Contoh gampangnya. Ketika kita memuntahkan kata-kata bernada merendahkan kepada seseorang. Bagi kita toh itu sekedar kalimat, sesuai fakta lagi. Tetapi bagi orang yang mendengarkan kalimat yang menusuk perasaannya itu, itu bagaikan palu godam yang menghantam egonya. Bisa membuatnya galau. Dan dapat memicu ledakan amarahnya.
Yang bagi kita itu masalah kecil, atau bahkan bukan masalah. Seperti misalnya ketika kita melontarkan kata, "Dasar bodoh!", kepada bawahan yang kebetulan belum tahu cara memecahkan suatu masalah. Alih-alih masalah yang menjadi inti persoalan terpecahkan, eh malah muncul masalah baru.
Masalah hidup silih berganti menerpa siapa saja yang beraktivitas. Hadapi saja masalah itu. Jangan lari dari masalah. Cari kunci penyelesaiannya. Kalau tidak bisa terpecahkan oleh diri kita sendiri. Jangan sungkan untuk menanyakan kepada ahlinya.
Ketika masalah menghadang dari segala penjuru. Dan kita merasa seakan menghadapi jalan buntu. Pada umumnya disitulah saatnya kita mengambil langkah pamungkas. Apakah itu? Memanjatkan doa yang khusuk kepada Tuhan.
Tetapi mengapa kebanyakan kita baru "mendekati" Tuhan tatkala sudah kepepet. Kemana saja selama ini? Ketika hidup nyaman seakan tanpa masalah, seolah-olah kita menjauh dari Allah. Perintah shalat ditinggalkan, pelit bersedekah padahal duit banyak.Why?
Ada masalah atau pun tidak ada masalah. Yuuk, harusnya kita tetap konsisten (istiqamah) menjalankan segala perintah-Nya. Insya Allah, selamat dunia dan akhirat.
Wassalam,
SangPenging@T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar