Adsense

Minggu, Juli 29, 2012

Habis Tamat Sudah Selesai

Betul-betul suatu kebetulan aku mendapatkan judul itu. Tanpa dirancang, tanpa pikir panjang. Pokoknya ketemu saja dengan judul untuk tulisan ini.Ya, begitulah nasib manusia hidup di dunia ini. Ada awal pasti ada akhirnya. Dilihat dari sudut mana saja, tetap ketemu dengan yang namanya "awal" dan "akhir".

Manusia lahir ke dunia ini diawali dulu sekali, sejak Nabi Adam diperintahkan turun ke bumi oleh Allah. Setelah sekian tahun, lalu berjumpa dengan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Maka sejak itu beranak-pinaklah umat manusia di muka bumi ini. Hingga nanti dunia ini kiamat, baru manusia berhenti berketurunan.

Dalam hidupnya manusia, diwarnai dengan berbagai rupa kehidupannya yang dijalaninya. Ada yang menghebohkan, ada yang biasa saja alias datar tanpa gejolak yang berarti. Itu tergantung seberapa berani manusia mengambil resiko. Orang hebat, tentu punya keberanian, ide dan kemampuan untuk mewujudkannya. Kehebatannya lambat laun akan tersiar di masyarakat, berkat media. Bahkan ke mancanegara, kalau memang prestasinya mampu membuat orang sedunia tercengang.

Tanpa media, orang butuh waktu lama untuk menjadi orang yang nge-"Top". Sepertinya media bisa menjadi tongkat ajaib si tukang sulap. Yang sekali ucap "abrakadabra!" langsung terwujud keinginan yang diharapkan. Tentu, media hanya penunjang. Yang penting adalah artis-nya itu sendiri. Siap diorbitkan, punya potensi hebat. Maka jadilah apa yang semestinya terjadi.

Kalau Allah sudah berkehendak, tak ada seorangpun yang mampu menolaknya. Ketika kita ingin jadi orang top, tetapi Tuhan belum mengijinkan nggak bakalan kita ngetop! Begitu juga, walau banyak orang ingin menjatuhkan tapi nasib baik masih berpihak, maka kita tak akan tergoyahkan.

Hanya harus disadari, berada di atas, jadi orang kaya, jadi orang terhormat, itu ada batasnya. Ada periodenya. Sehebat apapun penguasa, pasti akan terkikis kekuasaannya seiring dengan usianya.

Mulai dari presiden Soekarno sampai Suharto akhirnya tumbang. Sejak Firaun sampai Hitler juga terjungkal. Dari presiden Saddam Husein(Irak), Khadafi(Libia) sampai Hosni Mubarak(mesir) akhirnya roboh. Mereka adalah contoh nyata manusia yang enggan lengser, namun "massa" dan "masa" yang menyingkirkannya dari tampuk kekuasaan.

Deretan artis yang dulu Top sekarang sudah masuk kotak (mati). Mulai dari Elvis Presley, John Lenon sampai Michael Jackson. Di Indonesia ada yang sudah tiada, Broery Pesolima, Farid Harja yang ngetop di zaman aku SMP, dengan lagu "Karmila", dan masih banyak lagi penyanyi TOP di era tahun 60-an, 70-an, 80-an yang kini sudah masuk kotak alias sudah tidak ngetop lagi.

Artinya itu semua bagi mereka sudah "HABIS TAMAT SUDAH SELESAI".

Hikmahnya bagi kita yang masih hidup dan kebetulan masih menjadi manusia biasa belum jadi manusia Hebat, TOP dan Super. Belajarlah untuk tidak menjadi manusia yang gampang lupa diri. Jadilah manusia yang selalu INGAT KEMATIAN. Baik itu kematian yang sesungguhnya atau "kematian" dalam arti sudah tidak populer lagi, sudah tidak berkuasa lagi.

Ingatlah bekal untuk kepulangan kita ke alam akhirat. Hidup di dunia hanya sebentar. Cuma numpang lewat saja. Walau numpang lewat, tetap kita dituntut nanti pertanggungjawabannya. Pandai-pandailah menggunakan waktu kita. Jangan lupa shalat lima waktu!

Wassalam,
Sang Penging@T
m fajar irianto ludjito














  

Senin, Juli 23, 2012

Puasa 2012/ 1433H

Puasa sudah memasuki hari ke-3, di bulan Ramadhan 1433H (2012). Mulut terkunci, dan perut pun istirahat sejenak memamah makanan sejak imsyak sampai bedug magrib. Mata dan hati diharapkan juga pandai dijaga. Tujuannya agar puasa berjalan sempurna.

Setiap memasuki bulan puasa, suasana hati ini berbunga-bunga. Campur aduk rasa di hati ini. Jadi ingat masa kanak-kanak dulu. Rasa laparnya dan hausnya sih, masih tetap sama. Jam 12 siang, dengan sedikit memaksa dan ditambahi mimik memelas, sudah cukup memancing iba ibunda. Untuk akhirnya meluluskan permintaanku untuk berbuka puasa di tengah hari. Nikmatnya bukan main.

