Adsense

Jumat, Oktober 12, 2012

Irama dan Warna Hidup Kita

Masing-masing dari kita punya aktivitas kehidupan yang berbeda-beda. Sesuai keahlian, minat dan bakat kita, atau juga karena keterpaksaan. Oh ya, apakah ada aktivitas karena terpaksa? Oh, banyaaak!! Kerja bakti, misalnya. Ini adalah aktivitas yang dipaksa oleh pak RT, pak RW. Walau dipaksa, tetap saja warganya mbalelo.

Aku punya teman sudah lama menganggur. Baru-baru ini dia diterima kerja. Jadi penjaga malam sebuah koperasi simpan-pinjam. Kutanya kepadanya, gimana suka nggak? Jawabnya, yaach gimana lagi cari kerjaan susah. Kubilang kepadanya, bersyukurlah. Iya, jawabnya.

Yang pasti irama hidupnya sekarang berubah. Yang biasanya tidur malam tak terusik, kini dia harus melek di malam hari. Harus memelototi layar CCTV.

Beragam aktivitas-lah yang bisa membuat irama hidup kita jadi tidak monoton. Tujuan hidup mewarnai irama hidup kita. Orang yang tujuan hidupnya didominasi oleh aroma keduniawian akan tersiksa hidupnya. Hawa nafsunya menggelora, semua ditabrak tak peduli lagi halal-haram. Yang penting kudapat! Rambu-rambu akhirat tak digubrisnya.

Sudah semestinya sebagai seorang muslim, irama hidup kita tak mengabaikan kehidupan akhirat. Masukkanlah "nada-nada" akhirat di dalam irama hidup kita. Artinya apa? ya harus ada shalat lima waktu dalam aktivitas hidup keseharian kita. Sebab itu perintah Tuhan. Bukan perintah pak Lurah, apalagi perintah Presiden.

Orang yang dalam hidupnya tidak pernah menjadwalkan shalat, sungguh merugi. Dia menyia-nyiakan waktunya untuk ibadah. Jumlah jam yang kita lalui sepanjang hari adalah 24 jam. Tidak lebih tidak kurang. Apakah ada orang yang berani pasang stiker di depan tokonya tulisan "Toko ini Buka 25jam". Ini membingungkan, bukan?

Ya, dalam sehari semalam jumlahnya 24 jam. Titik! Mau di New York, di Hong Kong, atau di rumah kita sama semua, 24 jam. Allah hanya mewajibkan kepada kita untuk menyisihkan SATU JAM saja untuk (jumlah total) shalat lima waktu. Jadi mulai dari shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib hingga Isya (plus zikir dan doa di setiap akhir shalat) rata-rata menghabiskan waktu ONLY 12 MINUTE! untuk masing-masing shalat itu. Mau lebih silakan (monggo kerso, please). Proporsional sajalah. Allah Maha Tahu, kebutuhan waktu kita, kok.

Dan kalau mau menambah pahala dan kedekatan lagi dengan Allah dan agar lebih dicintai-Nya , maka tambahkan ONE HOUR (satu jam lagi) di sepertiga malam untuk Shalat Tahajud plus Witir. Waktunya bisa jam 12 s.d jam 1 malam, atau jam 1 s.d jam 2, atau jam 2 s.d jam 3 atau jam 3 sd jam 4 dini hari. Yang penting syaratnya harus tidur dulu.

Satu jam di sepertiga malam? Apa saja aktivitasnya, selama itu? Oh itu, begini jawabnya untuk satu jam itu, aktivitasnya bisa antara lain; pertama.) Shalat tahajud 8 rakaat. Boleh dibagi dua rakaat satu salam (seperti shalat tarawih di bulan Ramadhan). Atau 4 rakaat dua salam. Setelah itu baca doa sehabis shalat Tahajud plus doa terserah Anda. kedua.) Dilanjutkan dengan shalat Witir 3 rakaat. Tutup deh dengan doa lagi. Yang penuh harap agar terkabul doanya. ketiga.) mengaji Qur'an. Boleh membaca surah-surah favorit antara lain, Al Waqiah, Al Mulk, Ar Rahman, Yaa Sin atau Al Kahfi. Atau terserah apa yang ingin Anda baca.

Tapi bagi mereka yang baru mulai belajar untuk shalat Tahajud, boleh lima belas menit atau setengah jam. Nggak musti harus satu jam. Artinya shalat tahajudnya dua rakaat, lalu ditutup shalat witir tiga rakaat. Nah habis itu, berdo'a-lah sebanyak yang kita mau. Minta apa saja yang kita inginkan. Sama Allah nggak usah sungkan-sungkan. Insya Allah, Allah suka dengan makhluk yang hanya minta kepada-Nya, bukan kepada yang selain-Nya. Misalnya, minta kepada syetan! Apalagi minta tolong sama musuh bebuyutan."Siape elu?" begitu katanya.

TAPI INI HARUS DICAMKAN. Jangan sampai tahajud dapat shalat subuhnya kesiangan, atau terlewatkan. Nggak shalat subuh. Ini berbahaya. Shalat subuh itu penting dan harus.

Shalat subuh di masjid itu, konon disaksikan oleh para malaikat dan do'a yang kita panjatkan di-amin-kan oleh para malaikat. Luar biasa. Caranya gimana supaya bisa tetap subuhan? Hmm, gampang hidupkan dong alarm di HP. Habis tahajud, jangan tidur lagi tetapi baca Qur'an. Atau menonton TV pengajian. Atau browsing internet update status di facebook. Asal jangan lebay, nulis statusnya beraroma pamer (riya), contohnya; "Hallo kawan2, aku sudah tahajud loh!kalian gimana, nggak sempat? ih amit-amit deh kok nggak tahajud sih, kayak gw gitu loh". Nanti dapat comment dari teman, begini; "lalu gw harus bilang WOW! gt? sambil koprol?..." nanti kita malah jadi sakit hati. Repot deh jadinya.

YANG HARUS DIINGAT! Untuk kita-kita (termasuk penulis) yang sedang gigih (belajar) jadi orang yang shaleh, taat dan taqwa sediakanlah totalnya 2 JAM untuk Allah (untuk ibadah kepada-Nya) dalam sehari-semalam. Dan (yang selebihnya) yang 22 jam itu, untuk aktivitas kehidupan kita sehari-hari seperti biasanya.Untuk belajar, untuk bisnis, usaha, untuk bekerja mencari sesuap rezeki atau sebongkah berlian, untuk membaca, untuk menulis bagi yang senang menulis, bermusik, untuk menari, untuk berolahraga, berekreasi, bersilaturahmi, arisan, atau untuk istirahat, dan jangan lupa sisihkan untuk tidur (wah kalau untuk yang ini sih so pasti, betul?).

Yuuk gunakan yang 22 jam itu untuk sesuatu yang bermanfaat, bukan yang mudharat apalagi yang dimurkai oleh Tuhan. Contohnya untuk berjudi, maksiat, dll. Nauzubillah.

Pandai-pandailah kita mengatur irama hidup kita, supaya nadanya terdengar manis dan harmonis. Tidak kacau dan amburadul. Sebab kalau suaranya nggak keruan, bikin capek telinga.

Semakin banyak aktivitas kita semakin berwarna hidup kita. Tidak monoton dan membosankan. Selamat beraktivitas kawan, jangan sampai melalaikan shalat!

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, Oktober 02, 2012

Wibawa

Kata "wibawa" sungguh sebagai kata yang aneh ketika aku mendengarnya pertama kali ketika masa kanak-kanak dulu.Apa sih arti "wibawa" itu pak? tanyaku pada orangtuaku. Kulihat dia sedikit berkernyit dahinya, ah susah juga dia menjelaskan arti kata "wibawa" kepada anak SD kelas tiga, pikirku.

Sama halnya ketika aku sering membaca kata "pemerintah" di halaman muka koran pagi. Waktu kutanya kepada bapak, apa arti "pemerintah". Dia menjelaskan dengan praktis, arti kata "pemerintah". Pemerintah itu contohnya, bapakmu ini pemerintah di rumah ini. Lho kok begitu? Ya iya khan, bapak suka memerintah kamu, contohnya "Jar, tolong bersihkan vespa bapak!", " Ayo cepat mandi, sarapan dan segera pergi ke sekolah!, atau  "Ayo shalat!".

Kini setelah paham bahasa Indonesia dengan fasih. Kutahu arti "pemerintah" dan arti kata "wibawa". Sekarang pertanyaannya adalah, sejauh mana wibawa pemerintah ketika menghadapi tawuran anak sekolah yang marak belakangan ini?

Tawuran merebak di akhir bulan September 2012. Menjadi sorotan karena menimbulkan korban jiwa. Pada hari Rabu 26 September 2012 terjadi lagi tawuran antara SMK Yayasan Karya 66 dengan Kartika Zeni. Satu siswa tewas bernama Deny dari SMK Yayasan Karya 66. Padahal baru saja hari Senin-nya, 24 September terjadi serangan oleh gerombolan anak SMAN 70 terhadap tiga anak  SMA Negeri 6. Menewaskan satu siswa SMAN 6. Rupanya yang swasta nggak mau kalah pamor soal tawuran! Masya Allah. 

Apakah anak-anak yang terlibat tawuran itu sedang menancapkan kata "WIBAWA" atas nama sekolahnya, terhadap sekolah lainnya? Atau si pelaku sedang menunjukkan kesombongannya bahwa "Gue Berani!" Hmm... tentu "wibawa" disini yang kumaksud dalam artian negatif.

Kalau ingin menorehkan "wibawa" dalam artian positif, bisa ditunjukkan diantaranya melalui adu kepintaran di ajang bergengsi, Lomba Karya Ilmiah Remeja, misalnya. Nah, kembali ke pertanyaan semula bagaimana wibawa pemerintah atas tawuran anak-anak sekolah itu?

Banyak pihak yang mempertanyakannya. Sebagian mencibir. Ah sudahlah aku tak ingin mengomentari soal pemerintahan sebab itu bukan ranahku. Yang menjadi pertanyaan mendalamku adalah, dimana peran ustadz selama ini? Terabaikankah soal remaja dari perhatian para ustadz? Boleh jadi karena ustadz "yang populer" lebih fokus ke fulus. Wow! begitukah?

Atau guru agamanya yang kurang maksimal menjelaskan mudarat-nya tawuran antar pelajar.

Janganlah ustadz disalahkan. Tak baik berburuk sangka kepada mereka. Perhatiannya sudah, tapi remajanya saja yang (mungkin ) tak memperhatikan apa kata ustadz. Wejangan ustadz dianggap kuno, ketinggalan zaman. Apa sebabnya? Karena bicaranya melulu tentang surga dan neraka.Menyinggung dikit soal surga dan neraka, mereka bilang membosankan! Masih jauh! Bahwa membunuh itu dosa. Dosa bikin kalian masuk neraka. Mereka bilang, udah deh pak jangan bawa-bawa dosa. Kalau sudah takdirnya mati, mati aja. Nasib pak!

Eh, jaga tuh mulut kalian. Mulut kalian sudah pernah makan bangku sekolahan belum? Siapa bilang bicara surga dan neraka itu kuno. Justru surga dan neraka itu adanya di masa depan, bukan masa silam. Surga dan Neraka bakal kita jumpai nanti setelah dunia ini KIAMAT! Loh-loh... kok jadi sewot begini ya aku. Maaf pembaca, hehehe...


Ada seorang ustadz yang cerita, dulu di zaman orba para pejabat sibuk bicara, "mari kita kencangkan ikat pinggang, ayo kita giatkan pola hidup sederhana!"... Tapi para pejabat tetap saja makmur, pola hidupnya mewah. Sementara rakyat, ada yang masih mengonsumsi nasi aking. Wow! gimana ini? Ternyata pejabat yang berkoar-koar itu, ketika dilirik celana panjangnya tidak ada sabuknya. Pantesan dia nggak bisa mengetatkan ikat pinggang.

Ternyata "wibawa" itu adalah "perwujudan" dari kata-kata kita ( perilaku kita). Satunya kata dengan perbuatan.Konsistensi! Titik!

Wassalam,
SangPenging@T!