Kemarin pagi, lagi asyik nongkrong buang air besar di toilet rumah, tiba-tiba terdengar suara "bruk!" di langit-langit kamar mandi. Wow! Aku sempat kaget. Dugaanku pasti itu ulah kucing atau tikus gede jatuh.
Sore hari hujan turun tidak begitu deras. Terdengar seperti suara air tumpah dari ember besar untuk mandi dan lain-lain. Aku buru-buru lari ke kamar mandi untuk mematikan kran. Eh, tidak tahunya air hujan menembus langit-langit. Bukan berupa titik-titik air, tetapi deras bagai air yang ditumpahkan dari atas.
Aku lalu mengecek ke luar rumah. Betul saja kulihat ada dua genteng yang posisinya miring. Sehingga ada celah yang terbuka cukup lebar. Jadinya air hujan leluasa masuk menembus eternit.
Ada ada saja. Musibah ini tak kusangka-sangka. Aku ingin segera membetulkan, istriku melarang. Sudah besok saja. Aku berpikir betul juga sarannya. Mana hampir magrib lagi. Tapi ada suara hati yang mendesak "perbaiki saja sekarang, nanti kalau hujan semakin deras, bisa gawat!"
Terjadi perang batin, "sekarang atau besok pagi? Perbaiki sendiri atau panggil tukang?"
Ya, aku harus bersabar menunggu esok hari sambil berdoa semoga hujan segera berhenti.
Selepas subuh aku jumpa pak De, si tukang bangunan. Aku pesan ke dia supaya melihat dan memperbaiki gentengku. Dia menyanggupi.
Jam 06.30 sesuai janjinya dia datang ke rumahku. Lalu dia memanjat genteng dengan gesit. Dia lihat dan lapor bahwa ada satu kayu reng yang patah, karena lapuk dimakan rayap. Untung aku punya kayu reng yang panjang, bekas untuk menutup genteng garasi mobil Tidak sampai lima belas menit, beres pekerjaan memperbaiki genteng yang bocor.
Aku rogoh dompet ada duit 25 ribu rupiah. Aku ambil kuserahkan padanya. "Terima kasih, pak," ucapnya.
Tuh kan, arti pentingnya kesabaran terbukti. Sangat bermanfaat.
Aku membayangkan seandainya sore kemarin, aku ngotot naik ke atas genteng yang basah karena air hujan. Lalu terpeleset. Wow! lalu kaki luka atau patah. Hiiii, ngeri aku membayangkannya. Pernah ada istri tetangga yang nekad membetulkan genteng yang bocor, sendiri. Tidak memanggil tukang. Suaminya kebetulan sedang sakit. Apa yang terjadi? Si istri jatuh terpeleset di langit-langit. Sampai sekarang jalannya pincang.
Alhamdulillah. Aku berhasil mengalahkan suara yang mengajakku buru-buru memperbaiki genteng. Ya, aku berhasil memenangkan "kesabaran" dalam bertindak.
Inti pesan tulisanku ini, serahkan pekerjaan pada ahlinya, kalau kita tidak mampu menanganinya sendiri. Dan terapkan kesabaran. Menunggu satu hari, tidak masalah. Asalkan permasalahan bisa selesai dengan baik
Wassalam,
SangPenging@T!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar