Hari ini adalah hari bersejarah bagi kehidupanku. Sabtu, 25 Januari 2014. Mungkin bagi orang lain, ah biasa saja. Tapi bagi diriku ini luar biasa. Sungguh!
Udara dingin menusuk. Air banjir naik lagi jadi setengah dengkul, karena hujan deras tadi malam. Padahal malam tadi sepulang shalat Isya, aku rasa air di depan masjid tinggal semata kaki.
Begitu adzan shalat subuh berkumandang, aku siap-siap berangkat ke masjid. Di tengah perjalanan, perut mules, jantung berdebar, air banjir menghadang di depanku. Pulang lagi, atau terus jalan. Tapi pesan pak Ustadz Juremi masih terngiang jelas di telinga. Dia pesan ketika mau shalat Isya, agar aku jadi imam shalat subuh. Akhirnya kuputuskan terus jalan. Bismillah...
Masuk ke masjid pas adzan subuh selesai, lansung aku shalat sunnah subuh. Kulihat, imam tetap subuh pak Ustadz Juremi, kulihat ada di pojok belakang, sedang shalat sunnah subuh.
Sepuluh menit kemudian, iqamat berkumandang. Kulihat pak Ustadz Juremi masih tetap di belakang. Well, para jamaah tengok kiri kanan, mereka pikir tak ada imam, lalu mereka semua melirik ke diriku. Mau tidak mau, harus mau. Bismillah... Jadilah aku imam shalat subuh. Deg-degan, maklum pertama kali. Tibalah rakaat kedua, pakai qunut apa tidak nih. Bapakku Muhammadiyah. Dan aku?.... kuputuskan pakai qunut.
Alhamdulillah.. lancar.
Jamaah subuhan pagi ini hanya satu shaf!
Semoga diterima shalat subuh kami hari ini, Ya Rabb...
Wassalam,
SangPenging@T
Adsense
Sabtu, Januari 25, 2014
Jumat, Januari 17, 2014
Berpisah
Berpisah itu menyakitkan.
Perceraian itu menyedihkan.
Ada rasa sakit di hati.
Semoga kita tetap bersatu dalam mahligai ikatan rumah tangga,
istriku you're my best friend...
d e w i - k u
Meski hanya seutas benang tipis sisa perban
yang sudah menyatu dengan luka di kulit,
sakit sekali dipisahkan
aku pernah merasakannya
p e d i h....
p e r i h....
Aaachhhh! suaraku berteriak
padahal benang ditarik pelan-pelan
Apalagi nyawa yang sudah menyatu dengan raga
sejak l a m a a a
Semoga kalimat tauhid yang kuucap ketika
nyawa berangkat, berpisah dari ragaku
LA ILAHA ILLALLAH
bukan teriakan; "Achhhh....!!"
Perceraian itu menyedihkan.
Ada rasa sakit di hati.
Semoga kita tetap bersatu dalam mahligai ikatan rumah tangga,
istriku you're my best friend...
d e w i - k u
Meski hanya seutas benang tipis sisa perban
yang sudah menyatu dengan luka di kulit,
sakit sekali dipisahkan
aku pernah merasakannya
p e d i h....
p e r i h....
Aaachhhh! suaraku berteriak
padahal benang ditarik pelan-pelan
Apalagi nyawa yang sudah menyatu dengan raga
sejak l a m a a a
Semoga kalimat tauhid yang kuucap ketika
nyawa berangkat, berpisah dari ragaku
LA ILAHA ILLALLAH
bukan teriakan; "Achhhh....!!"
Kamis, Januari 16, 2014
Jatuh
Hari jumat minggu lalu, 10 Januari 2014, ada dua peristiwa yang menggetarkan hatiku. Pertama, ketika aku dalam perjalanan berangkat subuhan, aku kaget melihat dari kejauhan Pak Selamat berjalan pelan tertatih-tatih tanpa alas kaki. Pulang ke rumah, bukan berangkat ke masjid.
Kulihat di bagian belakang baju kokonya kotor terlumuri lumpur got. Sarungnya juga basah plus kotor. Sandalnya terlepas dari kakinya. Dia rupanya baru saja jatuh terpeleset di pinggir gorong-gorong yang belum juga diperbaiki. Kasihan. Aku sempat mengiringi dia balik ke rumahnya. Tapi belum sampai rumahnya, dia menyuruhku untuk ke masjid saja. Sebab sebentar lagi akan adzan subuh.
Yang kedua, ketika shalat jumat, ada seorang jamaah yang tersungkur sampai dua kali. Sebaris denganku di shaf terdepan. Ketika imam membaca surah setelah Al Fatihah, terdengar suara keras "Gdebug!". Bagaikan suara buah nangka besar yang jatuh ke tanah. Kulirik mataku, jauh di sebelah kananku ada orang tersungkur, kepalanya membentur karpet lantai. Dia bergerak pelan lalu berdiri lagi, tak berapa lama jatuh lagi. Gedebug! Kasihan.
