Dulu aku tidak mempedulikan arti bertamu. Apa itu tamu. Bikin repot.
Wow! Ternyata bertamu itu penting, asal tepat waktu dan untuk tujuan yang bermanfaat.
Dulu aku beranggapan bertamu itu tidak perlu. Eh, sekarang setelah berumah tangga baru bisa merasakan arti pentingnya bertamu.
Tadi aku bertamu ke tetangga. Rumahnya mewah. Dia kedatangan ibu dan adiknya dari Solo. Aku merasa berhutang budi kepada mereka. Karena waktu mencarikan kost untuk si bungsu. Aku mampir ke rumah mereka. Dan lalu ditemaninya aku bersama istri pergi mencari kost di dekat kampus UNS, fakultas Pendidikan di dekat Solo Square.
Lega plong hatiku dan istri bisa bertemu mereka di Jakarta ini.
Ternyata menjalin tali silaturahmi itu nikmatnya ada di sini, di hati.
Wassalam,
SangPenging@T!
Adsense
Senin, Agustus 31, 2015
Dua anakku cerminku
Anak pertama, si sulung sifatnya mirip betul dengan sifatku. Anak yang kedua, si bungsu ada juga miripnya. Ya begitulah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Aku setuju sekali dengan pendapat tersebut.
Tapi aku benci betul dengan sifat itu, tapi sifat itu ditunjukkan kepadaku oleh si sulung. Ah, repot betul ini. Sudah kubilang berkali-kali. Tetap keras kepala dia, tak mau menuruti nasihatku.
Yang bungsu, wow, kemauannya keras. Sekali A, tetap A, dan harus A. Sekali terucap, ingin itu, maka harus itu dan bukan yang ini. Mantap! mirip betul waktu aku SMA. Dan baru sadar itu betul-betul menyusahkan orangtuaku. Sebabnya kini, aku merasakan susahnya jika menghadapi hal itu.
Rupanya begitulah kehidupan. Apa yang kau lakukan kepada orangtuamu. Hmm, nanti rasakan balasannya dari anakmu. Mufti Menk bilang, "apa yang kau lakukan kepada orangtuamu, maka suatu saat nanti anakmu akan bertindak yang sama dengan apa yang telah kau lakukan terhadap orangtuamu". Ternyata betul ucapan ustadz dari zimbabwe ini.
Wassalam,
SangPenging@T!
Tapi aku benci betul dengan sifat itu, tapi sifat itu ditunjukkan kepadaku oleh si sulung. Ah, repot betul ini. Sudah kubilang berkali-kali. Tetap keras kepala dia, tak mau menuruti nasihatku.
Yang bungsu, wow, kemauannya keras. Sekali A, tetap A, dan harus A. Sekali terucap, ingin itu, maka harus itu dan bukan yang ini. Mantap! mirip betul waktu aku SMA. Dan baru sadar itu betul-betul menyusahkan orangtuaku. Sebabnya kini, aku merasakan susahnya jika menghadapi hal itu.
Rupanya begitulah kehidupan. Apa yang kau lakukan kepada orangtuamu. Hmm, nanti rasakan balasannya dari anakmu. Mufti Menk bilang, "apa yang kau lakukan kepada orangtuamu, maka suatu saat nanti anakmu akan bertindak yang sama dengan apa yang telah kau lakukan terhadap orangtuamu". Ternyata betul ucapan ustadz dari zimbabwe ini.
Wassalam,
SangPenging@T!
Kamis, Agustus 27, 2015
Pak Tua Tutup Usia
Aku sering melihat dia tidur di teras masjid At Tuqo. Hanya beralaskan lembaran kardus. Plus di lapisi sajadah bekas. Setiap kali aku sampai di masjid, dia sedang asyik membaca koran sambil tiduran. Kupikir hebat juga dia, kegiatannya hanya baca koran, tidur dan shalat. Umur mungkin sekitar 60-an.
Tumben hari Jumat, 21 Agustus 2015. Ketika adzan Ashar berkumandang dia masih tidur. Saat hampir selesai adzan matanya terbuka lalu dia bangun dari posisi tidurnya, tapi hanya duduk di tempat itu, matanya sayu. Pakaiannya kucel. Tatapan matanya kosong memandang jauh. Rambutnya awut-awutan. Hanya duduk diam. Dia tidak bergerak ke tempat wudhu. Lalu ketika iqamat dan jamaah bersiap hendak shalat. Eh, malah dia merebahkan tubuhnya lagi. Aku merasa, mungkin badannya sedang tidak sehat.
Beberapa bulan yang lalu sebelum hari Jumat itu, aku sempat berbincang sebentar dengan Pak Tua itu. Sehabis shalat Dhuhur aku ngobrol dengannya untuk mencari tahu siapa dia. Ternyata dia belum punya istri dan anak, meski sudah tua renta. Hm, kupikir dia sudah beristri dan paling tidak punya dua anak. Ternyata dugaanku salah besar.
Kok ada ya? Itu pertanyaan tololku menghadapi keadaan Pak Tua itu. Ya adalah, masak musti kalau sudah tua itu, berarti punya istri dan anak. Belum tentu, bro! Iya ya. Aku menduga mungkin dia frustasi dengan wanita. Artinya pernah dikecewakan, pernah putus cinta. Dan banyak lagi dugaan-dugaan yang tak pernah terjawab. Karena bincang-bincang siang itu, belum sampai jauh.
Dan kemarin siang Rabu, 26 Agustus aku tak melihat ada kardus dan sajadah bekas plus lembaran koran di dekat pintu masjid, seperti biasanya. Di tempat wudhu aku tanya seseorang jamaah yang biasa shalat di masjid itu.
"Pak, bapak yang biasa tidur di situ kemana?"
"Sudah pergi selamanya,"
"Meninggal, pak?" kataku untuk memastikan.
"Iya dia sudah meninggal beberapa hari yang lalu"
Terhenyak mendengar kabar berita itu
Bibirku berucap"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun"
Selepas shalat Ashar aku pastikan kabar itu ke imam masjid.
"Betul, dia sudah meninggal," kata imam masjid.
Dari Imam masjid, aku mendapat kabar. Ternyata, pak Tua itu dari kalangan keluarga yang berada. Asalnya dari Sumatera Utara. Makanya dia diterbangkan ke daerahnya.
Wassalam,
SangPenging@T!
Tumben hari Jumat, 21 Agustus 2015. Ketika adzan Ashar berkumandang dia masih tidur. Saat hampir selesai adzan matanya terbuka lalu dia bangun dari posisi tidurnya, tapi hanya duduk di tempat itu, matanya sayu. Pakaiannya kucel. Tatapan matanya kosong memandang jauh. Rambutnya awut-awutan. Hanya duduk diam. Dia tidak bergerak ke tempat wudhu. Lalu ketika iqamat dan jamaah bersiap hendak shalat. Eh, malah dia merebahkan tubuhnya lagi. Aku merasa, mungkin badannya sedang tidak sehat.
Beberapa bulan yang lalu sebelum hari Jumat itu, aku sempat berbincang sebentar dengan Pak Tua itu. Sehabis shalat Dhuhur aku ngobrol dengannya untuk mencari tahu siapa dia. Ternyata dia belum punya istri dan anak, meski sudah tua renta. Hm, kupikir dia sudah beristri dan paling tidak punya dua anak. Ternyata dugaanku salah besar.
Kok ada ya? Itu pertanyaan tololku menghadapi keadaan Pak Tua itu. Ya adalah, masak musti kalau sudah tua itu, berarti punya istri dan anak. Belum tentu, bro! Iya ya. Aku menduga mungkin dia frustasi dengan wanita. Artinya pernah dikecewakan, pernah putus cinta. Dan banyak lagi dugaan-dugaan yang tak pernah terjawab. Karena bincang-bincang siang itu, belum sampai jauh.
Dan kemarin siang Rabu, 26 Agustus aku tak melihat ada kardus dan sajadah bekas plus lembaran koran di dekat pintu masjid, seperti biasanya. Di tempat wudhu aku tanya seseorang jamaah yang biasa shalat di masjid itu.
"Pak, bapak yang biasa tidur di situ kemana?"
"Sudah pergi selamanya,"
"Meninggal, pak?" kataku untuk memastikan.
"Iya dia sudah meninggal beberapa hari yang lalu"
Terhenyak mendengar kabar berita itu
Bibirku berucap"Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun"
Selepas shalat Ashar aku pastikan kabar itu ke imam masjid.
"Betul, dia sudah meninggal," kata imam masjid.
Dari Imam masjid, aku mendapat kabar. Ternyata, pak Tua itu dari kalangan keluarga yang berada. Asalnya dari Sumatera Utara. Makanya dia diterbangkan ke daerahnya.
Wassalam,
SangPenging@T!
Minggu, Agustus 16, 2015
Traveling
Ah, betapa nikmatnya ketika di usia seperti ini aku bisa jalan-jalan keliling Indonesia dan keliling Dunia. Wow! amazing. Cuma pertanyaannya duitnya dari mana?
Lagi-lagi soal duit. Duit bukan segalanya, tapi segalanya kayaknya perlu duit. Begitu bunyi kalimat yang pernah kubaca. Entah dari orang bijak, atau orang biasa saja.
bersambung....
Lagi-lagi soal duit. Duit bukan segalanya, tapi segalanya kayaknya perlu duit. Begitu bunyi kalimat yang pernah kubaca. Entah dari orang bijak, atau orang biasa saja.
bersambung....
Selasa, Agustus 04, 2015
Melangkahkan Kaki Di Kota Solo Tahun 2015
Jalan-jalan lagi di kota Solo, hampir seperempat abad tidak melihat-liat kota Solo. Wow sekarang kota Solo semakin ciamik. Indah dan resik.
Aku ke Solo bersama istri dalam rangka cari kamar kos buat si bungsu. Alhamdulillah tahun ini 2015, dia diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS). Di Fakultas Pendidikan, Jurusan PAUD.
Setelah terakhir kali main ke solo sekitar tahun 1980, maka baru tahun ini 2015 saya berkunjung lagi ke solo. Luar biasa perkembangan kota Solo. Sekarang semakin resik dan modern. Meskipun kesan tradisionalnya tetap masih ada. Contohnya bangunan kraton Solo.
Aku ke Solo dalam rangka mencari kamar kos buat anak bungsu saya. Alhamdulillah dia diterima di UNS, Fakultas Pendidikan jurusan PAUD.
Sebelum ke Solo, saya browsing dulu di internet mana hotel/penginapan yang nyaman tapi tidak begitu mahal. Yah, sesuai dengan isi kantong begitu. Akhirnya saya menemukan sebuah penginapan yang pas dengan isi kantongku. Semacam guest house, sekelas hotel bintang dua.
Pesan kamarnya lewat biro pemesanan hotel. Mantap. Praktis. Karena tiket KA habis, terpaksa saya naik bus malam. Nah sampai di Solo jam 2 dinihari Untungnya bagian resepsionis mau bersabar menunggu kedatangan kami.
Aku bersama istri naik becak dari Terminal bus Tirtonadi ke penginapan itu. Mau naik taksi, supirnya malah nanya di daerah mana ya pak? Saya sebutkan Jl. AR Hakim, dua supir taksi nggak juga paham. Eh, ada tukang becak menawarkan jasa, "naik becak saja pak, 30rb". Nggak tahunya tukang becaknya, berlagak sok tahu. Akhirnya hampir satu jam saya diajak keliling kota Solo, dinihari.
Untunglah akhirnya sampai juga. Alhasil tukang becaknya minta tambahan, jadinya Rp 50.000,-. Menginap di Griya Tenera, betul-betul nyaman. ACnya sejuk. Air panas untuk mandi tersedia. Suasananya tenang. Pokoke siiiip deh. Saran saya, walau saya pesan kamar tanpa sarapan. Tapi mbok yao, paling tidak tamu disediakan airpanas (Gratis) di termos kecil di depan kamar setiap pagi. Kopi dan teh biar tamu bawa sendiri. Sehingga tamu tidak perlu repot2 minta/bawa airpanas dari ruang resepsionis di bawah. Sedikit promosi nih.
Wassalam,
SangPenging@T!
Aku ke Solo bersama istri dalam rangka cari kamar kos buat si bungsu. Alhamdulillah tahun ini 2015, dia diterima di Universitas Sebelas Maret (UNS). Di Fakultas Pendidikan, Jurusan PAUD.
Setelah terakhir kali main ke solo sekitar tahun 1980, maka baru tahun ini 2015 saya berkunjung lagi ke solo. Luar biasa perkembangan kota Solo. Sekarang semakin resik dan modern. Meskipun kesan tradisionalnya tetap masih ada. Contohnya bangunan kraton Solo.
Aku ke Solo dalam rangka mencari kamar kos buat anak bungsu saya. Alhamdulillah dia diterima di UNS, Fakultas Pendidikan jurusan PAUD.
Sebelum ke Solo, saya browsing dulu di internet mana hotel/penginapan yang nyaman tapi tidak begitu mahal. Yah, sesuai dengan isi kantong begitu. Akhirnya saya menemukan sebuah penginapan yang pas dengan isi kantongku. Semacam guest house, sekelas hotel bintang dua.
Pesan kamarnya lewat biro pemesanan hotel. Mantap. Praktis. Karena tiket KA habis, terpaksa saya naik bus malam. Nah sampai di Solo jam 2 dinihari Untungnya bagian resepsionis mau bersabar menunggu kedatangan kami.
Aku bersama istri naik becak dari Terminal bus Tirtonadi ke penginapan itu. Mau naik taksi, supirnya malah nanya di daerah mana ya pak? Saya sebutkan Jl. AR Hakim, dua supir taksi nggak juga paham. Eh, ada tukang becak menawarkan jasa, "naik becak saja pak, 30rb". Nggak tahunya tukang becaknya, berlagak sok tahu. Akhirnya hampir satu jam saya diajak keliling kota Solo, dinihari.
Untunglah akhirnya sampai juga. Alhasil tukang becaknya minta tambahan, jadinya Rp 50.000,-. Menginap di Griya Tenera, betul-betul nyaman. ACnya sejuk. Air panas untuk mandi tersedia. Suasananya tenang. Pokoke siiiip deh. Saran saya, walau saya pesan kamar tanpa sarapan. Tapi mbok yao, paling tidak tamu disediakan airpanas (Gratis) di termos kecil di depan kamar setiap pagi. Kopi dan teh biar tamu bawa sendiri. Sehingga tamu tidak perlu repot2 minta/bawa airpanas dari ruang resepsionis di bawah. Sedikit promosi nih.
Wassalam,
SangPenging@T!
Langganan:
Postingan (Atom)