Jeritannya menyanyat-
nyayat di keheningan malam
.
Tak kuasa aku
menahan perih di hati ini
.
Dia menceracau
tak tentu arah
.
Tak kutahu siapa
yang dituju
.
Memang tak jelas
arah hidupnya
mau kemana
.
Kutanya pak RT
dia menggeleng kepalanya
kutanya pak RW
setali tiga uang
.
Himpitan ekonomi
membuat jiwanya
semakin terjepit
asanya sudah putus
.
Membuat
sandal jepit
satu-satunya
pun ikutan putus
.
Matanya mulai terpejam
jeritannya mulai tak terdengar
tubuhnya mulai dingin
melebihi dinginnya udara
malam ini
.
Esoknya dia
dikubur bukan di
taman makam
pahlawan
.
Karena dia bukan siapa-
siapa
.
Orang-orang menyebutnya
sampah masyarakat
.
MASYA ALLAH
----
jkt, senin, 9maret2020
fajar sangpengingat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar