Selalu saja ada pertengkaran di antara suami istri. Patut diacungi dua jempol, jika ada suami istri yang tidak pernah bertengkar. Pangkal utama pertengkaran biasanya kuno, alias gara-gara duit. Ya duit bisa jadi awal pertengkaran.
Pagi ini duit lagi, lagi-lagi duit, aku adu mulut dengan pasanganku. Sudah sampai batas kesabarankukah, sehingga aku mau meladeni omongannya.
Semua salahku memang. Itu yang gentleman, kata orang. Mengakui kesalahan sendiri lebih aman, daripada menunjuk kesalahan itu ada pada pasangan kita, atau orang lain.
Semoga Allah Swt. melimpahkan rejeki yang cukup, agar aku bisa cukup memberikannya untuk istri dan anak-anakku.
Wassalam,
SangPenging@T!
Adsense
Rabu, Juni 10, 2015
Jumat, Juni 05, 2015
Pertanyaan
Mengapa kita harus bertanya? Karena bermula dari pertanyaan maka terwujudlah segala bentuk inovasi. Baik itu ilmu, produk dan jasa. Atau apa pun itu. Dunia jadi berseri gara-gara ada tanya, dan dijawab oleh mereka yang kreatif.
Coba bayangkan kalau tidak ada yang namanya "pertanyaan". Meskipun pertanyaan itu hanya ada di dalam hati kita. Tidak terucap di depan publik.
Contoh yang nyata ini. Hatiku bertanya, "mengapa tidak nulis blog sih, dari pada bengong begitu?". Nah dari pertanyaan itu, makanya aku masuk ke blogspotku ini. Dan mulai deh tak tik tuk, memencet tuts keyboard komputer di meja kerjaku. Jadilah tulisan ini.
Gara-gara butuh menduplikat berita dalam jumlah besar dalam waktu singkat, lalu timbul pertanyaan "bagaimana caranya mencetak yang praktis?". Maka ditemukanlah mesin cetak offset di masa silam.
Dalam Al Qur'an kita dianjurkan untuk menggunakan akal dan pikiran kita.
Pikiran kita selalu menyajikan pertanyaan dan mencoba menjawab apa yang kita pikirkan. Dengan adanya pertanyaan, paling tidak kita ditantang untuk mencari jawabannya. Mendorong kita untuk bertanya kepada mbah Google.
Dan segala pertanyaan hampir bisa dipastikan ada jawabannya di Google. Terima kasih Google, you're everything for human question. (whleh bener gak nih tulisan inggrisnya?)
Wassalam,
SangPenging@T!
Coba bayangkan kalau tidak ada yang namanya "pertanyaan". Meskipun pertanyaan itu hanya ada di dalam hati kita. Tidak terucap di depan publik.
Contoh yang nyata ini. Hatiku bertanya, "mengapa tidak nulis blog sih, dari pada bengong begitu?". Nah dari pertanyaan itu, makanya aku masuk ke blogspotku ini. Dan mulai deh tak tik tuk, memencet tuts keyboard komputer di meja kerjaku. Jadilah tulisan ini.
Gara-gara butuh menduplikat berita dalam jumlah besar dalam waktu singkat, lalu timbul pertanyaan "bagaimana caranya mencetak yang praktis?". Maka ditemukanlah mesin cetak offset di masa silam.
Dalam Al Qur'an kita dianjurkan untuk menggunakan akal dan pikiran kita.
Pikiran kita selalu menyajikan pertanyaan dan mencoba menjawab apa yang kita pikirkan. Dengan adanya pertanyaan, paling tidak kita ditantang untuk mencari jawabannya. Mendorong kita untuk bertanya kepada mbah Google.
Dan segala pertanyaan hampir bisa dipastikan ada jawabannya di Google. Terima kasih Google, you're everything for human question. (whleh bener gak nih tulisan inggrisnya?)
Wassalam,
SangPenging@T!
Senin, Juni 01, 2015
53 tahun, Alhamdulillah
Bulan lalu, tepatnya hari Kamis, tanggal 21 Mei 2015. Hmmm.... usiaku mencapai 53 tahun. Hebat!(menurutku sih begitu...) di tengah kondisi jantung yang sedang koroner. Maksudku, aku sedang menderita jantung koroner, dan harus dioperasi bypass, tapi aku ngotot tidak mau. Usiaku merambat sampai ke angka 53 tahun.
Dan sampai kini aku tetap mengandalkan obat dokter setiap harinya.minum terus dan terus minum obat. Di waktu malam sebelum tidur, dan pagi hari selepas breakfast.
Dan tepat di hari ulang tahunku, sekitar pukul 12.40 siang, mertuaku (papih Zahidi) dipanggil oleh Allah Swt. Beliau tutup usia setelah sekitar seminggu di rawat di rumah sakit Muhammadiyah Siti Aminah, Bumiayu. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga amal sholehnya diterima dan diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah Swt.
Papih menderita sakit stroke ringan sudah lama, dan sejak sekitar setahun yang lalu papih terbaring di kasur. Sulit beraktivitas. Ketika sehat, perjuangan hidupnya keras. Menuntaskan pendidikan anak-anaknya. Bersama istrinya, ibunda Zaitun (almarhumah), mereka bergandeng tangan membesarkan enam anak-anaknya.
Dan hampir seminggu pula aku dan kakak beradik istriku, termasuk ibu Muayanah (istri ke dua papih), berada di samping papih saat beliau dirawat di rumah sakit. Sampai akhirnya kemudian papih dibawa pulang ke rumah di Balapusuh dengan ambulans . Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, papih menghembuskan nafasnya yang terakhir. Diiringi doa ibu Muayanah. Ibu mendampingi papih di dalam mobil ambulans.
Begitulah manusia, mulai bernafas pertama kali saat dalam kandungan ibundanya dan menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika sudah tiba saatnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah dua malam ikut tahlilan bersama bapak-bapak dan remaja tetangga papih di Balapusuh. Semua anggota keluarga harus pulang ke tempat tinggalnya masing-masing, pada Sabtu pagi. Maklum hari Senin harus sudah masuk kantor. Ada yang ke Jakarta ada yang ke Yogyakarta.
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, aku sempat berbincang-bincang dengan mbak Elly (kakak tertua, istriku) dan suaminya mas Syamsuddin. Selepas shalat Ashar di sebuah rest area di tepi jalan tol Palimanan. Baru kutahu bahwa, ternyata dalam darah istriku mengalir darah orang ulama/ahli agama (?) yang terpandang. Ck ck ck... sehebat apakah itu? wow biarlah ini menjadi rahasia kami. Takut jika dikabarkan nanti ada unsur riya-nya disini.
Begitu pula dari darah ibu kandungku, ada mengalir darah biru. wow? seberapa birukah?Nah untuk yang ini juga biar menjadi rahasia kami ya... Takut pula ada aroma riya, sombong bin angkuh.
Yang jelas dulu biarlah dulu. Tapi tetap itu menjadi sejarah hidupku. Yang perlu dibangun adalah, "Siapa aku sekarang ini? dan "Di masa depan, nanti jadi seperti apa aku ini?". Dan mau dikenal sebagai apa, ketika aku sudah ada dalam pusara nanti. Itu yang penting!
Tapi jauh lebih penting dari itu, aku ingin sekali menjadi manusia takwa. Untuk itu memang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan yang gigih. Dan untuk itu aku masih harus terus berjalan, berusaha keras, entah sampai kapan. Yang pasti sampai hembusan nafas yang penghabisan. Keep your spirit, brO!
Wassalam,
SangPenging@T!
Dan sampai kini aku tetap mengandalkan obat dokter setiap harinya.minum terus dan terus minum obat. Di waktu malam sebelum tidur, dan pagi hari selepas breakfast.
Dan tepat di hari ulang tahunku, sekitar pukul 12.40 siang, mertuaku (papih Zahidi) dipanggil oleh Allah Swt. Beliau tutup usia setelah sekitar seminggu di rawat di rumah sakit Muhammadiyah Siti Aminah, Bumiayu. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Semoga amal sholehnya diterima dan diampuni segala dosa-dosanya oleh Allah Swt.
Papih menderita sakit stroke ringan sudah lama, dan sejak sekitar setahun yang lalu papih terbaring di kasur. Sulit beraktivitas. Ketika sehat, perjuangan hidupnya keras. Menuntaskan pendidikan anak-anaknya. Bersama istrinya, ibunda Zaitun (almarhumah), mereka bergandeng tangan membesarkan enam anak-anaknya.
Dan hampir seminggu pula aku dan kakak beradik istriku, termasuk ibu Muayanah (istri ke dua papih), berada di samping papih saat beliau dirawat di rumah sakit. Sampai akhirnya kemudian papih dibawa pulang ke rumah di Balapusuh dengan ambulans . Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, papih menghembuskan nafasnya yang terakhir. Diiringi doa ibu Muayanah. Ibu mendampingi papih di dalam mobil ambulans.
Begitulah manusia, mulai bernafas pertama kali saat dalam kandungan ibundanya dan menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika sudah tiba saatnya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Setelah dua malam ikut tahlilan bersama bapak-bapak dan remaja tetangga papih di Balapusuh. Semua anggota keluarga harus pulang ke tempat tinggalnya masing-masing, pada Sabtu pagi. Maklum hari Senin harus sudah masuk kantor. Ada yang ke Jakarta ada yang ke Yogyakarta.
Dalam perjalanan pulang ke Jakarta, aku sempat berbincang-bincang dengan mbak Elly (kakak tertua, istriku) dan suaminya mas Syamsuddin. Selepas shalat Ashar di sebuah rest area di tepi jalan tol Palimanan. Baru kutahu bahwa, ternyata dalam darah istriku mengalir darah orang ulama/ahli agama (?) yang terpandang. Ck ck ck... sehebat apakah itu? wow biarlah ini menjadi rahasia kami. Takut jika dikabarkan nanti ada unsur riya-nya disini.
Begitu pula dari darah ibu kandungku, ada mengalir darah biru. wow? seberapa birukah?Nah untuk yang ini juga biar menjadi rahasia kami ya... Takut pula ada aroma riya, sombong bin angkuh.
Yang jelas dulu biarlah dulu. Tapi tetap itu menjadi sejarah hidupku. Yang perlu dibangun adalah, "Siapa aku sekarang ini? dan "Di masa depan, nanti jadi seperti apa aku ini?". Dan mau dikenal sebagai apa, ketika aku sudah ada dalam pusara nanti. Itu yang penting!
Tapi jauh lebih penting dari itu, aku ingin sekali menjadi manusia takwa. Untuk itu memang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan yang gigih. Dan untuk itu aku masih harus terus berjalan, berusaha keras, entah sampai kapan. Yang pasti sampai hembusan nafas yang penghabisan. Keep your spirit, brO!
![]() |
Papih, Ibu Muayanah dan anaknya yang ke-empat (istriku). Photo tgl 8 Februari 2015 |
Wassalam,
SangPenging@T!
Langganan:
Postingan (Atom)