Saatnya merefleksi diri di akhir tahun 2013, tepatnya nanti malam 31 Desember 2013, menjelang pergantian tahun memasuki tahun 2014.Refleksi diri kok mesti akhir tahun sih? Iya ya mustinya kapan saja, right? Allright aja dah!
Di tahun 2013 aku masih memble belum kece! itu kuakui, aku belum tajir seperti Olga dan Raffi. Busyet tuh perbandingan jauh amat. Amat amat jauuuuh. Sadar ah bro! iya ya aku sadar dah sekarang, ente nggak usah sewot and kebakaran jenggot begitu kale.
Tapi perkembangan buku yang mau kuterbitkan kemajuannya lumayan maju. Masih butuh revisi biar dibaca enak. Harapannya itu buku buat kado terindah di hari ultahku. Ah apa bisa? semoga saja sih.
Renovasi rumah kami berjalan lambat. Tapi keramik lantai sudah 80persen. Mudah-mudahan lebaran sudah bisa rapi jali. Sungguh merasa tak nyaman jika lebaran menjamu saudara atau tetangga dengan keadaan rumah seperti di tempat pembuangan sampah. Memalukan!
Ceramah ceramah kultumku sudah bisa kubawakan santai tapi serius. Tidak terlalu menegangkan lagi bagiku. Tanpa persiapan pun aku siap, jika kepepet. Tapi aku usahakan untuk tampil dengan persiapan yang cukup di benak kepalaku.
Buat anak-anakku maafkan bapak dan buat istriku maafkan suamimu ini yang masih memble belum oke dalam memberikan kesenangan buat kalian. Semoga di tahun 2014 bapak lebih bisa menunjukkan eksistensinya sebagai kepala rumah tangga. Oke? yes dong, jawaban dari kalian.
Buat pembaca setia blogspotku, semoga di tahun baru 2014 aku bisa menghasilkan tulisan yang lebih berbobot, berkualitas dan tuntas. Mantap!
Selamat tinggal tahun 2013 and Selamat tahun baru 2014
Wassalam,
SangPenging@T!
Adsense
Selasa, Desember 31, 2013
Sabtu, Desember 28, 2013
Roda Kehidupan
Berputar dan terus berputar roda kehidupan. Beberapa tahun lalu kere, sekarang bisa jadi konglomerat. Tetapi ada yang dulunya kaya raya, sekarang melarat. Nasib manusia siapa yang tahu.
Ibunya Raffi merasakan bahwa roda kehidupan berputar cepat. Awal tahun 2013, di bulan Januari, dia seperti disambar petir di siang hari bolong. Anaknya tersandung kasus narkoba. Raffi dipenjara, gara-gara ada pesta narkoba di rumahnya. Ibunya merasakan "roda kehidupan"-nya sedang berada di bawah, dia terlindas. Merasa dicampakkan oleh (paling tidak) tetangga kiri kanannya.
Jarum jam terus berputar, hari berganti dan bulan bergerak perlahan. Akhirnya Raffi dibebaskan bersyarat di pertengahan tahun! Raffi mulai berkiprah lagi, cuap-cuap lagi, teriak-teriak lagi di layar kaca membawakan acara Dahsyat!
Lalu terbetiklah kabar di akhir tahun2013, di bulan Desember ini. Ibunya Raffi dihadiahi anaknya sebuah mobil mewah seharga satu milyard lebih sedikit. Benar-benar sebuah hadiah yang dahsyat! Wow, ini tentu saja membuat hati ibunya berbunga-bunga. Roda kehidupan serasa di atas, bahkan di atas awan tinggi. Tinggi sekali bro!
Boro-boro bagi kita yang penghasilan pas-pasan menghadiahi ibu kita mobil mewah. Bunga saja mungkin jarang, betul?
Lalu bukti apalagi bahwa kehidupan bagai roda? Mau bukti lagi? Bener nih? Itu tu masak nggak tahu. Apa pura-pura nggak tahu? Kasih tahu dong! Ah masak nggak tahu? itu tuuuu ...Atut!
Beberapa tahun yang lalu dia tidur di atas kasur seharga 20jutaan di kamar mewah rancangan desainer top (hehehe... kali ye, sebab aku tak tahu pasti. Ini sekedar analisa ngawurku. Jadi kalo salah yeah mohon maklum bro), sekarang dia tidur di atas kasur tipis dalam kamar busuk penjara wanita Pondok Bambu. Nauzubillah.
Begitulah kehidupan. Bisa kita saksikan dengan kepala kita sendiri, bukan? Nggak usah repot-repot musti sewa kepala orang lain. Lalu pertanyaannya roda kehidupan kita sedang berada dimana nih? Silahkan dirasakan sendiri oleh pembaca masing-masing. Kalau aku jelas masih di bawah. Sebabnya? belum punya rumah mewah, mobil mewah, motor gede kayak mas Akil Muchtar dan bisa liburan ke luar negeri kayak Mbak Atut.
Tapi harus diingat bro! Apapun keadaannya, kita harus tetap pandai bersyukur, tetap shalat yang rajin jangan lupa sedekah. Mudah-mudahan apa yang kita cita-citakan cepat terkabul. Insya Allah...
Wassalam,
SangPenging@T!
Ibunya Raffi merasakan bahwa roda kehidupan berputar cepat. Awal tahun 2013, di bulan Januari, dia seperti disambar petir di siang hari bolong. Anaknya tersandung kasus narkoba. Raffi dipenjara, gara-gara ada pesta narkoba di rumahnya. Ibunya merasakan "roda kehidupan"-nya sedang berada di bawah, dia terlindas. Merasa dicampakkan oleh (paling tidak) tetangga kiri kanannya.
Jarum jam terus berputar, hari berganti dan bulan bergerak perlahan. Akhirnya Raffi dibebaskan bersyarat di pertengahan tahun! Raffi mulai berkiprah lagi, cuap-cuap lagi, teriak-teriak lagi di layar kaca membawakan acara Dahsyat!
Lalu terbetiklah kabar di akhir tahun2013, di bulan Desember ini. Ibunya Raffi dihadiahi anaknya sebuah mobil mewah seharga satu milyard lebih sedikit. Benar-benar sebuah hadiah yang dahsyat! Wow, ini tentu saja membuat hati ibunya berbunga-bunga. Roda kehidupan serasa di atas, bahkan di atas awan tinggi. Tinggi sekali bro!
Boro-boro bagi kita yang penghasilan pas-pasan menghadiahi ibu kita mobil mewah. Bunga saja mungkin jarang, betul?
Lalu bukti apalagi bahwa kehidupan bagai roda? Mau bukti lagi? Bener nih? Itu tu masak nggak tahu. Apa pura-pura nggak tahu? Kasih tahu dong! Ah masak nggak tahu? itu tuuuu ...Atut!
Beberapa tahun yang lalu dia tidur di atas kasur seharga 20jutaan di kamar mewah rancangan desainer top (hehehe... kali ye, sebab aku tak tahu pasti. Ini sekedar analisa ngawurku. Jadi kalo salah yeah mohon maklum bro), sekarang dia tidur di atas kasur tipis dalam kamar busuk penjara wanita Pondok Bambu. Nauzubillah.
Begitulah kehidupan. Bisa kita saksikan dengan kepala kita sendiri, bukan? Nggak usah repot-repot musti sewa kepala orang lain. Lalu pertanyaannya roda kehidupan kita sedang berada dimana nih? Silahkan dirasakan sendiri oleh pembaca masing-masing. Kalau aku jelas masih di bawah. Sebabnya? belum punya rumah mewah, mobil mewah, motor gede kayak mas Akil Muchtar dan bisa liburan ke luar negeri kayak Mbak Atut.
Tapi harus diingat bro! Apapun keadaannya, kita harus tetap pandai bersyukur, tetap shalat yang rajin jangan lupa sedekah. Mudah-mudahan apa yang kita cita-citakan cepat terkabul. Insya Allah...
Wassalam,
SangPenging@T!
Terbakar
API membakar apa saja yang mudah terbakar. Mulai dari batang kayu dan dedaunan kering, segala macam jenis kertas sampai plastik. Apalagi bensin dan minyak gampang sekali api menyambar. Dan tentu juga emosi manusia mudah terbakar api cinta.
Kulit manusia juga cepat terbakar, gampang terkelupas. Oh betapa sakitnya. Melihat manusia terbakar kita hanya bisa ikut sedih dan sekedar membayangkan rasanya. Tapi nanti di akhirat, kita tidak sekedar menonton. Jika kita kafir dan berdosa maka panasnya api akan dirasakan nyata, real bro! Hi, betapa ngerinya!
Mengapa untuk yang satu ini kita mudah lalai mudah lupa. Lupa apa? ya lupa terbakar itu bro! iya ya kenapa mudah lupa. Paling-paling baru ingat jika ada berita kebakaran di televisi, atau saat mendengar sirene mobil pemadam kebakaran meraung-raung di jalanan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Kulit manusia juga cepat terbakar, gampang terkelupas. Oh betapa sakitnya. Melihat manusia terbakar kita hanya bisa ikut sedih dan sekedar membayangkan rasanya. Tapi nanti di akhirat, kita tidak sekedar menonton. Jika kita kafir dan berdosa maka panasnya api akan dirasakan nyata, real bro! Hi, betapa ngerinya!
Mengapa untuk yang satu ini kita mudah lalai mudah lupa. Lupa apa? ya lupa terbakar itu bro! iya ya kenapa mudah lupa. Paling-paling baru ingat jika ada berita kebakaran di televisi, atau saat mendengar sirene mobil pemadam kebakaran meraung-raung di jalanan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Senin, Desember 23, 2013
Tewasnya Sang Copywriter Muda
Jagat dunia periklanan Indonesia sempat dibuat gempar sejenak. Sebuah berita duka tersebar di dunia maya, khususnya di Twitter. Mita Diran, wanita muda berusia 27 tahun yang bekerja sebagai copywriter di agency Y&R (Young & Rubicam) Asia, di Jakarta, meninggal mendadak hari Minggu, 15 Desember 2013. Setelah sebelumnya sempat koma, beberapa jam di RS Pusat Pertamina.
Sehari sebelum meninggal, dia sempat berkicau di akun twitternya. Bunyinya cukup mengagetkan,"30 hours of working and still going strooong,". Sayang faktanya, tubuhnya tak sekuat sebaris kata-kata yang terakhir di tulisnya pada pukul 05.47 PM, hari Sabtu 14 Desember 2013.
Karena aku juga pernah berkecimpung di dunia periklanan (walau di biro iklan kelas teri), maka aku ingin menulis apa yang bisa kutulis tentang kejadian ini. Memang begitulah dunia periklanan. Mengasyikkan bagi yang mencintainya. Sampai-sampai bisa dibuatnya gila, gila kerja maksudnya. Konon untuk mengejar deadline, dia menenggak minuman berenergi merk K dicampur Vodka, wow! mata jadi enggan terpejam, membuat Mita semakin merasa "oke" untuk menyelesaikan tugasnya. Semangatnya menyala terus.
Kalau dilihat prestasinya cukup membanggakan.Mita tergolong cerdas dan kreatif. Ini terbukti dari prestasinya memenangkan Citra Pariwara Award. “Dia juga barusan menang Citra Pariwara Award, hadiahnya 2 silver, 1 bronze. Menang kategori art of home, luar ruangan,” ujar ayah tiri Mita, Yani Sahrial.
Saking asyiknya kerja, dia sampai lupa istirahat. Lupa shalat? Ah, untuk yang ini aku tak berani comment. Karena aku nggak kerja di Y&R. Jadi nggak bisa tahu kebiasannya sehari-hari di kantor.
Aku pernah punya pengalaman buruk perihal ini. Ketika bos menyuruhku untuk segera menyelesaikan desain. Aku jawab enteng, "Sebentar pak, saya shalat dulu". Kebetulan waktu shalat Dhuhur sudah masuk. Apa dampaknya? beberapa bulan kemudian aku di PECAT! Sungguh menyakitkan.
Kebetulan bosku itu bukan beragama Islam. Yeah! Maybe he doesn't like to hear what I say. Untung saja waktu itu stevie wonder tidak sedang menyanyikan lagu I Just Called To Say I Love You. Opo kuwi, wis gak ono hubungane lagu si wonder sama artikel ini. Jujur aku lebih takut kepada God, ALLAH Swt. daripada dipecat sama Bos, gundulmu kuwi! (eh, kok ngata-ngatai bosmu sih? hehehe... mumpung bebas nulis nih.. so jangan sewot dong!)
Kerja mati-matian bahkan sampai mati beneran jika hanya semata untuk kesenangan dunia, hanya untuk cari duit doang. Tidak diniatkan buat ibadah, mengejar Ridho Ilahi, oh oh oh... sungguh merugi kawan!
Well, selamat jalan Mita, semoga kau bahagia di sisi Allah. Diampuni segala dosa dan diterima amal ibadahmu oleh Yang Maha Kuasa.
Wassalam,
SangPenging@T!
