Adsense

Senin, September 14, 2015

Isinya Amplop Putih

Sesudah ceramah umumnya para khatib atau ustadz dikepelin (diberi) amplop oleh pengurus masjid atau panitia. Biasanya sih lewat salaman. Kalau nggak dikepelin kira-kira bagaimana, ya?
Mungkin saja ada rasa kecewa. Kecewanya bisa sedikit bisa banyak tergantung niatnya ceramah karena apa? Apabila niatnya ceramah murni karena Allah saja, maka mau dikasih amplop atau nggak. Jelas, tidak masalah.

Isi amplop memang misteri. Sebab buat penceramah kelas teri, sepertinya kok kurang etis ya menentukan tarif. Apalagi panitia juga nggak nanya berapa honornya. Ya, malu lah mo ngasih tau tarifnya sekali ceramah.

Memang ceramah adalah ibadah, jadi rasanya risih juga mau menentukan tarif ceramah. Tetapi terus terang untuk para ustadz yang sudah kondang, jelas panitia akan mencari tahu berapa tarifnya sang ustadz.

Dulu, alm. ustadz muda Jefri al Buchori (Uje) pernah melontarkan uneg-unegnya perihal tarif ustadz yang jutaan nilainya. Ketika dia memberikan ceramah di suatu acara pernikahan di daerah. Dia katakan," Uje mau tanya ini bikin acara pernikahan seperti ini tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, ya? Untuk band dangdutnya berapa juta? Biaya sewa tenda berapa? Ongkos cetak undangan berapa? Lalu buat catering berapa juta? Nah, buat ustadz anggarannya berapa?" Masak untuk ustadz cukup dengan seikhlasnya?". "Eh, kalau khusus ustadz, ada sekolah yang mau dibayar dengan seikhlasnya, wah boleh juga tuh. Tapi ini kan nggak ada, ya?"

Ada ungkapan yang mungkin sudah sering kita dengar yaitu, "Duit bukan segalanya, tapi segalanya butuh duit!" 

Nah aku punya teman (boleh dibilang ustadz, karena dia punya murid). Suatu ketika dia diminta ceramah di daerah kemayoran, kalau tidak salah untuk acara santunan anak yatim.

Habis ceramah, dia diberi amplop. Sampai di rumah, lalu dibukalah amplopnya. Dia kaget bukan kepalang, melihat isinya. Ternyata hanya Rp20.000,- (duapuluh ribu pas). Dia terdiam seribu bahasa. Dia ada di dua persimpagan. Antara syukur dan ngedumel. Mau telpon panitia, bilang apa nggak salah ngasih amlopnya nih? Sebab amplopnya, putih bersih, tidak ada tulisan "honor penceramah". Jangan-jangan ini amplop buat anak yatim, dan tertukar dengan honor penceramah. Tapi dia ragu mau telpon atau membiarkan saja honornya yang cuma segitu.

Akhirnya dia memutuskan ya biarlah dibayar cuma dua puluh ribu. Dia bilang, ini mungkin ujian buat keikhlasannya. Yang jelas dia coba untuk meyakin-yakinkan, bahwa memang segitulah rejeki yang ditakdirkan oleh Yang Maha Pemberi Rejeki, Allah Swt.

Wassalam,
SangPenging@T!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar