Profesi penjual atau sales ternyata sudah lama ada. Mungkin sejak Nabi Adam beranak pinak hingga menyebabkan ratusan keluarga baru hadir ke dunia waktu itu. Mereka mulai tinggal berjauhan dan menuntut aneka macam kebutuhan. Dan semua itu tidak mungkin dipenuhi oleh keluarga sendiri. Apalagi dengan cara barter. Susah!
Apalagi kini penduduk dunia sudah mencapai lima miliar lebih. Wow fantastik! Keinginan, keperluan dan kebutuhannya tentu banyak betul. Maka diciptakanlah produk dan jasa. Produk dan jasa yang sejenis banyak, apalagi yang berlainan. Produk dan jasa yang tak laku bikin pengusaha gigit jari. Makanya dibutuhkan profesi penjual atau Sales!
Menjual itu penting dan perlu. Karena ada penjualan maka perusahan bisa tumbuh dan berkembang. Roda ekonomi terus bergerak. Penjualan dan iklan saling bersinergi. Iklan mendukung penjualan. Dan produk yang baik dan bermanfaat mendukung penjualan. LHo? mau bukti. Walaupun sales ngomong mulutnya sampai berbusa-busa mengalahkan busa deterjen tapi kalau produknya memang jelek, maka penjualan tetap jeblok. Alias nggak ada yang mau beli! Kalau sudah begini lalu sibuk cari kambing hitam. Sales yang o'on atau produknya yang invalid?
Ambil contoh produk "Kecap". Ada banyak merek kecap. Tapi tak ada satupun yang sudi bilang "Kecap Gue No.2". Kita pun sebagai suami tak sudi dibilang oleh istri, "suami saya no.2". Betul? Lho, memangnya istri itu salesnya suami? eEe.. kok merembet ke masalah keluarga ya? ok oke mari kita ke jalur yang benar, eits ke masalah inti tulisan ini.
Orang itu pada hakikatnya perlu dipancing dulu baru mau beraksi. Dan orang memang perlu dipancing kebutuhannya. Kalau birahi kebutuhannya sudah naik, maka produk dan jasa apa saja yang ditawarkan tanpa pikir panjang akan disambarnya. Kalau sudah begitu maka manusia jadi makin gairah cari duit dan buang duit. Ini kerjaannya orang iklan dan para salesman! hehehe ... memancing kebutuhan manusia.
Tidak setiap manusia punya kemampuan menjual. Namun kalau menjual yang dimaksud sebagai juga kemampuan diri untuk menarik lawan jenis agar tertarik, maka paling tidak setiap manusia punya jiwa "sales". Minimal pilih aku dong! karena aku ini bla,bla, bla... dan menjanjikan masa depan yang bla, bla, bla...
Kok sang pengingat nulis tulisan beginian sih? Namanya juga pengingat, ya jadi seingat yang ada di dalam ingatanlah yang akan tertuang dalam tulisan sang pengingat.
Terus terang mengingatkan orang untuk shalat itu berat. Sama beratnya menunaikan tugas memenuhi target penjualan bulanan yang sudah ditetapkan sales manager. Tapi kalau tahu trik dan caranya tentulah tidak seberat yang dipikirkan.
Wassalam.
SangPenging@T
mfajar irianto ludjito, ssn
Adsense
Jumat, Februari 24, 2012
Senin, Februari 20, 2012
Satu Jam Saja
Judulnya mirip judul lagunya Audy. Syairnya diantaranya berbunyi "... satu jam saja... kuingin diam berdua mengenang yang pernah ada..." . Ah... tak baik rasanya berdiam diri tanpa sesuatu yg dikerjakan oleh pikiran maupun badan.
Satu jam waktu yang pas untuk merencanakan apa-apa yang akan kita lakukan setelah kerja atau berdiam diri atau sesudah tidur. Lagi kerja? apa sempat tuh ngerencanain satu jam lagi mau ngapain? bangun tidur langsung susun rencana satu jam kedepan mau apa? ah ada-ada saja.
Kalau nggak bisa ya nggak papa. Emangnya dipaksa harus nyusun rencana. Satu jam itu buat aku. Buat kamu? ya terserah situ sajalah. Yang pasti aku sedang gigih mencoba disiplin menyusun rencana hour by hour! Satu jam kerjaan harus selesai, kalau nggak bisa ya tambah lagi satu jam. Yang penting tidak melebihi batas waktu yang disyaratkan. Menepati batas waktu (deadline).
Satu jam bisa bermanfaat. Jika kita memanfaatkan waktu yang sejam itu untuk menghadap kepada Allah azza wa jalla ( Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung) di sepertiga malam. Antara pukul 2 hingga 3 atau antara jam 3 sampai jam 4.. Woww nikmaat betul rasanya. Namun jarang tuh ada yang mau menikmatinya. Penulis saja masih sering dikalahkan oleh hawa nafsu untuk melaksanakannya.
Perintah shalat lima waktu, jika dikerjakan memakan waktu hanya kurang lebih sepuluh menit. Total jenderal shalat lima waktu hanya butuh lima puluh menit. Kurang tuh satu jam. Tapi jika shalat yang khusuk plus doa yang agak panjang, shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya bisa menghabiskan SATU JAM.
Sehari itu ya 24Jam! nggak lebih nggak kurang, mau suka atau tidak ya segitu. Pemanfaatan yang dua puluh empat jam itu setiap orang bermacam-macam. Ada yang 24 jam nyantai terussss! Apa bisa? bisalah kalau dia anaknya konglomerat yang duitnya nggak habis dipakai tujuh turunan. Atau dianya memang orang superkaya.
Atau memang dia terkenal sebagai supermalas bukan superkaya. Jadi waktu yang 24jam itu untuk bermalas-malasan saja. Cari uang? ogah, karena masih ada yang bisa diandalkan.
Ada orang yang 24 jam yang dipikirannya adalah kerja, kerja, kerjaan! itu thok! Istri dan anak-anak terlantar.. eh wanita di luar sana yang dipikirin. Allah? boro-boro. Makanya orang yang begini ini kagak doyan ame shalat! Nauzubillah.
Lho kok malah fokusnya jadi 24 jam bukan satu jam saja? Iya yaa mustinya ganti judulnya nih tulisan. Maksudku begini gunakan semaksimal mungkin waktu SATU JAM untuk menghadap kepada Allah. Untuk akhirat. Jangan melulu pikirannya mikir duniaaaa sajaaaa!
Oke?
Wassalam.
SangPenging@T
m fajar irianto ludjito, ssn
catatan fb//12 Januari 2012 pukul 7:22 ·
Satu jam waktu yang pas untuk merencanakan apa-apa yang akan kita lakukan setelah kerja atau berdiam diri atau sesudah tidur. Lagi kerja? apa sempat tuh ngerencanain satu jam lagi mau ngapain? bangun tidur langsung susun rencana satu jam kedepan mau apa? ah ada-ada saja.
Kalau nggak bisa ya nggak papa. Emangnya dipaksa harus nyusun rencana. Satu jam itu buat aku. Buat kamu? ya terserah situ sajalah. Yang pasti aku sedang gigih mencoba disiplin menyusun rencana hour by hour! Satu jam kerjaan harus selesai, kalau nggak bisa ya tambah lagi satu jam. Yang penting tidak melebihi batas waktu yang disyaratkan. Menepati batas waktu (deadline).
Satu jam bisa bermanfaat. Jika kita memanfaatkan waktu yang sejam itu untuk menghadap kepada Allah azza wa jalla ( Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung) di sepertiga malam. Antara pukul 2 hingga 3 atau antara jam 3 sampai jam 4.. Woww nikmaat betul rasanya. Namun jarang tuh ada yang mau menikmatinya. Penulis saja masih sering dikalahkan oleh hawa nafsu untuk melaksanakannya.
Perintah shalat lima waktu, jika dikerjakan memakan waktu hanya kurang lebih sepuluh menit. Total jenderal shalat lima waktu hanya butuh lima puluh menit. Kurang tuh satu jam. Tapi jika shalat yang khusuk plus doa yang agak panjang, shalat Subuh, Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya bisa menghabiskan SATU JAM.
Sehari itu ya 24Jam! nggak lebih nggak kurang, mau suka atau tidak ya segitu. Pemanfaatan yang dua puluh empat jam itu setiap orang bermacam-macam. Ada yang 24 jam nyantai terussss! Apa bisa? bisalah kalau dia anaknya konglomerat yang duitnya nggak habis dipakai tujuh turunan. Atau dianya memang orang superkaya.
Atau memang dia terkenal sebagai supermalas bukan superkaya. Jadi waktu yang 24jam itu untuk bermalas-malasan saja. Cari uang? ogah, karena masih ada yang bisa diandalkan.
Ada orang yang 24 jam yang dipikirannya adalah kerja, kerja, kerjaan! itu thok! Istri dan anak-anak terlantar.. eh wanita di luar sana yang dipikirin. Allah? boro-boro. Makanya orang yang begini ini kagak doyan ame shalat! Nauzubillah.
Lho kok malah fokusnya jadi 24 jam bukan satu jam saja? Iya yaa mustinya ganti judulnya nih tulisan. Maksudku begini gunakan semaksimal mungkin waktu SATU JAM untuk menghadap kepada Allah. Untuk akhirat. Jangan melulu pikirannya mikir duniaaaa sajaaaa!
Oke?
Wassalam.
SangPenging@T
m fajar irianto ludjito, ssn
catatan fb//12 Januari 2012 pukul 7:22 ·
Langganan:
Postingan (Atom)