Adsense

Jumat, Juli 31, 2015

Nikmatnya jadi balita

Dicintai ibu dan bapak. Disukai keluarga. Itulah balita. Mau minum tinggal nangis.

Nggak perlu pusing dengan urusan tetek bengek ekonomi keluarga. Dunia terasa indah. Semua memperhatikannya.

Tetapi setelah tumbuh menjadi anak, remaja dan manusia dewasa. Wow! baru terasa hidup ini penuh perjuangan.

Musti ibadah. Harus merancang masa depan. Besok kalau sudah besar mau jadi apa?

Ingin kembali ke masa balita. Oh bisa saja. Coba tengok kakek dan nenek yang sudah tua banget. Mereka jadi pikun, pikiran dan perasaannya tak ubahnya bak balita.

Ya begitulah kehidupan.

Wassalam,
SangPenging@T!

Kamis, Juli 30, 2015

Kuliah di UNS

Beberapa hari setelah melihat hasil pengumuman UMPTN lewat online internet, anak bungsuku murung. Dia dinyatakan tidak lulus.

Rasa sesalnya mendalam. Dia merasa terpuruk, mengapa gagal. Padahal sudah ikut bimbel Nurul Fikri, yang biayanya cukup mahal. Dia merasa tak nyaman, telah mengecewakan orangtuanya.

Tapi perjuangannya tidak kenal menyerah. Dia coba lagi mendafar lewat jalur mandiri. Juga tetap di UNS. Setelah beberapa hari kemudian, kami buka website UNS di internet. "Alhamdulillah, dia diterima!"

Tania diterima di Fakultas Pendidikan; PG PAUD, Universitas Sebelas Maret, Solo.

Yes! aku dan istriku bersyukur melihat prestasi si bungsu. Untuk yang sulung, kami juga bersyukur karena dia sudah di semester akhir. Mudah-mudahan dia menyelesaikan pendidikan S1 di Uhamka.

Dan sejak itu aku bakal bolak balik Jakarta-Solo. Yang pertama (1-2 Agustus 2015) aku bareng istriku berangkat ke solo, untuk cari kos-kosan. Naik bus malam Harapan Maju, tiket KA sudah habis. Untung berangkatnya dari tempat penjualan tiket bus di jalan Daan Mogot, dekat rumah.

Berangkat yang kedua ke Solo, tgl 13-14 Agustus 2015, bertiga. Sama Tania dan ibunya. Bachtiar, kakaknya diajak tidak mau.

Semoga Tania kerasan di Solo. Dan sukses studinya. Aku jadi teringat waktu kos dulu, ketika kuliah di ISI Yogyakarta, tahun 1982-1988.

Semoga tercapai cita-citamu, nak.

Wassalam,
SangPenging@T!

Sudah Tua Ngantuk-an

Subuh tadi aku diapit oleh dua kakek-kakek. Ketika shalat sudah usia, imam berzikir dan berdoa. Aku lihat dua kakek-kakek di samping kanan dan kiriku. Masing-masing terpejam matanya. Tertidur mereka. Tetapi posisinya masih dalam keadaan bersila.

Kupikir begitulah sifat manula. Gampang ngantuk. Dan kupikir itu pertanda dia sudah lelah dalam hidupnya. Matanya melek sudah sekian tahun. Tapi entah kapan mereka akan tidur selamanya?

Makanya mumpung masih muda, mata masih mau diajak melek lama. Lamalah beribadah.

Eh, ngomong-ngomong aku juga gampang tidur ketika mendengar kutbah Jumat yang tidak menarik. Mata ini rasanya sulit banget diajak melek.

Umur memang tak bisa ditipu. Kemampuan fisik mengikuti umur, kawan.

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, Juli 28, 2015

Judul Buku Yang Oke Punya

Ternyata menentukan judul buku yang pas dan "Greng!" (sreg di hatiku, dan mudah-mudahan sreg juga di hati pembaca) tidak gampang.

Ya tentu saja kalau sekadar asal-asalan jelas mudah. Sudah hampir sekitar sepuluh judul alternatif yang kutulis tapi aku merasa belum pas juga.

Sampai akhirnya di bulan Ramadhan tahun ini 1436H, tepatnya 20 Juli 2015. Aku menemukan judul yang kuanggap oke punya.

Aku adakan survey kecil-kecilan.

Minggu, Juli 05, 2015

Bikin Kecewa

Baru saja para jamaah merasa terhibur oleh kisah dan tembang pembuka yang lucu yang disampaikan oleh sang ustadz di acara Peringatan Nuzulul Quran, pada malam tujuh belas Ramadhan 1436H (2015), di masjid dekat rumahku. Dan aku pun baru saja meletakkan tubuhku agar posisi duduk silaku lebih nikmat mendengarkan ceramah, eh tahu-tahu terdengar ucapan salam mengakhiri ceramah. Lho? apa ini sekedar trik dari sang penceramah agar, pendengar bilang "teruusss..."

Ternyata memang betul ceramahnya itu baru saja berakhir. Aku tertegun menatap heran wajah sang ustadz dan jam dinding masjid. Bolak-balik kepalaku antara dua obyek itu. Ya ternyata ceramah itu hanya sekitar lima belas menit sampai duapuluh menit. Apa-apaan ini? kok kayak kultum. Padahal ini ceramah peringatan hari besar. Yach paling tidak tiga puluh menit atau empat puluh menit. Atau bahkan maksimal satu jam deh.

Aku dekati ustadz itu dan bilang padanya, "Kok pendek amat tausyiahnya, Ustadz?"
"Iya, wah ini salah saya, saya betul-betul capek. Tadi malam saya ngobrol sampai jam tiga bersama Om yang baru saja tobat, dan lagi senang-senang ngobrol bab agama Islam. Sahur, subuhan.kemudian tidur sebentar, lalu memberikan kutbah Jumat di masjid di lingkungan RSJ Grogol. Setelah itu menjelang berbuka, ceramah di bukber Bank Mandiri di Pluit Juction. Praktis belum tidur yang cukup. Dan sekarang ini ngisi ceramah di sini."

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala. Sebabnya ke tiga acara tersebut, pak ustadz bawa motor sendiri lagi. wow-wow, aku bisa merasakan betapa capeknya ini ustadz.

Akhirnya ketika ceramah Nuzulul Quran ini, isinya hanya pengulangan apa yang pernah disampaikannya di tempat yang sama (masjid dekat rumahku ini). Kebetulan dia memberi kultum seminggu yang lalu

Ketua panitia kulihat kecewa, begitu juga sebagian besar para jamaah.

Tapi untunglah ada ustadzah Mastia Lestaluhu, qoriah juara ke dua MTQ Nasional ke XXV 2014 yang membaca Quran pada acara tersebut. Suaranya merdu, melengking tinggi, membuat para jamaah terpana mendengar lantunan swaranya. Subhanallah.


Apa yang bisa kuambil hikmahnya dari peristiwa ini? Tetaplah tampil maksimal walau jadwal padat. Jika tidak bisa maksimal, tolak saja permintaan untuk ceramah. Jangan sampai bikin pendengar (jamaah) kecewa!

Wassalam,
SangPenging@T!