Adsense

Jumat, April 29, 2016

Dua Kalimat yang Memotivasiku

Ada dua kalimat itu yang pernah diucapkan oleh Bapakku dan sampai hari ini kadang masih terngiang di gendang telingaku. Lalu menyelusup ke dalam benak pikiranku dan tertancap di situ lama sekali. Dan sampai akhirnya membuat semangatku terpicu lagi setiap kali aku teringat ucapannya itu. Terpacu untuk mewujudkan tantangan Bapakku (gara-gara dua kalimatnya itu), yang sampai tulisan ini kubuat masih terpendam.

Kalimat pertama bunyinya; "Bisa Tidak Kau Seperti Bapak?"
Itulah kalimat tantangan, ketika suatu siang di ruang keluarga di rumah Bapak di Jakarta. Bapak melontarkan kalimat tersebut, setelah Bapak menceritakan pengalaman dinasnya keluar negeri. Banyak negara sudah dikunjunginya. Dari Washington DC sampai Perth, Australia. Lalu kota-kota di Asia Tenggara.

Terus terang aku suka adventure. Senang bepergian keluar negeri dan dalam negeri. Sayang keuangan tidak mendukung. Tapi aku berharap setelah bukuku dicetak. Mudah-mudahan dengan bukuku itu aku bisa mewujudkan cita-citaku dan tantangan Bapakku.

Kalimat kedua bunyinya; "Bisa Kau Seperti Dia?"
Nah kalimat ini Bapak lontarkan ketika suatu sore, aku dan Bapak sedang mengecek persiapan acara yang akan diselenggarakan oleh kantor Bapak (IAIN di Pontianak). Sebelum masuk "Gedung Pertemuan" Bapak melihat ada anak Panglima Kodam Tanjungpura yang sedang bermain di sekitar gedung itu. Mungkin rumahnya anak itu dekat dengan gedung itu. Lalu sambil melihat anak Panglima, Bapak bercerita tentang kehebatan anak itu. Anaknya berani! Tampil di panggung, mempertunjukkan kepandaiannya. Kalau tidak salah, dia pandai menari.

Lalu terlontarlah kalimat Bapak yang ditujukan kepadaku, yang saat itu kami sedang berjalan beriringan  melewati anak Panglima itu. Kalimatnya sederhana tapi menyengat semangatku, "Bisa Kau Seperti Dia?"

Dan sampai Bapakku wafat, aku belum bisa menjawab tantangannya itu. Amat disayangkan.

Namun begitu kalimat itu terus terngiang dan aku bertekad untuk mewujudkannya. Semoga Allah Swt. meridai cita-citaku untuk mewujudkan tantangan dari Bapak.

Dan aku yakin Bapak akan bangga jika aku bisa mewujudkan tantangannya. Dan kuyakin nanti Bapak akan melihatnya. Dari alam sana.

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, April 24, 2016

Semoga Ini Sebuah Keputusan yang Tepat

Sebelum ke masjid untuk shalat Jumat, aku mampir dulu ke sebuah penerbit indie. Aku bincang-bincang dengan sang pemilik mengenai myBook.

Aku merasa sreg dengan apa yang diutarakan. Aku berharap ini merupakan suatu kerjasama yang menarik.

Hari ini Jumat, 22 April 2016. Aku mencatat sebagai hari yang bersejarah, karena aku memutuskan untuk mencetak dan menerbitkan myBook bukan ke penerbit besar. Mudah-mudahan ini suatu keputusan yang tepat untuk karirku sebagai motivator, dengan julukan "SangPenging@T!"

Semoga di hari ulang tahunku yang ke 54 aku bisa melihat bukuku terbit.

Meminjam istilah bukunya Ibu Kartini. "Habis Gelap Terbitlah Terang". Begitu rasanya yang tepat untuk menggambarkan perjalanan karirku. Kok begitu? hmmm bukankah kemarin kita baru saja memperingati Hari Kartini, 21 April, hehehe....

Wassalam,
SangPenging@T!

Rabu, April 20, 2016

Revisi MyBook di Detik-detik Terakhir

Hari ini, Rabu 20 April 2016. Besok tepat 2 tahun yang lalu aku melaksanakan Umroh.

Waktu umroh aku panjatkan doa di depan multazam. Aku berdoa semoga myBook yang sedang ada di penerbit Republika, bisa di acc. Bisa diterbitkan.

Pembimbingku bilang, "Biasanya tidak sampai 40 hari, doa kita pasti dikabulkan." Aku menjawabnya dengan singkat, "Alhamdulillah, semoga begitu ya pak untuk doaku."

Pulang dari umroh, aku berdebar menanti kabar dari Republika Penerbit. Akhirnya jawaban kuterima. Ternyata kabarnya adalah "DITOLAK!"

Pahit memang terasa. Tapi aku tak putus asa. Lalu aku perbaiki terus, aku revisi lagi isinya. Kubongkar habis. Ada bagian yang kupangkas. Ada bab baru yang kumasukkan, menggantikan bab yang sudah kubuang. Sangat mengasyikkan.

Lalu sempat naskah myBook kudiamkan tak kutengok-tengok. Hilang semangatku untuk menerbitkannya. Tapi lambat laun semangat yang meruntuhkan bisa kusingkirkan. Akhirnya aku sibuk lagi dengan naskah myBook.


Mungkin aku harus bersabar dan kini sudah dua tahun. Semoga usahaku dimudahkan untuk menerbitkan myBook lewat jalur Penerbitan Indie.


Wassalam,
SangPenging@T!

Senin, April 18, 2016

Suparlan Pergi Lebih Dulu

Selepas Shalat Subuh, Sabtu 9 April 2016 aku dan jamaah Subuhan Masjid Darul Muttaqin dikagetkan berita bahwa Suparlan tadi malam sekitar pukul 19.30 telah meninggal dunia di Salatiga.

Dia adalah pegawai di pabrik Indometal. Dia juga membantu sebagai marbot di masjid komplekku itu.

Aku biasa memanggilnya dengan "Parlan". Orangnya sopan usianya ketika meninggal 43 tahun. Dia penderita Diabetes akut.

Berita yang aku terima dari saudaranya yang baru pulang dari Salatiga. Parlan sempat di rawat di rumah sakit sejak hari selasa. Konon dia sempat muntah darah.

Parlan suka menghadiri pengajian Yasinan setiap malam Jumat. Ketika aku memberi kultum dia memperhatikan dengan seksama.

Kalau tidak salah, hampir bersamaan dia meninggal (malam Jumat). Aku menyampaikan kepada jamaah, bahwa kita sibuk menyiapkan perbekalan ketika pulang kampung di waktu lebaran. Tapi kita sering lupa bekal (tidak maksimal mempersiapkan bekal) untuk pulang kampung akhirat.

Aku merasa sedih mendengar berita itu. Semoga dia husnul khotimah.

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, April 10, 2016

Apa arti sukses bagimu?

Definisi sukses terhadap setiap orang bisa bermacam-macam. Ada yang menganggap sukses itu kalau sudah punya mobil mewah. Punya rumah mewah. Punya jabatan bergengsi. Punya arloji dengan harga selangit.

Tetapi ketahuilah kawan. Sukses yang sesungguhnya itu kalau kita bisa dimasukkan ke dalam surga atas rahmat Allah Swt.

Apa artinya punya rumah mewah nan sejuk karena hembusan hawa AC kalau nanti di akhirat hidup di dalam neraka. Hiiii....
Nauzubillahi min dzalik.

Yuuk kita sadari betul apa itu kesuksesan yang kita kejar mati-matian. Sekedar sukses duniakah atau sukses akhirat?

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, April 07, 2016

Ban Bocor Tiba-tiba

Selepas subuh aku merevisi lagi myBook. Pada suatu paragraf aku menulis "kejadian yang menjengkelkan bisa jadi itu adalah ujian keimanan"

Setelah shalat Dhuha aku memacu motor jadulku ke kantor. Dari rumah sudah aku siapkan uang receh Rp 2000,- untuk menambah angin ban motorku. Karena sudah beberapa hari ini ban motor kurang anginnya. Sampai tukang tambal ban aku isi angin ban depan dan belakang. Selesai membayar, langsung aku tancap gas. "Brummm...".

Tak lama kemudian terdengar suara keras "Pessss...." kutengok ban belakang, "wow, kempes!". Aku turun dari motor, lalu motor aku tuntun. Berjalan lurus. Napas terengah-engah. Jantungku mulai kumat. Maklum aku penderita jantung koroner.

Di tengah perjalanan mencari tukang tambal ban, aku putuskan untuk berhenti sejenak dan menelpon Tiar anak sulungku. Aku minta dia mendorongku, pikirku. Ditunggu lama betul nggak datang. Lalu aku putuskan balik arah.Aku melawan arus lalu lintas. Sebab kupikir tukang tambal ban ada di dekat Green Garden. Betul juga dugaanku. Tak lama aku mendorong motor aku jumpa dengan tukang tambal ban.

Anak muda, kakinya cacat. Dia bergerak dibantu oleh sebatang tongkat. Bukan tongkat seperti biasanya yang ada bantalannya untuk dikepit di ketiak. Ini betul-betul tongkat polos kira-kira sepanjang 1,5 meter. Anak itu cekatan mengganti ban dalam motorku. Terpaksa aku membeli ban dalam baru. Karena bocornya ban sudah tidak mungkin untuk ditambal.

Oh rupanya ini toh pelajaran yang kudapat hari ini. Betapa pemuda cacat itu tetap gigih mencari sesuap nasi demi untuk anak istri. Kaki kanannya yang mengecil tak dijadikan alasan untuk bermalasan apalagi untuk mengemis. Subhanallah..

Iya ketika ban tiba-tiba bocor aku bertanya (maaf, setengah menggugat), "Tuhan, mengapa aku ditimpa ban bocor?", padahal pagi tadi aku sudah sedekah lumayan buat seorang fakir yang datang ke rumah.

Inikah yang namanya ujian keimanan? Maybe, yess...

Wassalam,
SangPenging@T!

Senin, April 04, 2016

MyBook mencapai tahap akhir revisi

Sepertinya hari ini adalah hari bahagiaku, Senin 4 April 2016. Mengapa? karena aku menganggap myBook sudah sempurna. Sempurna dalam arti isinya artikelnya sudah enak dibaca, bangunan bahasa dan argumennya sudah baik.

Lalu iklan-iklan yang kurancang juga sudah mantap.

Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa kuserahkan kepada distributor untuk dinilai apakah layak jual di toko buku Gramedia.

Wassalam,
SangPenging@T!