Adsense

Sabtu, April 20, 2013

Mengapa susah disuruh shalat?

"Kalau aku jadi...gubernur DKI, orang yang berKTP Islam tetapi 3kali nggak shalat Jumat tanpa alasan yang jelas, akan diganti e-KTPnya dengan kolom agama ditulis "Kafir!!!" (dengan tanda pentung jumlahnya tiga!! mantap bro!!! setuju?"

Itu adalah rangkaian kata yang tertulis di status facebook-ku pada hari Jumat tanggal 19 April 2013. Nadanya amat keras. Pasti banyak yang mencibir; "kayak sok suci aja, sok alim, mentang-mentang rajin shalat, dan jarang meninggalkan shalat Jumat. Sok luh!" Nah begitulah mungkin yang terlontar dari sebagian besar pembaca status facebook itu.


Ampun ya Rabb, aku mohon ampun. Terus terang itu adalah ungkapan "ke-prihatinan-ku" kepada mereka yang meremehkan perintah-Mu, yaa Tuhan.


Bukan sok pamer rajin shalat. Sebab shalat memang tidak untuk dipamerkan. Tapi hatiku ingin mengajak mereka ( yang belum atau enggan mendirikan shalat) untuk yuuk sama-sama kita taat menjalankan perintah agama. Itu saja. Sebab meninggalkan shalat adalah dosa besar, bukan?


Tak jemu-jemunya aku ajak teman-temanku (yang kebetulan satu kantor) untuk shalat Jumat. Tetapi mereka tak bergeming. Tetap tak beranjak dari tempat duduknya. Mereka merasa sayang meninggalkan kerjaannya dan obrolannya (jika sedang tidak ada kerjaan). 


Jawabnya enteng. Ada yang bilang "titip salam sama Tuhan, pak", atau "bapak duluan deh, ntar saya nyusul" padahal boro-boro nyusul. Mereka bukan pergi ke masjid tapi ke warteg. Masya Allah...


Pernah iseng kuajukan pertanyaan. Jika ada pengumuman, "Bagi karyawan yang tidak shalat Jumat hari ini, maka mulai besok dan seterusnya tidak usah masuk kantor lagi! Ttd. Direktur Personalia, /Mengetahui; Direktur Utama". Kira-kira kalian mau shalat Jumat nggak? Serempak mereka menjawab "Mauuu... pak!". Nah, berarti kalian takutnya sama bos dong, tetapi kepada Allah kalian nggak takut? Mereka terdiam seribu bahasa.

Shalat Jumat yang seminggu sekali saja malas ditunaikan, apalagi yang lima waktu. Jangan ditanya.


Allah sudah memerintahkan untuk shalat Jumat. Tertuang dalam firman-Nya Surah Jumu'ah(62) ayat 9 :


"Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum`at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."


Tetapi mengapa mereka malas shalat? itulah pertanyaan yang senantiasa bertalu-talu mengusik hati ini. Apa sih yang menyebabkan mereka malas shalat?


Sampai akhirnya kutemukan jawabnya kenapa mereka enggan shalat, ketika kubaca surah Al Baqarah ayat 6 dan 7, Allah berfirman:


"Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman.


Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat."

Sayang, sungguh disayangkan jika kita mengaku Islam, ber-e-KTP Islam tapi perilaku kita jauh dari keislaman (ketaatan/ketaqwaan). Apa yang dimaksudkan dengan "taqwa" itu? Definisi taqwa di dalam Al Quran (Al Baqarah:2-5) dinyatakan:

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. 
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. 

Harapanku sih dengan tulisan ini, mereka yang jauh dari shalat bisa tersentak kesadarannya. Bukan lagi zamannya, ambil rotan lalu memecut mereka supaya berangkat ke masjid. Memangnya anak kecil, memangnya kuda, toh mau masuk surga atau neraka itu adalah pilihan mereka.

Yaa Rabb, jauhkan aku dari riya, sombong dan pamer dalam beribadah. 


Wassalam,

SangPenging@T!

Minggu, April 14, 2013

Menyusahkan

Masa tua itu menakutkan ataukah tidak? Terus terang bagiku masa tua itu menakutkan. Terutama bila masa tuaku itu nanti, kalau hanya menyusahkan. Paling tidak menyusahkan istri dan anak-anakku. Sungguh aku tidak menginginkannya. Contohnya, masa tua sakit-sakitan yang berkepanjangan.

Tetapi itu hanya sekedar keinginan. Toh, yang punya kekuasaaan atas kondisi akhir hidup kita, tetaplah Allah. Kita hanya mampu berdoa dan berikhtiar, supaya tidak menyusahkan. Tetapi membahagiakan orang-orang tercinta di sekitar kita.

Hmm, hidup ini memang misteri. Tetapi menjalani hidup ini bukanlah suatu misteri, tetapi suatu rangkaian fakta! Itulah sebabnya mengapa kita harus merencanakan aktivitas kehidupan dengan baik, mau apa kita dalam sehari ini, bulan depan dan bahkan tahun depan. Tujuan "rencana" yang kita buat, dimaksudkan agar kita tidak terkaget-kaget atas apa yang sedang dan akan kita alami dalam kehidupan kita.

Tentu tidak ada orang waras yang ingin hidup susah dan menyusahkan. Meski begitu kok tetap saja kita menderita? Hmm, itu bisa jadi disebabkan oleh rangkaian dosa yang kita perbuat, sehingga Allah murka.

Jadi kesusahan yang kita alami, bisa jadi tujuannya untuk menyadarkan kita bahwa manusia tak berdaya atas ketentuan dan takdir Tuhan.

Susah di masa tua adalah "buah" perbuatan di masa muda. Masa muda tak sudi (malas!) menuntut ilmu, masa tua bakal menuai kebodohan, dan gampang dibodohi. Masa tua hidup miskin dan menyusahkan, bisa jadi dulu masa mudanya (masa produktif) nggak getol cari duit, menabung dan bersedekah. Dapat duit langsung dihambur-hamburkan.

Di akhirat kelak kecebur di neraka, akibat dulu ketika hidup di dunia malas beribadah dan tidak taat kepada perintah Allah Swt. Nauzubillah.

Jangan sia-siakan umur kita ketika masih hidup di dunia. Agar kehidupan akhirat kita, tidak menyusahkan diri sendiri.

Wassalam,
SangPenging@T!

Jumat, April 05, 2013

Masalah

Manusia hidup tidak ada yang tidak punya masalah. Bahkan tidak punya "masalah" pun bisa jadi masalah. Ah, masak sih. Boleh jadi kita merasa tidak punya masalah, tapi orang di luar sana melihat kitalah masalahnya.

Contoh gampangnya. Ketika kita memuntahkan kata-kata bernada merendahkan kepada seseorang. Bagi kita toh itu sekedar kalimat, sesuai fakta lagi. Tetapi bagi orang yang mendengarkan kalimat yang menusuk perasaannya itu, itu bagaikan palu godam yang menghantam egonya. Bisa membuatnya galau. Dan dapat memicu ledakan amarahnya.

Yang bagi kita itu masalah kecil, atau bahkan bukan masalah. Seperti misalnya ketika kita melontarkan kata, "Dasar bodoh!", kepada bawahan yang kebetulan belum tahu cara memecahkan suatu masalah. Alih-alih masalah yang menjadi inti persoalan terpecahkan, eh malah muncul masalah baru.

Masalah hidup silih berganti menerpa siapa saja yang beraktivitas. Hadapi saja masalah itu. Jangan lari dari masalah. Cari kunci penyelesaiannya. Kalau tidak bisa terpecahkan oleh diri kita sendiri. Jangan sungkan untuk menanyakan kepada ahlinya.

Ketika masalah menghadang dari segala penjuru. Dan kita merasa seakan menghadapi jalan buntu. Pada umumnya disitulah saatnya kita mengambil langkah pamungkas. Apakah itu? Memanjatkan doa yang khusuk kepada Tuhan.

Tetapi mengapa kebanyakan kita baru "mendekati" Tuhan tatkala sudah kepepet. Kemana saja selama ini? Ketika hidup nyaman seakan tanpa masalah, seolah-olah kita menjauh dari Allah. Perintah shalat ditinggalkan, pelit bersedekah padahal duit banyak.Why?

Ada masalah atau pun tidak ada masalah. Yuuk, harusnya kita tetap konsisten (istiqamah) menjalankan segala perintah-Nya. Insya Allah, selamat dunia dan akhirat.

Wassalam,
SangPenging@T