Adsense

Rabu, September 30, 2015

Inginkah Kalian Hidup Seperti Qorun?

Qorun adalah orang terkaya yang hidup di zaman Nabi Musa. Gaya hidupnya bikin iri orang sedunia. Bahkan orang sedunia merindukan ingin hidupnya seperti Qorun. Itu ketika dia hidup.

Tetapi bagaimana ketika dia matinya? Karena kedurhakaannya kepada Allah Swt. maka tragis benar kematiannya. Qorun bersama seluruh hartanya ditelan oleh bumi. Tuhan murka kepadanya.

Melihat kematiannya, maka orang sedunia tidak mau hidup seperti Qorun.

Oleh karena itu hiduplah seperti Nabi Muhammad Saw. Tetap tawadhu, tetap sederhana walau sudah jadi orang nomor satu. Beliau adalah Nabi penutup. Nabi akhir zaman. Beliau patut menjadi teladan umat manusia.

Wassalam,
SangPenging@T!

Dunia Yang Lain

Cerita temanku ini menginspirasi. Dia dapat dari seorang ustadz.

Dulu di dalam perut, jabang bayi diajak dialog bahwa nanti di dunia ada permainan bola yang dimainkan oleh duapuluh dua orang dan disukai oleh seluruh penduduk dunia.

Sang bayi tak percaya. Mana mungkin ada? Lha di perut saja aku susah menendang bola. Makanya, ayo keluar dari rahim ibu. Ini sudah saatnya, kau sudah cukup berada di rahim ibu. Si jabang bayi enggan keluar. Alias malas dilahirkan ke dunia, karena dia sudah merasa nyaman di perut ibu.

Nah setelah lahir ke dunia, dia melihat permainan bola. Permainan dunia. Wow! betul ada. Dan si bayi tumbuh menjadi manusia dewasa. Kemudian semakin asyik dengan permainan dunia.

Lalu agama Islam dikenalkan kepadanya. Dan melalui Islam dia jadi tahu bahwa akan ada dunia lain. Yaitu alam akhirat. Ada surga dan neraka. Mau pilih mana terserah kau. Tetapi Islam membimbing ke jalan yang benar jalan yang diridhoi Allah Swt.

Mau percaya atau tidak adanya alam akhirat. Sama percis seperti sang jabang bayi ketika di dalam perut ibu ketika dia diberitahu ada permainan bola di dunia. Permainan dunia telah melupakannya manusia tentang alam akhirat. Waspadalah.

Wassalam,
SangPenging@T!

Selasa, September 29, 2015

YouTube

Wow! aku harus mengucapkan terima kasih banyak kepada Youtube (Y). Mengapa? Karena dengan Y aku jadi tambah luas pengetahuanku.

Dengan Y aku bisa menyaksikan grup band rock lawas. Grup rock yang dulu ketika aku SMP, SMA menyukainya, bahkan nge-fans berat. Seperti, Genesis, Rolling Stones, Deep Purple, The Who dll. Pokoknya banyaklah.

Dengan Y pula imanku semakin kokoh. Y bisa menjadi pupuk keimanan. Karena dengan Y, aku bisa mendengarkan dan menyaksikan para ustadz yang kondang maupun tidak, dalam negeri maupun internasional, menyampaikan dakwah yang menggetarkan hati. Menggugah kesadaranku betapa hebatnya ISLAM dan betapa Mahakuasa Allah Swt.

Mantap, brO! Thanks a lot Y!

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, September 27, 2015

Nah... lupa, khan?

Iya benar aku sedang lupa. Di depan komputer desktop Asus kesayanganku, aku termenung cukup lama. Dua hari yang lalu aku punya bahan tulisan yang bagus untuk kusampaikan di blogspotku ini. Tetapi lama kupikir-pikir apa ya idenya. Ternyata tidak muncul-muncul juga. Akhirnya tulisan ini yang tampil.

Makanya jika ada ide terlintas, segera tulis. Tulis, tulis dan tulis! Manusia gudangnya lupa. Hmm. ternyata betul, sang pengingat juga manusia yang bisa lupa, hehehee....

Wassalam,
SangPenging@T!

Minggu, September 20, 2015

Hari Raya Kurban

Tahun ini 2015, aku tidak melaksanakan kurban lagi. Rezekiku tak cukup untuk beli satu ekor kambing. Betul-betul sedih. Kemarin di lembaran jumat, yang biasa kuambil sebelum masuk ke dalam masjid dekat kantor. Masjid Al Isra.

Ditulis bahwa kata "kurban" atau korban berasal dari bahasa Arab "qurban", diambil dari kata "qaruba" (fi'il madhi) - yaqrabu (fi'il mudhari') – qurban wa qurbaanan (mashdar).Artinya, mendekati atau menghampiri. Sehingga orang yang berkurban artinya orang yang ingin mendekat dirinya dengan Allah Swt.

Qurban membutuhkan pengorbanan kita dengan cara mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki dan membelanjakannya di jalan Allah.

Gara-gara tidak berkurban, aku jadi merasa tidak dekat dengan Allah Swt. Ya, bisa begitulah "My Feeling" mengatakannya. Tapi sungguh, aku ingin berkurban tapi apa daya uang tak ada. Ampuni aku yaa Rabb. Sungguh aku tak ingin jauh dari Allah Swt.

"Berikan aku rejeki yang cukup, agar hamba bisa melaksanakan segala perintah-Mu" begitu doa yang kupanjatkan. Harapanku semoga di tahun depan jika ada umur aku bisa berkurban.

Aku ingin betul-betul aku ingin. Apa sih keinginannya? Banyaklah, biarlah hanya Tuhan yang tahu keinginanku ini. Semoga Allah Swt. mengabulkan doa-doaku ini. Aamiin...

Wassalam,
SangPenging@T!

Jumat, September 18, 2015

I Can't Get No Satisfaction!

Mick Jagger, vocalis the Rolling Stones berjingkrakan di atas panggung. Suaranya masih lantang, keras. Ya meneriakkan kata-kata "I can't get no satisfaction!... yeah yeah... yeaaahhHH!...". Musiknya rock, suara gitar keith richard meraung-raung tinggi. Wow, asyiik sekali menonton show the Rolling Stones di bremen. Aku nontonnya sih cukup di Youtobe. Itu show tahun 1998.

Walau sudah tua masih enerjik. Ternyata musik rock tidak mengenal umur. Dulu kupikir, kalau sudah tua maka musik rock bakal kutinggalkan. Ganti dengan musik keroncong atau klasik. Eh, ternyata tidak tuh. Nyatanya mbah Mick Jagger juga masih nge-rock. Dan aku pun masih suka mendengarkan musiknya walau rambut sudah beruban.

Aku tidak pernah bisa dapatkan kepuasan!( I can't get no satisfaction ). Yang membuat manusia berhasrat untuk terus dan terus mencari harta demi memuaskan kebutuhannya. Ya egonya, ya hidupnya, ya keluarganya. Tidak salah! yang penting dengan cara yang halal. Betul?

Ya ternyata tua bukan berarti harus berhenti cari duit. Berhenti tuh nanti kalau sudah jompo, brO! Hehehe... iya ya... kok aku yang sepertinya loyo begini, mencari duitnya. Hayyo... semangat, semangat.

Yes! kini semangatku sedang menggebu untuk menyelesaikan buku keduaku. My second Book. Buku pertama gimana nih, sudah beredar? Belum! ini masih nunggu kabar berita dari penerbit. Naskah buku pertamaku sudah kuserahkan ke penerbit yang baru. Kabarnya musti nunggu antara 2-3 bulan ke depan. Wow lamaaaaa benerrrr ya? too long too wait from the publisher. Well, nikmati sajalah masa tunggu ini.

Itulah rupanya arti kesabaran. Meskipun ada sedikit rasa tidak puas, menunggu terlalu lama! I can't get no satisfaction!, seperti kata mas Mick Jagger

Wassalam,
SangPenging@T!

Senin, September 14, 2015

Isinya Amplop Putih

Sesudah ceramah umumnya para khatib atau ustadz dikepelin (diberi) amplop oleh pengurus masjid atau panitia. Biasanya sih lewat salaman. Kalau nggak dikepelin kira-kira bagaimana, ya?
Mungkin saja ada rasa kecewa. Kecewanya bisa sedikit bisa banyak tergantung niatnya ceramah karena apa? Apabila niatnya ceramah murni karena Allah saja, maka mau dikasih amplop atau nggak. Jelas, tidak masalah.

Isi amplop memang misteri. Sebab buat penceramah kelas teri, sepertinya kok kurang etis ya menentukan tarif. Apalagi panitia juga nggak nanya berapa honornya. Ya, malu lah mo ngasih tau tarifnya sekali ceramah.

Memang ceramah adalah ibadah, jadi rasanya risih juga mau menentukan tarif ceramah. Tetapi terus terang untuk para ustadz yang sudah kondang, jelas panitia akan mencari tahu berapa tarifnya sang ustadz.

Dulu, alm. ustadz muda Jefri al Buchori (Uje) pernah melontarkan uneg-unegnya perihal tarif ustadz yang jutaan nilainya. Ketika dia memberikan ceramah di suatu acara pernikahan di daerah. Dia katakan," Uje mau tanya ini bikin acara pernikahan seperti ini tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, ya? Untuk band dangdutnya berapa juta? Biaya sewa tenda berapa? Ongkos cetak undangan berapa? Lalu buat catering berapa juta? Nah, buat ustadz anggarannya berapa?" Masak untuk ustadz cukup dengan seikhlasnya?". "Eh, kalau khusus ustadz, ada sekolah yang mau dibayar dengan seikhlasnya, wah boleh juga tuh. Tapi ini kan nggak ada, ya?"

Ada ungkapan yang mungkin sudah sering kita dengar yaitu, "Duit bukan segalanya, tapi segalanya butuh duit!" 

Nah aku punya teman (boleh dibilang ustadz, karena dia punya murid). Suatu ketika dia diminta ceramah di daerah kemayoran, kalau tidak salah untuk acara santunan anak yatim.

Habis ceramah, dia diberi amplop. Sampai di rumah, lalu dibukalah amplopnya. Dia kaget bukan kepalang, melihat isinya. Ternyata hanya Rp20.000,- (duapuluh ribu pas). Dia terdiam seribu bahasa. Dia ada di dua persimpagan. Antara syukur dan ngedumel. Mau telpon panitia, bilang apa nggak salah ngasih amlopnya nih? Sebab amplopnya, putih bersih, tidak ada tulisan "honor penceramah". Jangan-jangan ini amplop buat anak yatim, dan tertukar dengan honor penceramah. Tapi dia ragu mau telpon atau membiarkan saja honornya yang cuma segitu.

Akhirnya dia memutuskan ya biarlah dibayar cuma dua puluh ribu. Dia bilang, ini mungkin ujian buat keikhlasannya. Yang jelas dia coba untuk meyakin-yakinkan, bahwa memang segitulah rejeki yang ditakdirkan oleh Yang Maha Pemberi Rejeki, Allah Swt.

Wassalam,
SangPenging@T!