Jatuh di usia setengah baya cukup mengkhawatirkan. Macam-macam analisanya. Bisa darah rendah. Atau gejala stroke. Ah, mengerikan. Ini sungguh kutakutkan. Pada suatu shalat Jum'at, aku pun nyaris tersungkur. Tiba-tiba tubuh seperti mau sempoyongan. Pandangan nyaris gelap. Tapi untungnya aku segera pulih.
Tidak jarang kita mendengar berita orang meninggal gara-gara jatuh di kamar mandi. Jatuh dimanapun, bisa membawa kematian, jika memang sudah ajal.
Jatuh bisa berarti kekalahan. Sedang bertanding tinju, lalu tubuh tersungkur mencium canvas, panggung lantai bertinju, bisa pertanda kalah. Jika kita jatuh setelah kena bogem mentah dari lawan, lalu sampai hitungan ke sepuluh belum juga bangun, maka wasit meniup peluit panjang tanda kita KO!
Ternyata "jatuh" nggak bisa dianggap remeh, bro!
Wassalam,
SangPenging@T
Kulihat di bagian belakang baju kokonya kotor terlumuri lumpur got. Sarungnya juga basah plus kotor. Sandalnya terlepas dari kakinya. Dia rupanya baru saja jatuh terpeleset di pinggir gorong-gorong yang belum juga diperbaiki. Kasihan. Aku sempat mengiringi dia balik ke rumahnya. Tapi belum sampai rumahnya, dia menyuruhku untuk ke masjid saja. Sebab sebentar lagi akan adzan subuh.
Yang kedua, ketika shalat jumat, ada seorang jamaah yang tersungkur sampai dua kali. Sebaris denganku di shaf terdepan. Ketika imam membaca surah setelah Al Fatihah, terdengar suara keras "Gdebug!". Bagaikan suara buah nangka besar yang jatuh ke tanah. Kulirik mataku, jauh di sebelah kananku ada orang tersungkur, kepalanya membentur karpet lantai. Dia bergerak pelan lalu berdiri lagi, tak berapa lama jatuh lagi. Gedebug! Kasihan.
Jatuh di usia setengah baya cukup mengkhawatirkan. Macam-macam analisanya. Bisa darah rendah. Atau gejala stroke. Ah, mengerikan. Ini sungguh kutakutkan. Pada suatu shalat Jum'at, aku pun nyaris tersungkur. Tiba-tiba tubuh seperti mau sempoyongan. Pandangan nyaris gelap. Tapi untungnya aku segera pulih.
Tidak jarang kita mendengar berita orang meninggal gara-gara jatuh di kamar mandi. Jatuh dimanapun, bisa membawa kematian, jika memang sudah ajal.
Jatuh bisa berarti kekalahan. Sedang bertanding tinju, lalu tubuh tersungkur mencium canvas, panggung lantai bertinju, bisa pertanda kalah. Jika kita jatuh setelah kena bogem mentah dari lawan, lalu sampai hitungan ke sepuluh belum juga bangun, maka wasit meniup peluit panjang tanda kita KO!
Ternyata "jatuh" nggak bisa dianggap remeh, bro!
Wassalam,
SangPenging@T
Selasa, Januari 07, 2014
Menulis Buku
Wow, tentu membanggakan bisa menerbitkan buku dan bukunya laku keras.Cetak ulang berulangkali. Hmmm... jelas-jelas membahagiakan.
Kemarin, Senin, 7Januari2014 kupikir itu revisi terakhir bukuku yang ingin kuterbitkan. Ternyata ketika kubaca ulang di PC kesayangan, tetap saja belum sempurna. Masih ada yang bisa diperbaiki. Entah kalimatnya yang harus dikoreksi atau alineanya harus diubah lagi susunannya.
Ternyata tidak gampang menulis buku. Paling tidak ini yang kurasakan sekarang. Belum lagi nanti mencari penerbit. Perjalanan masih panjang. Tapi aku inginnya bukuku bisa terbit tahun ini, 2014. Yes I can! Insya Allah.
Wassalam,
SangPenging@T
Kemarin, Senin, 7Januari2014 kupikir itu revisi terakhir bukuku yang ingin kuterbitkan. Ternyata ketika kubaca ulang di PC kesayangan, tetap saja belum sempurna. Masih ada yang bisa diperbaiki. Entah kalimatnya yang harus dikoreksi atau alineanya harus diubah lagi susunannya.
Ternyata tidak gampang menulis buku. Paling tidak ini yang kurasakan sekarang. Belum lagi nanti mencari penerbit. Perjalanan masih panjang. Tapi aku inginnya bukuku bisa terbit tahun ini, 2014. Yes I can! Insya Allah.
Wassalam,
SangPenging@T
Langganan:
Postingan (Atom)