Aku gila? Masak sih? Ya aku benar benar seperti orang gila, nggak waras! Ah, baru "seperti" kok, itu artinya belum gila. Dan mudah-mudahan tidak gila. Memangnya mau jadi orang gila? Oh, tentu tidak, gila apa? Jadi orang waras aja susahnya setengah mati, eh ditawarin mau jadi orang gila. Ogah ah!
Bayangkan coba. Kalau pembaca malas membayangkan, ya sudah nggak usah dipaksa. hehehe....
Aku selama ini digaji dibawah UMR diam saja. Direndahkan tetangga, diam saja. Diremehkan teman, diam saja. Dan seribu satu macam perilaku yang bercorak negatip yang dilakukan oleh seseorang yang kucintai atau tidak kucintai terhadapku, ya aku diam saja. Dan yang parah, dimaki-maki, dicemooh, dijelek-jelekin oleh diri sendiri, ya tetap diam saja. Nah, ini yang kuanggap sebagai jangan-jangan aku sudah gila!
Gila, mungkin dalam arti aku sudah tidak peka lagi melihat dan menanggapi manusia di sekitarku. Lihat anak sendiri "terlantar", aku diam saja. Lihat istri nggak punya perhiasan emas yang memadai (seperti tetangga), aku diam saja. Padahal istri tercinta kulihat bibirnya sampai dower minta dibelikan mas-masan. Aku tetap tak bereaksi. Dan kujawab ringan, "nanti ada masanya, bu". Dan selalu istriku bilang berulang kali, "Kapan, Pak?"... Kapan?... dan lalu kujawab ringan sekali..."Yaaa, kapan-kapan bu".
Ya, aku melihat semua itu seperti bukan suatu keharusan aku mati-matian cari duit. Kerja keras, banting tulang demi untuk memenuhi standar hidup buat yang kucintai, istri dan anak-anak. Apa ini namanya kalau bukan gila, alias gak waras?
Ya tiba-tiba kesadaranku mulai bangkit, mulai bangun. Selama ini kesadaranku "tidur panjang" rupanya. Di-nina-bobokan oleh "kecukupan" yang semu. Kecukupan yang dicukupi oleh istri. Kasihan dia sudah kerja keras untuk keluarga kecil kami.
Aku bertekad "Mulai malam ini, Aku harus mandiri!". Ya bukankah, hidupku hari ada pilihanku sendiri. Aku harus mempertanggungjawabkan pilihan profesi karirku ini. Dunia dan akhirat loh! Hi, berat banget yak?
Sukses itu berawal dari tekad diri sendiri, jangan mengandalkan orang lain. Bantuan (tepatnya dukungan) dari orang lain baru didapat setelah usaha kita membuahkan hasil. Aku kira begitulah jalan untuk menapaki kesuksesan. Ya masih kira-kira. Lho? ya iyalah kan aku belum jadi orang sukses. Jadinya masih berupa hipotesa pernyataan yang kutulis itu.
Yes, aku mohon doa dari pembaca untuk cita-citaku menjadi motivator ketaatan beribadah kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt meridhoi langkahku. Amiiin...
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar