Adsense

Jumat, Oktober 31, 2014

Renovasi Garasi Dan Kamar Mandi

Ternyata renovasi rumah itu biayanya tidak sedikit. Menguras isi dompet. Tapi isi dompet istri tepatnya. Maklum isi dompet memang sudah terbiasa terkuras.

Hari ini, tukang selesai sementara merenovasi rumah warisan peninggalan orangtua. Garasi sudah aman, paling tidak menurutku, dari keruntuhan.

Kamar mandi utama juga sudah selesai. Walau sampai detik ini bak air, masih bocor. Mumet aku, mencari dimana kebocoran itu berasal. Lubangnya dimana?

PNS

Sampai detik ini aku masih kerap bertanya dalam hati; apakah dulu aku telah salah mengambil keputusan penting, dalam memilih jalur karir yang sesuai dengan kebisaanku (bakatku)?

Sehingga yang aku rasakan kini, di usiaku yang setengah abad lebih dua tahun ini, aku kok sepertinya sedang berada di depan tembok yang tinggi dan tebal, bak tembok China. Sulit rasanya mau maju, menembus atau melompati tembok itu. Jalan yang kutempuh selama ini rupanya jalan buntu? Wow! Betul-betul menyebalkan. Sudah seumur begini, baru menyadari jalannya buntu.

Ah, apakah betul buntu? Jangan-jangan ini hanya perasaanku saja. Iya ya, jangan khawatir. Segera ambil keputusan penting. Atret! tahu apa itu atret? itu loh, mundur brO!. Yes, aku harus mundur beberapa langkah, atau beberapa meter untuk cari pertigaan, atau perempatan jalan, atau bisa juga sekedar tepian jalan yang pas buat mobil (atau "aku") memutar haluan. Lalu cari jalan lain yang bisa mengarahkan diriku ke tempat tujuan dengan tepat, jaraknya pendek dan tidak sampai kehabisan bensin (alias finish, atawa dead) sebelum sampai ke tujuan.

Emangnye tujuan ente kemana, pak? Ck ck ck... betul-betul pertanyaan bodoh. Atau pura-pura bodoh. Atau memang betul-betul gak ngerti ente? kataku berbalik tanya.

Dulu waktu muda, jelas tujuan hidupku; lulus kuliah secepatnya, dapat gelar sarjana S1, lalu cari kerja di biro iklan papan atas. Sudah gitu kawin dengan pacar tercantikku.

Kok nggak ingin jadi Pegawai Negeri Sipil? Jawabku cepat, karena dulu di (zaman) era orde baru, pegawai negeri rendahan, gajinya setara buruh pabrik. Sementara gaji Pegawai Swasta kantoran wuiih bayarannya 3 kali lipat dari gaji PNS.

Itu sebabnya aku memilih jadi pegawai swasta. Harapannya suatu saat nanti bisa jadi pengusaha terkemuka. Hmm... ternyata jadi juga sih pengusaha, tetapi pengusaha kelas teri. Tanpa kantor, tanpa karyawan. Alias pengusaha mandiri. Semua dikerjakan sendiri, yah ada sih bantuan tenaga dan dana dari istri. Apa pekerjaannya? Ya bikin desainlah. Graphic Design. Mulai dari desain kartu nama, kop surat, liflet, poster sampai spanduk.

Tapi kenapa nggak bisa maju usahanya. Mungkin disebabkan aku kurang gesit. Terlalu banyak mikir, sehingga lambat mengambil keputusannya. Ya jadinya begini.

Dalam posisi seperti sekarang, (di tengah mencari jalan yang pas buat tujuan selanjutnya, alias tujuan akhir). Aku melihat teman yang sukses jadi PNS. Aku jadi iri begini. Kok ngiri sih? Apa yang di-iri-kan? Iri, lihat penghasilannya yang diatas buruh pabrik. Bisa keliling Indonesia gratis, dapat uang saku lagi. Begitu pensiun. Hmmm, masih dapat bayaran setiap bulannya dari pemerintah. Opo ra enak?

Sebetulnya rasa iri itu tak perlu ada. Toh, dulu ketika disarankan oleh Bapakku, untuk melamar jadi PNS, aku tolak mentah-mentah.

Eh, gak tahunya sekarang malah aku mau muntah, mikirin jadi karyawan swasta kelas teri. Setelah mengarungi samudera pekerjaan sebagai karyawan di beberapa perusahaan iklan dan percetakan kelas menengah (ada juga sih yang kelas bawah), akhirnya aku terdampar di sini. Di perusahaan digital printing  bukan papan atas. Makanya penghasilannya pas-pasan.

Kenapa mau muntah. Sebabnya banyak, atau sedikit order, nggak berpengaruh sama isi dompetku. Itu yang bikin aku kesel, kheki bin katrok. Lho, lho... opo toh kuwi?

Oh iya, tadi kan aku sempet nyinggung tentang tujuan hidup. Gimana tuh lanjutannya. Sampai-sampai pertanyaanku dibilang sebagai pertanyaan bodoh. Tersinggung nih aku. Hehehe... oh tersinggung toh? Maapin deh ye.

Iya sekarang tujuan akhir yang harus kucapai adalah mati husnul khotimah, mewariskan pendidikan dan harta yang cukup buat anak-anak dan istri. Dan nanti di akhirat semoga bisa masuk surga.Itulah tujuan hidupku selanjutnya, setelah mentok di ujung jalan bertembok tebal dan tinggi.

Aku harus cari jalan yang bisa mengantarkan ke tujuanku di atas tadi. Jalan yang tepat, lurus dan yang harus adalah jalan yang diridai oleh Allah Swt.

Wassalam,
SangPenging@T!

Revisi Lagi

Setiap kuhidupkan komputer. Lalu kubuka file bukuku yang ingin kuterbitkan, selalu saja masih ada yang bisa kuperbaiki alias aku revisi. Akhirnya mau tidak mau ya harus aku revisi. Mulai dari gaya bahasanya, ide kalimatnya. Bahkan ada paragraf yang terpaksa aku singkirkan. Dibuang jauh-jauh, karena terlalu luas bahasannya.

Tetapi tidak bisa seperti ini terus. Harus ada kata "Selesai (cukup) untuk revisi!", supaya bisa diantar segera file siap cetak dari bukuku ini ke penerbit Kata Elha.

Mereka mungkin sudah menunggu terlalu lama. Ayo dong kata temanku menyemangatiku. Kirim segera ke penerbit. Yess! jawabku mantap.

Iya betul harus diselesaikan segera dan segera di sampaikan ke penerbit. Tetapi waktu yang diberikan penerbit tiga bulan sejak tanda tangan kontrak. Makanya ingin aku sempurnakan sesempurna yang bisa kulakukan.

Wassalam,
SangPenging@T!

Seng Su

Judul tulisan ini bukan nama Tionghoa. Itu adalah nama masakan khas di warung remang-remang di pinggiran jalan kota Yogyakarta. Lokasinya pastinya dimana? wah aku lali (lupa) je, maklum aku kuliah di Yogyakarta antara tahun 1982-1988.

Seng Su. Kependekan dari tongSENG aSu. Sajian masakan berbahan daging anjing. Hi, serem. Dibunuhnya bukan disembelih, tapi dimasukkan karung lalu digebukin sampai mati. Kejam!

Baru saja aku lihat sebuah tautan di halaman facebook-ku, isinya menentang pembantaian anjing untuk bahan masakan dengan cara digebukin itu. Keprihatinan itu disuarakan oleh para kaum penyayang hewan anjing.

Aku hanya bisa mengelus dada, melihat kenyataan itu. Islam mengharamkan daging anjing. Dan Islam tidak membolehkan menyembelih binatang dengan cara sembarangan. Jadi terus terang kita harus punya sikap perikebinatangan. Bukan hanya perikemanusiaan saja yang kita jaga dalam berperilaku.

Itulah manusia semua mau dimakan. Mengerikan!

Wassalam,
SangPenging@T!

Senin, Oktober 27, 2014

Ada Hari Blogger Nasional

Wah baru tahu aku, kalau hari ini 27 Oktober adalah hari blogger nasional. Hebat. Aku sebagai aktivis blog, tentu ingin mengucapkan selamat! bunyi ucapannya begini: Selamat Ngblog Bro!

Mau nulis apa nih? wah kok jadi  bingung begene. Bener, serius pikiranku lagi mumet. Dompet menipis, pengeluaran renov canopy (garasi) mobil, wc dan cat kamar anakku.

Ah, memusingkan tapi untung istriku punya segelang emas, yang bisa dijual dan akhirnya pikiranku sedikit terbebaskan. Aku betul-betul salut atas pengorbanannya.

Aku belum bisa berbuat banyak. Tapi aku yakin suatu saat pasti bisa berbuat. Mudah-mudahan Allah Swt. memberi kesempatan itu.

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, Oktober 07, 2014

Tanda Tangan Kontrak Penerbitan Bukuku

Dengan ucapan "Bismillah..." maka kutanda-tanganilah kontrak untuk menerbitkan bukuku di penerbit Kata ELHa pada hari ini; Selasa, 7 Oktober 2014. Tepatnya di Jl. Kertamukti, Ciputat.

Penerbit tersebut adalah imprint dari Penerbit Lentera Hati.Saat tanda tangan, disaksikan oleh seorang editor yang akan menangani bukuku, mas Faiq.

Berjuta rasa bergabung jadi satu dalam hatiku. Ada rasa senang, rasa penasaran dan rasa takut. Wow begitukah rasanya? Rame begitu, kok kayak permen nano-nano. Ya begitulah yang kurasa.

Mengapa ada rasa senang? Ya tentulah senang karena perjuangan selama ini akhirnya mencapai titik temunya dengan sebuah penerbit yang sudi menerbitkan. Meski pernah kurasakan pahitnya ditolak satu kali oleh sebuah penerbit buku Islam.

Lalu rasa penasaran itu, mengapa timbul? Hmm... aku penasaran seperti apakah nanti jadinya bukuku itu saat mejeng di stand toko buku ternama atau saat terpajang di stand pameran buku. Artinya aku masih penasaran seperti apakah nanti hasil cetakannya, covernya dan penampilan keseluruhan bukuku itu. Ingin rasanya cepat-cepat rasa penasaran itu kupecahkan sehingga aku bisa melihat tampilan bukuku sebenar-benarnya. Bukan sekedar dalam impian ataupun angan-angan.

Dan terakhir, mengapa harus takut? Ya itulah yang menghantui perasaanku bersama terbitnya rasa senang. Ketakutan itu betul-betul menghantuiku. Takut apa? ya bisa macam-macam. Antara lain; takut bukunya jelek tampilan covernya ataupun layout halamannya.Takut kalau-kalau pemasarannya seret. Dan berbagai ketakutan yang muncul. Ah, tapi sudahlah kuserahkan saja semuanya kepada Yang Maha Kuasa, Allah Swt. Pasrahkan saja kepada-Nya, yang penting aku sudah ikhtiar untuk menulis dan menerbitkan. Selebihnya semua berada diluar kekuasaanku.

Yang pasti ada sejuta rencana dariku untuk bukuku itu. Aku ingin keliling Indonesia dan keliling Dunia bersama bukuku. Tujuannya untuk apa, untuk ceramah dan jualan buku, hehehe....

Wassalam,
SangPenging@T!