Besok malam, angka tahun sudah berganti menjadi tahun dengan angka 2015. Seiring bergantinya angka, tentu banyak hal yang kualami. Banyak peristiwa dan pelajaran yang terjadi di tahun 2014.
Namun secara umum yang bisa kukatakan adalah bahwa, "aku belum jadi orang sukses di tahun 2014!". Ya sukses nama, ya sukses materi. Ya, ya, ya...
Yang kusuka di tahun 2014 ini, aku bisa menunaikan impian yang sudah bertahun-tahun kubangun. Yaitu, menunaikan ibadah Umroh! Terima kasih kuucapkan buat adik bungsuku dan istriku, dua sayap manis yang telah menerbangkan diriku ke Baitullah. Semoga Allah Swt, melimpahkan rezeki dan kesehatan kepada kalian berdua.
Kepada adik-adikku yang lain, wow! Kalian sungguh luar biasa bagiku. Tetap tidak pernah merepotkan aku sebagai kakak tertua. Sementara aku tetap masih begini, belum bisa berarti banyak bagi kalian.
Kepada anak-anakku, wow! juga. Kalian penuh pengertian bahwa bapaknya (aku) belum bisa memenuhi keinginan kalian yang berbau "high cost". Maklum bapak belum jadi orang kaya.
Dan lebih dari itu semua, aku patut dan harus mengucapkan "Alhamdulillah", bersyukur kepada Allah Swt, atas masih diberinya kesempatan aku untuk menghirup udara segar di muka bumi ini. Tadinya kuberpikir usiaku sudah tipis harapan untuk melangkah hingga ujung tahun 2014 ini.
Aku prihatin dengan kesehatan jantungku. Berdasarkan hasil tindakan kateter, jantungku musti di bypass. Ada satu sumbatan yang sudah mencapai 100% pada salah satu pembuluh arteri jantungku. Selain itu ada lagi plak di tiga pembuluh arteri yang lain. Ada yang 70%. Akan tetapi aku belum mau, tepatnya masih takut dengan operasi bypass. Untuk itu aku harus rajin periksa sebulan sekali dan minum obat setiap hari.
Tadinya aku rajin periksa di RS Jantung Harapan Kita. Dan kini dilanjutkan periksa di RSUD Tarakan di poli Jantung. Menggunakan Askes/BPJS. Terima kasih Askes! Sungguh terasa manfaatnya. Apa sebabnya? Karena jika tidak memakai kartu Askes, wow! tak terbayang berapa lembar jutaan yang harus kubelanjakan. Dan terima kasih pula untuk istriku tercinta, perhatianmu luar biasa untuk perawatan sakit jantungku di RSJ Harapan Kita.
Di penghujung tahun 2014 ini, aku menatap ke belakang atas karir yang sudah kujalani. Ada sedikit rasa sesal dalam bentuk tanya; mengapa aku lambat berpikir? mengapa aku salah bertindak? dan sejuta mengapa, menyergapku.. Wow! aku tak ingin menjawabnya, walaupun aku bisa.
Tapi sudahlah, waktu sudah berlalu. Kini saatnya menatap ke depan ke tahun 2015. Semoga ke-sukses-an-lah yang kuraih! Melalui tulisan (menerbitkan buku, myBook n myNovel) serta melalui desain dan lukisan!
Semoga namaku bisa terukir di tahun 2015!
Wassalam,
SangPenging@T!
Adsense
Selasa, Desember 30, 2014
Selasa, Desember 16, 2014
Mengelola
Hidup harus dikelola. Mereka yang pandai mengelola hidupnya maka bisa dipastikan hidupnya nggak bakal sengsara.
Pemimpin harus bisa mengelola bawahan.
Kepala keluarga harus bijak mengelola keluarganya. Tidak ringan lho tugas menjadi seorang ayah dalam rumah tangga. Dia harus tegas tapi tidak beringas. Ayah harus bersikap adil kepada anak-anaknya. Tidak pilih kasih.
Ibu rumah tangga harus pandai mengelola keuangan dan segala tetek bengek urusan dalam rumah. Mulai dari mengurus bayi, anak-anak, merapihkan kamar tidur hingga meladeni suami. Nah bagi yang punya duit lebih, tentu lebih baik punya pembantu RT.
Waktunya shalat, tidak dipergunakan dengan baik alias tidak shalat, maka ini akan mengakibatkan bencana bagi orang yang lalai dalam menjalankan perintah-Nya.
Pendek kata, semua manusia harus pandai mengelola waktu. Waktu yang terbuang percuma, mendatangkan penyesalan di kemudian hari.
Wassalam,
SangPenging@T!
Pemimpin harus bisa mengelola bawahan.
Kepala keluarga harus bijak mengelola keluarganya. Tidak ringan lho tugas menjadi seorang ayah dalam rumah tangga. Dia harus tegas tapi tidak beringas. Ayah harus bersikap adil kepada anak-anaknya. Tidak pilih kasih.
Ibu rumah tangga harus pandai mengelola keuangan dan segala tetek bengek urusan dalam rumah. Mulai dari mengurus bayi, anak-anak, merapihkan kamar tidur hingga meladeni suami. Nah bagi yang punya duit lebih, tentu lebih baik punya pembantu RT.
Waktunya shalat, tidak dipergunakan dengan baik alias tidak shalat, maka ini akan mengakibatkan bencana bagi orang yang lalai dalam menjalankan perintah-Nya.
Pendek kata, semua manusia harus pandai mengelola waktu. Waktu yang terbuang percuma, mendatangkan penyesalan di kemudian hari.
Wassalam,
SangPenging@T!
"Sebelum" itu penting.
Umumnya semua kejadian (kontrak bisnis, misalnya) dan produksi (penciptaan) produk/jasa baru yang kita inginkan, bisa dipastikan melalui proses "tahapan rancangan atau rencana". Nah rancangan atau rencana itu yang aku sebut sebagai "sebelum" sesuatu.
Kata "sebelum" itu penting. Sampai sejauh mana tingkat kepentingannya? Itu tergantung seberapa penting kita menghargai sesuatu yang akan datang, yang akan kita hadapi.
Sebelum mati, maka kita harus ingat bekal apa yang akan kita bawa. Tetapi banyak orang yang tidak peduli dengan bekalnya. Mereka hidup sesukanya,
Sebelum nikah, kita musti menyiapkan segala sesuatu dengan matang. Mulai dari cari pasangan hidup yang cocok sampai dengan cari penghulu, plus ngumpulin biaya buat nikah.
Sebelum shalat, ya harus wudhu. Tanpa wudhu, shalat tidak sah. Sia-sia shalat tanpa wudhu.
Sebelum marah, pikirkan matang-matang dan ajukan pertanyaan, "Apakah saya harus marah, brO?". Ah, boro-boro mikir. Mau marah ya marah aja. Dhuar der dor!! bagaikan peluru yang lepas dari moncong senjata. Eh, ati-ati marah yang tanpa sebab bisa-bisa Anda disebut gila! Iya ya... tapi terus terang meredam amarah itu nggak gampang. Aku akui itu, karena aku kadang-kadang suka marah (hehehe...)
Pikirkanlah matang-matang sebelum sesuatunya terjadi. Agar tidak menyesal di kemudian hari.
Wassalam,
SangPenging@T!
Kata "sebelum" itu penting. Sampai sejauh mana tingkat kepentingannya? Itu tergantung seberapa penting kita menghargai sesuatu yang akan datang, yang akan kita hadapi.
Sebelum mati, maka kita harus ingat bekal apa yang akan kita bawa. Tetapi banyak orang yang tidak peduli dengan bekalnya. Mereka hidup sesukanya,
Sebelum nikah, kita musti menyiapkan segala sesuatu dengan matang. Mulai dari cari pasangan hidup yang cocok sampai dengan cari penghulu, plus ngumpulin biaya buat nikah.
Sebelum shalat, ya harus wudhu. Tanpa wudhu, shalat tidak sah. Sia-sia shalat tanpa wudhu.
Sebelum marah, pikirkan matang-matang dan ajukan pertanyaan, "Apakah saya harus marah, brO?". Ah, boro-boro mikir. Mau marah ya marah aja. Dhuar der dor!! bagaikan peluru yang lepas dari moncong senjata. Eh, ati-ati marah yang tanpa sebab bisa-bisa Anda disebut gila! Iya ya... tapi terus terang meredam amarah itu nggak gampang. Aku akui itu, karena aku kadang-kadang suka marah (hehehe...)
Pikirkanlah matang-matang sebelum sesuatunya terjadi. Agar tidak menyesal di kemudian hari.
Wassalam,
SangPenging@T!
Senin, Desember 15, 2014
NO "Smoke On The Water" !
Aku membaca berita daftar Orang Terkaya Di Indonesia Tahun 2014 versi majalah bisnis Forbes, edisi Desember di Liputan6 isi beritanya sebagai berikut:
>>> Kakak beradik pemilik Grup Djarum belum bergeser dari posisi puncak orang terkaya di RI dengan total kekayaan US$ 16,5 miliar atau setara Rp 203,19 triliun. >>>>
(Aku, sebagai mantan pecandu berat rokok, hanya bisa berdecak sinis ck ck ck (eh.. masak nggak kagum sih? Tidak! Mengapa? Karena rokok telah merusak jantungku!)
Dinobatkan seperti itu, sudah seharusnya mereka pasang iklan "Ucapan Terima Kasih" satu halaman di surat kabar nasional.
Bunyinya iklannya, boleh seperti ini :
" Terima kasih"
Untuk rakyat Indonesia penggemar rokok, sebatang rokok yang anda hisap (nikmati, bro) setiap hari, setiap tahun.. sepanjang hidup Anda... telah mengantarkan kami (produsen rokok Jarum) menjadi orang terkaya se Indonesia.
Tetaplah merokok! Resiko anda jantungan, kanker, TBC itu mohon ditanggung sendiri ya. (bukankah ada Kartu Sehat, BPJS...? )
Dan mohon sekali lagi mohooon... gambar-gambar seram dibungkus rokok diabaikan saja. Kalo perlu tutup (tempel stiker) dengan gambar artis. Atau terserah Anda saja, mau ditempeli gambar apa.
Lalu diiklannya ada splash (berwarna merah darah).dan di dalam splash itu ada tulisannya " Keep Smoking, don't worry about your health! No smokin juga death kok!"...
Weh weh... kok bahasa Inggris campur sari sih?. Hehehe... biar terasa rasa humornya sedikit.
Tapi... st stt... sebaiknya no smoking sajalah, biar badan Anda tetap sehat, tetap semangat menghadapi hidup yang semakin penuh tantangan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Rabu, Desember 03, 2014
Aku Sedang Sedih
Sedih adalah bagian dari jiwa. Manusia yang nggak pernah sedih, boleh dikatakan sedang sakit jiwa. Tepatnya jiwanya sedang sakit. Sedih dan gembira silih berganti setiap hari. Sedih terus sepanjang hari, rasanya nggak mungkin. Habis sedih pasti ada gembira.
Buah hati bisa mendatangkan kegembiraan, dan bisa juga menimbulkan kesedihan. Hari ini aku merasa sedih atas ucapan si bungsu. Sungguh perih hati ini. Apa yang diucapkannya? ah, itu rahasia.
Pernah suatu saat bapakku dulu, merasa amat sedih ketika salah satu anaknya meminta sesuatu, tapi tak bisa dipenuhinya. Padahal dia amat ingin mengabulkan permintaan buah hati tercintanya. Aku dengar kesedihan bapakku itu dari Ibunda yang berkisah. Kata ibu, bapak sudah pensiun, dia gusar mendengar permintaan itu. Uangnya terbatas.
Nah ujung-ujungnya uang lagi, lagi-lagi uang.
Aku hanya bisa membayangkan perasaan mereka yang punya uang milyaran di tabungannya. Atau ratusan juta. Atau bahkan puluhan juta. Suatu hal yang belum pernah nyata kurasakan nikmatnya punya uang sebegitu banyak. Belum takdirnya mungkin? Atau memang aku yang pemalas mencari uang bejibun!
Kini aku sedang sedih belum bisa membahagiakan orang-orang yang paling kucinta, istri dan dua anakku.
Aku menghibur diri dengan kukatakan pada mereka, "suatu saat yakinlah pasti ada episode kebebasan finasial itu."
Berdoalah. Mereka menjawab kompak, "sudaaaaah pak doanya, bapaknya aja yang nggak getol cari duit."
Dalam hati kuberkata, "Yaa Rabb, itulah kata mereka.... anugerahi aku kecakapan untuk membuktikan kesungguhanku. Yaa Allah, kabulkan doa kami..."
Wassalam,
SangPenging@T!
Buah hati bisa mendatangkan kegembiraan, dan bisa juga menimbulkan kesedihan. Hari ini aku merasa sedih atas ucapan si bungsu. Sungguh perih hati ini. Apa yang diucapkannya? ah, itu rahasia.
Pernah suatu saat bapakku dulu, merasa amat sedih ketika salah satu anaknya meminta sesuatu, tapi tak bisa dipenuhinya. Padahal dia amat ingin mengabulkan permintaan buah hati tercintanya. Aku dengar kesedihan bapakku itu dari Ibunda yang berkisah. Kata ibu, bapak sudah pensiun, dia gusar mendengar permintaan itu. Uangnya terbatas.
Nah ujung-ujungnya uang lagi, lagi-lagi uang.
Aku hanya bisa membayangkan perasaan mereka yang punya uang milyaran di tabungannya. Atau ratusan juta. Atau bahkan puluhan juta. Suatu hal yang belum pernah nyata kurasakan nikmatnya punya uang sebegitu banyak. Belum takdirnya mungkin? Atau memang aku yang pemalas mencari uang bejibun!
Kini aku sedang sedih belum bisa membahagiakan orang-orang yang paling kucinta, istri dan dua anakku.
Aku menghibur diri dengan kukatakan pada mereka, "suatu saat yakinlah pasti ada episode kebebasan finasial itu."
Berdoalah. Mereka menjawab kompak, "sudaaaaah pak doanya, bapaknya aja yang nggak getol cari duit."
Dalam hati kuberkata, "Yaa Rabb, itulah kata mereka.... anugerahi aku kecakapan untuk membuktikan kesungguhanku. Yaa Allah, kabulkan doa kami..."
Wassalam,
SangPenging@T!
Selasa, Desember 02, 2014
Gila, Aku Gak Waras?
Aku gila? Masak sih? Ya aku benar benar seperti orang gila, nggak waras! Ah, baru "seperti" kok, itu artinya belum gila. Dan mudah-mudahan tidak gila. Memangnya mau jadi orang gila? Oh, tentu tidak, gila apa? Jadi orang waras aja susahnya setengah mati, eh ditawarin mau jadi orang gila. Ogah ah!
Bayangkan coba. Kalau pembaca malas membayangkan, ya sudah nggak usah dipaksa. hehehe....
Aku selama ini digaji dibawah UMR diam saja. Direndahkan tetangga, diam saja. Diremehkan teman, diam saja. Dan seribu satu macam perilaku yang bercorak negatip yang dilakukan oleh seseorang yang kucintai atau tidak kucintai terhadapku, ya aku diam saja. Dan yang parah, dimaki-maki, dicemooh, dijelek-jelekin oleh diri sendiri, ya tetap diam saja. Nah, ini yang kuanggap sebagai jangan-jangan aku sudah gila!
Gila, mungkin dalam arti aku sudah tidak peka lagi melihat dan menanggapi manusia di sekitarku. Lihat anak sendiri "terlantar", aku diam saja. Lihat istri nggak punya perhiasan emas yang memadai (seperti tetangga), aku diam saja. Padahal istri tercinta kulihat bibirnya sampai dower minta dibelikan mas-masan. Aku tetap tak bereaksi. Dan kujawab ringan, "nanti ada masanya, bu". Dan selalu istriku bilang berulang kali, "Kapan, Pak?"... Kapan?... dan lalu kujawab ringan sekali..."Yaaa, kapan-kapan bu".
Ya, aku melihat semua itu seperti bukan suatu keharusan aku mati-matian cari duit. Kerja keras, banting tulang demi untuk memenuhi standar hidup buat yang kucintai, istri dan anak-anak. Apa ini namanya kalau bukan gila, alias gak waras?
Ya tiba-tiba kesadaranku mulai bangkit, mulai bangun. Selama ini kesadaranku "tidur panjang" rupanya. Di-nina-bobokan oleh "kecukupan" yang semu. Kecukupan yang dicukupi oleh istri. Kasihan dia sudah kerja keras untuk keluarga kecil kami.
Aku bertekad "Mulai malam ini, Aku harus mandiri!". Ya bukankah, hidupku hari ada pilihanku sendiri. Aku harus mempertanggungjawabkan pilihan profesi karirku ini. Dunia dan akhirat loh! Hi, berat banget yak?
Sukses itu berawal dari tekad diri sendiri, jangan mengandalkan orang lain. Bantuan (tepatnya dukungan) dari orang lain baru didapat setelah usaha kita membuahkan hasil. Aku kira begitulah jalan untuk menapaki kesuksesan. Ya masih kira-kira. Lho? ya iyalah kan aku belum jadi orang sukses. Jadinya masih berupa hipotesa pernyataan yang kutulis itu.
Yes, aku mohon doa dari pembaca untuk cita-citaku menjadi motivator ketaatan beribadah kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt meridhoi langkahku. Amiiin...
Wassalam,
SangPenging@T!
Bayangkan coba. Kalau pembaca malas membayangkan, ya sudah nggak usah dipaksa. hehehe....
Aku selama ini digaji dibawah UMR diam saja. Direndahkan tetangga, diam saja. Diremehkan teman, diam saja. Dan seribu satu macam perilaku yang bercorak negatip yang dilakukan oleh seseorang yang kucintai atau tidak kucintai terhadapku, ya aku diam saja. Dan yang parah, dimaki-maki, dicemooh, dijelek-jelekin oleh diri sendiri, ya tetap diam saja. Nah, ini yang kuanggap sebagai jangan-jangan aku sudah gila!
Gila, mungkin dalam arti aku sudah tidak peka lagi melihat dan menanggapi manusia di sekitarku. Lihat anak sendiri "terlantar", aku diam saja. Lihat istri nggak punya perhiasan emas yang memadai (seperti tetangga), aku diam saja. Padahal istri tercinta kulihat bibirnya sampai dower minta dibelikan mas-masan. Aku tetap tak bereaksi. Dan kujawab ringan, "nanti ada masanya, bu". Dan selalu istriku bilang berulang kali, "Kapan, Pak?"... Kapan?... dan lalu kujawab ringan sekali..."Yaaa, kapan-kapan bu".
Ya, aku melihat semua itu seperti bukan suatu keharusan aku mati-matian cari duit. Kerja keras, banting tulang demi untuk memenuhi standar hidup buat yang kucintai, istri dan anak-anak. Apa ini namanya kalau bukan gila, alias gak waras?
Ya tiba-tiba kesadaranku mulai bangkit, mulai bangun. Selama ini kesadaranku "tidur panjang" rupanya. Di-nina-bobokan oleh "kecukupan" yang semu. Kecukupan yang dicukupi oleh istri. Kasihan dia sudah kerja keras untuk keluarga kecil kami.
Aku bertekad "Mulai malam ini, Aku harus mandiri!". Ya bukankah, hidupku hari ada pilihanku sendiri. Aku harus mempertanggungjawabkan pilihan profesi karirku ini. Dunia dan akhirat loh! Hi, berat banget yak?
Sukses itu berawal dari tekad diri sendiri, jangan mengandalkan orang lain. Bantuan (tepatnya dukungan) dari orang lain baru didapat setelah usaha kita membuahkan hasil. Aku kira begitulah jalan untuk menapaki kesuksesan. Ya masih kira-kira. Lho? ya iyalah kan aku belum jadi orang sukses. Jadinya masih berupa hipotesa pernyataan yang kutulis itu.
Yes, aku mohon doa dari pembaca untuk cita-citaku menjadi motivator ketaatan beribadah kepada Allah Swt. Semoga Allah Swt meridhoi langkahku. Amiiin...
Wassalam,
SangPenging@T!
Kuserahkan Revisi Final MyBook Hari Ini
Setelah diuber-uber sama editor, hari ini rasanya mak PloNK! Selesai sudah naskah bukuku! kuserahkan naskah final myBook ke penerbit Lentera Hati.
Diuber-uber? memangnya editor seperti petugas Kamtib? Hehehe... maksudku sms dan telpon dari editor mas Faiq, supaya aku cepat menyerahkan revisi myBook.
Setelah tadi malam aku revisi layout iklan-iklan yang masih bisa dipercantik, sampai terkantuk-kantuk. Lalu disambung lagi revisinya setelah bangun tidur, sebelum aku dirikan shalat tahajud. Istirahat sebentar begitu adzan subuh berkumandang di masjid. Diteruskan lagi sehabis subuhan sampai tuntas pukul 11.15 siang ini. Selasa, 2 Desember 2014.
Alhamdulillah. Terima kasih Allah, akhirnya hamba bisa menyelesaikan myBook yang kuanggap sebagai karya monumentalku yang pertama ini. Novel segera menyusul, ck ck ck... mantapBro!
Wassalam,
SangPenging@T!
Diuber-uber? memangnya editor seperti petugas Kamtib? Hehehe... maksudku sms dan telpon dari editor mas Faiq, supaya aku cepat menyerahkan revisi myBook.
Setelah tadi malam aku revisi layout iklan-iklan yang masih bisa dipercantik, sampai terkantuk-kantuk. Lalu disambung lagi revisinya setelah bangun tidur, sebelum aku dirikan shalat tahajud. Istirahat sebentar begitu adzan subuh berkumandang di masjid. Diteruskan lagi sehabis subuhan sampai tuntas pukul 11.15 siang ini. Selasa, 2 Desember 2014.
Alhamdulillah. Terima kasih Allah, akhirnya hamba bisa menyelesaikan myBook yang kuanggap sebagai karya monumentalku yang pertama ini. Novel segera menyusul, ck ck ck... mantapBro!
Wassalam,
SangPenging@T!
Langganan:
Postingan (Atom)