Sehari sebelum meninggal, dia sempat berkicau di akun twitternya. Bunyinya cukup mengagetkan,"30 hours of working and still going strooong,". Sayang faktanya, tubuhnya tak sekuat sebaris kata-kata yang terakhir di tulisnya pada pukul 05.47 PM, hari Sabtu 14 Desember 2013.
Karena aku juga pernah berkecimpung di dunia periklanan (walau di biro iklan kelas teri), maka aku ingin menulis apa yang bisa kutulis tentang kejadian ini. Memang begitulah dunia periklanan. Mengasyikkan bagi yang mencintainya. Sampai-sampai bisa dibuatnya gila, gila kerja maksudnya. Konon untuk mengejar deadline, dia menenggak minuman berenergi merk K dicampur Vodka, wow! mata jadi enggan terpejam, membuat Mita semakin merasa "oke" untuk menyelesaikan tugasnya. Semangatnya menyala terus.
Kalau dilihat prestasinya cukup membanggakan.Mita tergolong cerdas dan kreatif. Ini terbukti dari prestasinya memenangkan Citra Pariwara Award. “Dia juga barusan menang Citra Pariwara Award, hadiahnya 2 silver, 1 bronze. Menang kategori art of home, luar ruangan,” ujar ayah tiri Mita, Yani Sahrial.
Saking asyiknya kerja, dia sampai lupa istirahat. Lupa shalat? Ah, untuk yang ini aku tak berani comment. Karena aku nggak kerja di Y&R. Jadi nggak bisa tahu kebiasannya sehari-hari di kantor.
Aku pernah punya pengalaman buruk perihal ini. Ketika bos menyuruhku untuk segera menyelesaikan desain. Aku jawab enteng, "Sebentar pak, saya shalat dulu". Kebetulan waktu shalat Dhuhur sudah masuk. Apa dampaknya? beberapa bulan kemudian aku di PECAT! Sungguh menyakitkan.
Kebetulan bosku itu bukan beragama Islam. Yeah! Maybe he doesn't like to hear what I say. Untung saja waktu itu stevie wonder tidak sedang menyanyikan lagu I Just Called To Say I Love You. Opo kuwi, wis gak ono hubungane lagu si wonder sama artikel ini. Jujur aku lebih takut kepada God, ALLAH Swt. daripada dipecat sama Bos, gundulmu kuwi! (eh, kok ngata-ngatai bosmu sih? hehehe... mumpung bebas nulis nih.. so jangan sewot dong!)
Kerja mati-matian bahkan sampai mati beneran jika hanya semata untuk kesenangan dunia, hanya untuk cari duit doang. Tidak diniatkan buat ibadah, mengejar Ridho Ilahi, oh oh oh... sungguh merugi kawan!
Well, selamat jalan Mita, semoga kau bahagia di sisi Allah. Diampuni segala dosa dan diterima amal ibadahmu oleh Yang Maha Kuasa.
Wassalam,
SangPenging@T!
Senin, Desember 09, 2013
Keluar Malam
Keluar malam tak baik buat perempuan, apalagi sendirian. Berbahaya! Bisa menimbulkan kesan negatif. Erat kaitannya dengan pekerja malam. Ah, kok bisa begitu ya?
Padahal pekerja malam di pasar tradisional, tentu membawa manfaat bagi masyarakat. Coba bayangkan jika tidak ada yang berjualan sayur mayur di malam hari. Bisa terganggu lalu lintas arus sayur mayur mulai dari tengkulak hingga tukang sayur yang menjajakan sayur di perumahan di pagi hari.
Malam ini aku terbangun jam menunjukkan angka 11 lewat 40 menit. Perut terasa lapar. Istri ikut terjaga, mendengar berisik badan dan kakiku bergerak di dalam kamar yang sunyi.
Dia tahu aku lapar. Kuajak dia keluar rumah, menemaniku membeli bubur kacang ijo di warung "IndoMie dan Bubur Kacang Ijo" di pinggir jalan masuk komplek. Berjarak sekitar 300meter dari rumahku.
Di warung itu aku jumpa seorang pemuda kerempeng. Ramah dia menyapaku. Tampilannya berambut gondrong. Istriku kaget. Kutawari dia bubur kacang ijo atau indomie rebus. Pemuda itu menampik halus.
Kasihan dia. Hidupnya bagai kapal tanpa nahkoda. Bapaknya sudah meninggal, mungkin setahun yang lalu. Kadang kulihat dia mengoceh sendiri. Kemejanya lusuh. Celana pendek. Suka duduk-duduk di tempat nongkrong para tukang ojek.
Dulu kulihat dia rajin ibadah. Bahkan beberapa kali ikut suatu majelis zikir. Sekarang dia sepertinya jauh dari masjid. Mudah-mudahan saja tidak jauh dari shalat. Artinya semoga dia tetap shalat walau di rumah.
Dan malam ini dia keluar malam, nongkrong di warung bubur kacang ijo. Sebelum aku masuk warung itu, dia sudah ada di dalam warung itu. Entah habis makan atau sekedar duduk-duduk. Setelah tawaran traktiranku ditolaknya, akhirnya aku pesan rokok setengah bungkus. Kuserahkan padanya. Dia tak menolak. Diterimanya pemberianku sebungkus rokok yang isinya setengah dengan takjim.
Padahal dalam hati ingin kubelikan dia sebungkus beneran bukan setengah. Tapi berhubung duitku nggak cukup buat beli sebungkus, ya terpaksa beli setengah. Kuberikan kepadanya seiring aku pamit pulang.
"Terima kasih, Om.. terima kasih Om", ucapnya berulangkali.
Begitulah kenyataan hidup. Hidup adalah pilihan. Hidup adalah perjuangan. Kadang aku takut jika aku meninggal, anakku belum jadi orang. Dalam arti hidupnya belum mapan.
Yaa Rabb, semoga aku bisa mendidik anak-anakku dan tidak meninggalkan mereka dalam keadaan yang kekurangan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Padahal pekerja malam di pasar tradisional, tentu membawa manfaat bagi masyarakat. Coba bayangkan jika tidak ada yang berjualan sayur mayur di malam hari. Bisa terganggu lalu lintas arus sayur mayur mulai dari tengkulak hingga tukang sayur yang menjajakan sayur di perumahan di pagi hari.
Malam ini aku terbangun jam menunjukkan angka 11 lewat 40 menit. Perut terasa lapar. Istri ikut terjaga, mendengar berisik badan dan kakiku bergerak di dalam kamar yang sunyi.
Dia tahu aku lapar. Kuajak dia keluar rumah, menemaniku membeli bubur kacang ijo di warung "IndoMie dan Bubur Kacang Ijo" di pinggir jalan masuk komplek. Berjarak sekitar 300meter dari rumahku.
Di warung itu aku jumpa seorang pemuda kerempeng. Ramah dia menyapaku. Tampilannya berambut gondrong. Istriku kaget. Kutawari dia bubur kacang ijo atau indomie rebus. Pemuda itu menampik halus.
Kasihan dia. Hidupnya bagai kapal tanpa nahkoda. Bapaknya sudah meninggal, mungkin setahun yang lalu. Kadang kulihat dia mengoceh sendiri. Kemejanya lusuh. Celana pendek. Suka duduk-duduk di tempat nongkrong para tukang ojek.
Dulu kulihat dia rajin ibadah. Bahkan beberapa kali ikut suatu majelis zikir. Sekarang dia sepertinya jauh dari masjid. Mudah-mudahan saja tidak jauh dari shalat. Artinya semoga dia tetap shalat walau di rumah.
Dan malam ini dia keluar malam, nongkrong di warung bubur kacang ijo. Sebelum aku masuk warung itu, dia sudah ada di dalam warung itu. Entah habis makan atau sekedar duduk-duduk. Setelah tawaran traktiranku ditolaknya, akhirnya aku pesan rokok setengah bungkus. Kuserahkan padanya. Dia tak menolak. Diterimanya pemberianku sebungkus rokok yang isinya setengah dengan takjim.
Padahal dalam hati ingin kubelikan dia sebungkus beneran bukan setengah. Tapi berhubung duitku nggak cukup buat beli sebungkus, ya terpaksa beli setengah. Kuberikan kepadanya seiring aku pamit pulang.
"Terima kasih, Om.. terima kasih Om", ucapnya berulangkali.
Begitulah kenyataan hidup. Hidup adalah pilihan. Hidup adalah perjuangan. Kadang aku takut jika aku meninggal, anakku belum jadi orang. Dalam arti hidupnya belum mapan.
Yaa Rabb, semoga aku bisa mendidik anak-anakku dan tidak meninggalkan mereka dalam keadaan yang kekurangan.
Wassalam,
SangPenging@T!
Langganan:
Postingan (Atom)