Adsense

Selasa, September 30, 2014

Revisi My Book

Sudah kuserahkan revisi My Book ke Lentera Hati. Tenggang waktu yang disediakan kupakai dengan bijak. Yakni dari tanggal 5 s.d 28 September 2014. Revisi meliputi penggantian terjemahan Qur'an dari terjemahan versi Kementerian Agama ke terjemahannya Pak Quraish Shihab. Terjemahan M. Quraish Shihab (MQS) terasa lebih detil dalam menjelaskan makna Firman Allah Swt.

Kemarin aku serahkan revisi-annya ke editor. Malamnya ku-sms pak Faiq (editor yang menangani naskah My Book). Alhamdulillah jawabannya positif. Demikian juga untuk kata pengantar dari Ahli Qur'an. Kuusulkan pak Atho Mudhar (Guru Besar Pasca Sarjana UIN Syarief Hidayatullah, Ciputat) untuk memberi kata pengatar. Dan ini disetujui oleh pihak penerbitan. Tinggal menunggu apakah beliau bersedia atau tidak.

Benar-benar minggu yang padat waktu revisi itu. Otakku diperas untuk menghasilkan karya yang mudah-mudahan saja berbobot. Aku sudah maksimal menurutku. Tapi tentu penilaian atas sebuah karya adalah terserah publik yang menikmatinya.

Aku terus berdoa dan berdoa mohon petunjuk Allah Swt. Sebab tanpa ide yang diberikan-Nya, hmm... mustahil rasanya aku seorang diri bisa menghasilkan karya yang bernilai manfaat bagi orang banyak.

Kini setelah naskah revisi My Book kuserahkan ke penerbit aku bisa bernafas sedikit lega. Lho kok sedikit? ya iyalah belum lega plong. Karena My Book belum  terbit brO! kok MyBook, my Book...sebutin dong judul bukunya. Eh, ntar dong, masih dirahasiakan. Biar ada kejutan geto loh! hehehe...

Sekarang fokus lagi ke penulisan MyNovel. Semoga yang ini juga bisa sesuai jadwal terbitnya. Rencananya sih Novel Trilogi. Mantap brO! satu aja belum kelarrrr sudah mikir tiga. Apa nggak stress tuh? Tidaklah yauww, yang penting tetap semangat dan terus memohon petunjuk-Nya.

Wassalam,
SangPenging@T!

Sabtu, September 13, 2014

Anjing

Namanya juga anjing. Mau ditulis dengan sehormat apapun tetap anjing. Apa perlu ditulis "anjing terhormat" Ah, ono-ono wae.

Azan subuh baru saja selesai berkumandang. Sebagai muslim yang taat, tentu panggilan mulia itu tak kusia-siakan. Setelah beres pakai sarung, pakai koko, kubuka pintu ruang tamu.Nah waktu mau ngunci pintu, aku dengar selintas ada suara desiran angin kencang di belakang punggungku. Weit, apaan tuh? hatiku bertanya-tanya, jangan-jangan ada makhluk halus lewat sambil terbang. Tapi bukan kali ah. Kenapa bukan? Iya sebabnya bulu ketekku (eh bulu kudukku deng)...nggak berdiri.

Begitu ku berbalik arah menuju pintu pagar, kulemparkan pandangan ke sekeliling rumah. Ah, ternyata sepi. Nggak ada yang mencurigakan. Ah, sebodo amat, ah. Aku nggak mikiran suara apa tadi.

Nah, begitu pintu pagar kubuka, aku langkahkan kaki keluar, lalu pagar pintu pagar kututup lagi. Aku lihat anjing tetangga berjalan pelan ke arahku.Anjing sialan! Bikin kaget gue aje luh. Rupanya anjing ini nih, sumber suara desiran angin tadi. Dia berlari cepat entah nguber apa. Atau jangan-jangan habis nguber setan.

Anjing itu melangkah pelan tak bersuara lewat di depanku, sambil matanya menatap tajam ke arah mataku. Tak berapa jauh dariku, kira-kira empat meter anjing itu berhenti. Aku mulai ngeri, kalau-kalau dia menyerangku. Dia tidak menyalak. Mungkin lagi malas menggonggong.

Kulihat dia, matanya masih menatapku curiga. Dia pikir ini orang maling apa yang punya rumah. Tapi kalau maling kenapa pakai koko. Mungkin anjing itu berpikir, ah masak sih maling pakai koko. Biasanya maling pakai T-Shirt. Eh, lagian ngapaian nulis apa yang dipikirin anjing ya? Dampak positipnya buat tulisan ini kayaknya nggak ada ya. Ya sudahlah, kita lanjutkan.

Aku belagak ingin menyerang dia, eh lebih tepatnya mengusir dia supaya pergi jauh dariku. Eh, begitu anjing itu liat aku hendak menyerangnya, dia nggak mau kalah strategi. Anjing itu segera ambil posisi ingin benar-benar menyerangku. Makin tampak galaknya. Busyet dah, seru nih kalau ada pertarungan seorang jamaah masjid melawan seekor anjing.

Untuk meredakan ketegangan aku ambil sikap cuek, sembari sekali-kali ngelirik tuh anjing kalau-kalau tiba-tiba dia menyerangkan sambil menggigit kakiku. Keep calm bro! Hmmm ternyata ada dampaknya anjing itu pun melihat aku nggak jadi mengusirnya, dia pun pasang gaya santai. Lalu aku diam-diam (ya ialah masak musti ngomong2 pamitan dulu sama anjing) berjalan pelan-pelan meninggalkannya.

Anjing itu akhirnya jalan di tempat sambil mengibas-ngibaskan buntutnya, melihat aku berjalan ke masjid.

Bisa aku bayangkan seandainya aku tetap dalam posisi garang, bahkan ngambil batu di jalan lalu nimpuk kepala tuh anjing. Wow! bisa semakin buas tuh anjing. Dan aku nggak bisa membayangkan sarung yang robek-robek, baju koko yang kotor. Ujung-ujungnya aku nggak dapat pahala subuhan di masjid.

Ternyata sama anjing saja kita harus berlaku sopan, apalagi sama orang ya?

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, September 04, 2014

Breaking News!

"Alhamdulillah..." itulah ucapan syukur yang terdengar lirih dari mulutku ketika mendengar kabar dari editor Lentera Hati pagi ini. Kamis, 4 September 2014.

"OK! Bukunya (sambil memegang dummy buku karyaku) bisa kami setujui untuk diterbitkan di sini (di Lentera Hati)" kata editor Lentera Hati, Sdr. Faiq (mau nyebut bapak kayaknya kurang pas, hmm karena terlihat masih muda belia, wow tapi terbaca gelar di kartu namanya MA. Hum.

Tapi ada beberapa catatan dari Lentera Hati untuk diperhatikan, pesannya.

Yes! Pokoknya aku seneng banget malam ini pas malam Jumat. Bukunya mudah-mudahan siap edar di akhir tahun ini. Perubahan pentingnya, aku musti mengganti terjemahan Qur'an dengan versi terjemahan Pak Quraish. No problemo. Dan tema perlu ditambah lagi, biar semakin bukunya lebih punya daya jual. Allright.

Oh ya, habis itu siangnya aku janjian sama sahabatku di Citos. Sama siapa? sama dokter MS Wibisono, dan biasa kupanggil dengan Mas/dokter Udin.

Ternyata kami sampai di sana nyaris berbarengan. Cuma beda tempat parkir. Dia parkir di tempat parkir mobil, sementara kendaraan roda duaku di tempat parkir motor. Aku tunggu dia di depan toko Breadtalk. Saling telpon sebentar, mengabarkan posisi dimana. Dan akhirnya ketemulah. Saling salaman. Jabat erat. Maklum sudah lama banget gak jumpa. Lalu jalan, sambil dia menawarkan "Mau makan apa nih?"

"Bagaimana dengan menu ikan laut?" kataku. "Oke", kata pak dokter. Akhirnya kami menuju ke restoran Fish n Co... Hmmm hidangannya maknyusss. Kami pilih menu for two. Dihidangkan dalam nampan besar, isinya nasi Thailand, potongan cumi, udang, daging ikan (berwujud betul-betul daging, karena aku sudah tidak bisa melihat wujud ikannya, karena sudah dipisah dari tulang dan kepalanya).. rasane uenake.

Lalu ada kerangnya. ada kentang goreng... full of delicious lunch.

Sambil menyantap hidangan, sebelum dan sesudah makan kami saling bertukar cerita apa saja.

Thanks doctor! Jam 13.15 kami berpisah... Aku shalat Dhuhur di kawasan Cilandak Sport Center.

Oh ya kelupaan, musti ditulis nih. Sebelum sampai kantor Lentera Hati, ban belakang motor jadulku bocorrr. di depan terminal Lebak Bulus. Dorong-dorong. Untungnya dekat situ ada tukang tambal ban. Ada dua lubang. Satunya dekat pentil. Alhasil musti ganti ban baru. Rp38.000,- pindah lokasi dari dompetku ke kas tukang tambal ban.

Janji jam 10.00, kulihat jam masih setengah sepuluh. Motor aku kebut ke komplek dosen IAIN, jalan Ibnu Rusd II. Kaget aku dibuatnya. Sudah rata brO! dengan tanah. Alias sudah dibongkar habisss. Entahlah mo dijadikan apa tuh komplek. Sedih melihatnya, tempat tinggalku waktu TK dulu, sudah hilang.

Dan malam ini aku mulai asyik dengan revisi bukuku. Editornya bilang, mudah-mudahan akhir tahun 2014, sudah bisa terbit dan beredar di toko Gramedia.... Mantap!!!!

Insya Allah, semoga tak ada aral melintang...

Wassalam,
SangPenging@T

Selasa, September 02, 2014

Ada telpon dari Lentera Hati

Menaruh buku di penerbit harus bersabar untuk menunggu kepastian; apakah bisa dterbitkan buku yang kita taruh di sana. Waktu tunggunya antara satu bulan hingga tiga bulan. Betul lama, lama betul. Harus dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi.

Hari senin 11 Agustus 2014 bulan lalu, aku mengantarkan bukuku ke penerbit miliknya pak Quraish Shihab. Keesokannya kutelpon mbak resepsionisnya. Kutanyakan kabar berita bukuku. Jawabnya, "Buku sudah diserahkan ke editor. Jadi tunggu saja telpon dari redaksi pak...". hmm... aku terdiam dan rasa penasaranku semakin dalam.

Hari demi hari, penuh ketidakpastian yang kurasakan.Dan sampailah hari yang kutunggu-tunggu itu. Tadi sore begitu masuk rumah. Aku lihat HP. Hah?!! ternyata ada panggilan tak terjawab tiga kali. Dari siapa? Dari Lentera Hati. Alhamdulillah, aku diminta menghadap editor pada lusa.

Semoga berita baik yang kudapat, bukan penolakan. Hmmm nantikan saja beritanya di blogspotku ini.

Tapi sebelumnya aku mau cerita. Tadi selepas shalat Ashar di masjid Al Isra, dekat kantor. Tiba-tiba motor tak ada suara mesinnya, alias mati. Ini pasti busi. Padahal kemarin baru di servis. Busi kubuka. Aku bersihkan sekedarnya dengan jari.Kupasang lagi ke tempat busi. Nah, hidup mesinnya. Langsung tancap gas. Eh, belum sampai keluar halaman masjid. Mati lagi mesin motor jadul kecintaanku, Honda Astrea 800.

Sampai kantor, kusuruh teman yang kebetulan bertugas sebagai office boy, untuk membelikan busi baru. Harganya Rp 15000,- kuberi dia ongkos Rp 10.000,-. Begitu kupasang, tetap saja mesin motor nggak hidup. Penasaran kubuka tutup bensin. Masya Allah, ternyata biang keroknya ada di tangki bensin. Kosong, brO!

Baru kuingat bahwa kemarin motor diservis, dan karburator dibersihkan pakai bensin motorku yang dituangkan oleh montir ke wadah. Mungkin ada setengah liter yang dikeluarkannya. Dan tadi pagi aku setengah hati mengecek isi tangki. Sepertinya terlihat masih cukup. Hmmm ternyata tinggal sedikit lagi habis.

Sekali lagi, kalau kerja itu harus serius. Periksa sesuatu itu harus teliti dan pastikan keadaannya.


Wassalam,
SangPenging@T!

Otokritik

Aku lagi ingin mengeritik diriku sendiri. Terlalu! Betul-betul bukan kebetulan kalau aku menulis kata "terlalu" itu, pakai tanda pentung lagi. Faktanya ya memang begitu aku sangat terlalu.

Terlalu lebay dengan kemampuanku, terlalu santai menghadapi hidup ini. Terlalu lemah menghadapi tekanan hidup, sehingga mudah runtuh ketika menghadapi badai kegagalan.

Tubuhku ini sudah selayaknya tidak boleh dinina-bobokan oleh kemapanan, kenyamanan dan ketampanan. Uih, memangnya tampan? Nggk gitu-gitu amat kale. Ah, itu kata anda. Terserah. No problemo!

Pikiranku ini sudah semestinya dipaksa untuk berpikir keras, kenapa sampai begitu gampang digoblokin oleh orang-orang yang memang senang menggoblok-goblokin orang lain. Hmm... terutama musuhnya.

Yess! Betul kawan, tubuh dan pikiranku harus kupaksa kerja keras. Kalo perlu kerja paksa sekalian. Apa perlu minta dikirim pasukan jepang Kenpetai, yang hobinya  main perintah kerja paksa. Atau bangkitkan kembali dari kubur tentaranya Westerling. Biar nyahok ini tubuh dan pikiranku.

Okelah ini bukan maksud memuji diri sendiri atawa riya. Tubuh, pikiran, mulut dan mataku setiap pagi sesudah shalat subuh sudah mau dipaksa untuk membaca Qur'an beserta terjemahannnya. Mantap! patut diacungi dua jempol!  (Eh, ntar dulu emangnya siape yang mau ngacungin dua jempot buat ente, jar? hehehe... iya ya... terlalu GeEr nih gue...)

Bagaimana dengan pembaca? Ayo dong baca Quran setiap hari. Masak baca koran bisa setiap hari, sementara baca Quran ogah-ogahan begitu....

Saluut buat yang sudah rutin baca Quran tiap hari satu juz. OneDay OneJuzz....

Wassalam,
SangPenging@T

Senin, September 01, 2014

Mengapa Jadi Buntu?

Ternyata menulis novel nggak segampang yang aku kira. Tapi ini jelas perkiraanku saja mungkin. Serius sulit bro! Lebih sulit ketimbang nulis artikel di blogspot ini.

Ya jelas dong. Kan blog ente nggak untuk dijual. So, tulisannya ya tulis saja. Bisa jadi itu AsTul. Eh, apaan tuh "astul"?... hmmm.. itu? ah masak gak tahu sih? Astul yaa... asal tulis-lah. mirip-mirip asbun. Asal bunyi, asal njeplak, asal ngomong. Main bicara tanpa pikir panjang.

Layout tiap bab sudah kumuntahkan dengan sesukaku. Tinggal sekarang mengolahnya menjadi sebuah bab yang menarik. Nah, ini ni yang susah. Mengolah berbagai kalimat ide utama untuk dijadikan sebuah bab yang menarik. Terserah pembaca deh, mo dibilang menarik hati, mata atau kolornya pembaca.

Novel, oh my first novel. Itu bagaikan mimpi besar yang harus kuwujudkan. Yeah mudah-mudahan cepat selesainya. Ayooo! semangat, semangat, semangat!!!!

Wassalam,
SangPenging@T!