Pada suatu hari, ada kesempatan mencuri buah jambu tetangga yang sudah matang. Lalu bersama teman-teman bertiga, kami sepakat membatalkan puasa. Namun ketika saatnya berbuka puasa, ikut sibuk ambil makanan. Seakan-akan puasanya pol. Sebab berani mengaku tidak puasa, bisa dipotong uang lebaran. Kalau tidak salah ingat, setiap puasa satu hari diganjar Rp100,- seratus rupiah, oleh Ayahanda. Jadi jika puasanya pol sebulan penuh, bakal mengantongi uang lebaran Tiga Ribu Rupiah. Jumlah yang cukup besar di tahun 1970-an.

Ketika sudah dewasa seperti sekarang ini, aku merasakan kerinduan suasana puasa di masa kecil dulu. Ah, masa yang tak bisa terulang kembali. Cukup hanya dibayangkan saja dalam benakku. Dibangunkan untuk makan sahur, ketika masakan sudah siap tinggal disantap. Tetapi kini, harus bangun mempersiapkan makanan buat sahur dulu. Bantu-bantu sang istri. Sesekali, anak-anak juga ikut sibuk membantu, asal ada perintah. Tanpa perintah, mereka akan sibuk dengan smartphone-nya, tv bahkan tidur.

Perasaan sukacita di saat kanak-kanak ketika berpuasa, terasa berbeda ketika aku sudah berumah tangga. Usiaku sudah kepala lima. Orangtua sudah tiada, tetangga seangkatan orangtuaku pun lambat laun berguguran. Mereka sudah tidak bisa menikmati lagi bulan penuh berkah, bulan ampunan.

Kini aku termenung, puasa sudah tiga hari. Al Qur'an yang kubaca teratur tiap pagi satu ain sejak Ramadhan tahun lalu, kini sudah sampai di juz Amma. Padahal tekadku harus khatam sebelum Ramadhan tahun ini. Ini entah sudah khatam yang ke berapa kali. Tak kumenghitungnya. Tak apalah kupikir daripada tak khatam-khatam. Mudah-mudahan hari ini bisa selesai. Untuk kemudian kumulai lagi dari juz pertama terus berlanjut sampai Ramadhan tahun depan. Jika aku masih diberi umur.

Di masjid selepas shalat taraweh aku ikut juga berpartisipasi mengaji tadarus. Sudah masuk juz lima di bulan Puasa ini. Tapi tetap di rumah aku mengaji sesuai urutanku sendiri.

Bulan puasa tahun ini, berita duka dari masjid dekat rumahku, sudah ada dua berita duka. Itu tandanya, hidupnya sudah usai puasanya sudah selesai. Untuk kita yang masih diberi usia, selesaikanlah puasa dengan sempurna. Tumpuklah pahala sebanyak mungkin yang kita bisa, kawan.

Selamat menjalankan ibadah puasa.









Selasa, Juli 17, 2012

Anakku

Melihat status facebook seorang teman, aku meneteskan airmata. Dia meng-upload foto-foto suasana ketika melepas seorang anak perempuannya yang bersekolah di Boarding School. Terlihat di foto itu anaknya sedang menangis di pundak ayahnya. Sementara ayahnya berusaha untuk menenangkannya. Mungkin sambil membisikkan kata-kata yang (diharapkan) bisa meneguhkan hati anaknya.

Anak itu titipan dari Allah. Mau kita apakan tatkala masih kecil, akan berpengaruh sesudah dewasa nanti. Pendidikan adalah kata kuncinya. Bagi orangtua yang mampu, boarding school adalah pilihan utamanya. Dengan harapan, kelak dia tumbuh menjadi pribadi muslim yang tangguh. Mereka mengkhawatirkan pendidikan umum. Apalagi di kota besar, dengan lingkungan pergaulan yang beraneka ragam. Ada yang positif ada yang negatif.

Ekstrimnya punya anak laki-laki atau perempuan sama sama membuat hati kita sebagai orangtua, was-was. Yang punya anak perempuan takut dihamili. Sementara yang punya anak laki-laki, takut menghamili. Nauzubillah.

Kita perlu menjaga anak remaja kita dengan baik. Memenuhi kebutuhan dasarnya. Memberikan pendidikan agama dengan tepat. Mengapa saya menangis melihat status fb teman di atas? Saya merasa belum berbuat banyak untuk anak-anak saya. Tetapi saya bersyukur ibundanya bisa mengimbangi kekurangan bapaknya. Dia sangat care dengan anak-anak kami. What about me? Maafkan bapak, anakku. Bapak merasa belum maksimal memberikan yang terbaik untuk kalian.

Sebuah keluarga tanpa kehadiran anak akan terasa hambar. Tetapi punya anak, punya potensi seribu satu masalah. Anak bisa membuat kita bangga sebagai orangtua. Namun sebaliknya anak juga bisa mencoreng nama baik, bapak ibunya. Yah, beginilah hidup. Punya dan tidak punya anak, kita tetap harus bersyukur.

Ya Rabb, bimbing daku agar dapat memberikan yang terbaik untuk anak-anakku agar mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah.