilalui tatkala ingin menerbitkan buku. Dibatalkan, walau sudah teken kontrak. Ya memang harus dibatalkan bila keduabelah pihak tidak mencapai kata sepakat.
Ya sudahlah, ada hikmah yang bisa dipetik dari pembatalan ini. Artinya aku bisa memperbaiki lagi naskah MyBook. Agar lebih bernas lagi. Sip deh! No problemo!
Wassalam,
SangPenging@T!
Sebelum pembatalan itu, ada perasaan jengkel yang mengganjel di hati ini. Sebabnya sudah sekian bulan naskah buku diproses di bagian pra cetak LH. Eh, masih juga mentah. Alias, belum di-proof reading juga oleh editor. Jadi selama ini bolak-balik Ciputat-Kalimati, yang melelahkan bersama si Jadul, ternyata tak ada hasilnya.
Kuanggap tak serius rupanya pihak LH mau menerbitkannya. Atau jangan-jangan mereka ragu tentang MyBook itu. Laku atau bakalan seret penjualannya nih? Sehingga maju mundur mau mencetaknya. Padahal sudah teken kontrak, brO! Konsekuensi pembatalan ini, aku minta dihapus semua naskah file yang sudah di copy di komputer Lentera Hati.
Rupanya beginilah proses yang harus dilalui tatkala ingin menerbitkan buku. Dibatalkan, walau sudah teken kontrak. Ya memang harus dibatalkan bila keduabelah pihak tidak mencapai kata sepakat.
Ya sudahlah, ada hikmah yang bisa dipetik dari pembatalan ini. Artinya aku bisa memperbaiki lagi naskah MyBook. Agar lebih bernas lagi. Sip deh! No problemo!
Wassalam,
SangPenging@T!
Langganan:
Postingan (Atom)