Hari Sabtu, 6 Maret 2010 aku menghadiri pemakaman istrinya Om Hasan di daerah Rawamangun. Dia meninggal karena menderita kanker rahim(?). Om Hasan adalah saudara istriku.
Di sana tanpa sengaja aku bertemu Mas Didi. Temannya dik Bambang, adik iparku. Bambang pernah bercerita bahwa dia punya teman yang punya kelebihan mengobati seseorang.
Sambil menunggu pemakaman yang akan dilaksanakan ba'da dhuhur. Tapi jadinya setelah shalat Ashar. Aku berpindah-pindah duduk untuk mengusir kejenuhan. Sampai akhirnya
suatu ketika aku duduk di belakangnya. Akhirnya kami saling berkenalan. Dia mengabarkan bahwa keberadaanya di sana karena almarhumah(tante Yetti), adalah pasiennya. Oo.. begitu.
Dia menceritakan bahwa, Alhamdulillah dengan kekuatan Allah dia sudah mengobati banyak orang dengan penyakit macam2. Dari kelas ringan hingga kelas berat.
Lalu aku mengutarakan kondisiku yang belum juga bisa lepas dari kesulitan ekonomi. Apa solusinya mas? Dia bilang Allah masih sayang kepadaku, sebab ujian itu masih ada. Bisa jadi ujian yang lalu sudah selesai. Tapi masih ada yang baru. Sebelum dinyatakan pantas lulus! Subhanallah…
"Walaupun dalam keadaan yang anda anggap “masih susah” tetaplah bersangka baik (khuznuzhon) kepada Allah," ujarnya.
Langsung deras mengalir air mataku. Sesegukan aku dibuatnya begitu mendengar ucapannya tadi.
Iya ya... Mungkin saja aku belum sanggup dan layak menerima kekayaan yang besar, katanya. Tapi yakinlah saat itu akan terjadi… namun itu masih rahasia Allah.
Ketika pulang dari pemakaman, sambil jalan beriringan dengannya. Dia menyatakan ingin menyampaikan kenang-kenangan. Apakah aku bersedia menerimanya? Apa itu Mas? Tiba-tiba dia melepaskan songkoknya yang sedang dipakainya. Terbuat dari kain tetoran berwarna hitam, ala songkok dari Tiongkok. Dia bilang ini songkok sudah sering dipakai mengunjungi makam para wali. Juga pernah dido’akan oleh Syekh Hisyam Kabbani sang sufi dari Inggris. Agar yang memakainya mendapat keberkahan dari Allah SWT.
"Alhamdulillah, terima kasih mas,"kataku, sambil memakai songkok pemberiannya itu.
Semoga kelak aku jadi semakin tawadhu dan tawakal menjadi spritual motivator. Insya Allah…
Yang pasti songkok tetaplah songkok. Tidak perlu dikramatkan. Bahaya bisa syirik namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar