"Assalamu'alaikum!" terdengar suara yang tak asing bagiku, ketika pintu utama rumah dibuka. Suara Tania, anak bungsuku yang perempuan.
"Wa'alaikum salaam" jawabku sambil mataku tetap menatap monitor komputer. Sore itu tanggal 26 September 2009, aku sedang sibuk dengan pekerjaan order ketikan "gratis" tugas dari istriku yang guru BK.
"Ada kejutan nih, coba lihat Pak!" pintanya.
Ketika aku menoleh ke belakang. Uits benar ada surprise. Penampilannya wajahnya berubah. Rambutnya yang semula kriting atau lebih tepatnya ikal, berubah jadi lurus rus.
Tadi siang Tania dan sepupunya Chacha dan Yaya pergi bertiga ke Daan Mogot Mal. Ibunya sedikit khawatir tentangnya. Sebab mereka bertiga pergi tanpa orangtua. Maklum ABG. Usia Tania 12 tahun, kelas satu SMP 132. Chacha kelas satu SMA 33, sedangkan Yaya kelas tiga SMP 82. Postur tubuh mereka imut-imut.
Akibatnya ketika mereka akan naik taksi, jarang ada taksi yang mau berhenti. Mungkin sopir taksi berpikir nih anak2 punya duit nggak buat bayar taksi. Atau hanya main2 nyetopin taksi. "Tapi akhirnya ada juga satu taksi yang mau mengantarkan kami ke DM, pak," kata Tania.
Kepergian mereka langsung dimonitor ibunya. Lewat hp keberadaan Tania diikuti ibunya.
"Hallo, ini Tania? Sedang apa?" terdengar di belakangku, istriku menelepon Tania.
Tak berapa lama kemudian istriku bilang kepadaku,"Tania lagi di Solaria Pak, makan siang"
Rupanya Tania agak jengah juga setiap kali ditelepon. Sebab ini telepon yang ketiga dari ibunya. Dia protes," Ibu ngapain sih telepon teruss, Tania bukan anak SD lagi bu!"
Nah setelah pulang dari DM. Seisi rumah dibuat heboh."Cantikkan bu penampilanku?" ujarnya mengharap pujian dari orangtuanya. "Iya, iya tambah manis tuh" kata ibunya. Kakaknya,Bachtiar "no comment!" Atau aku yang nggak dengar komentarnya.
Yang jelas dia ikut sibuk memotret dengan Lumix Panasonic, penampilan baru Tania berambut lurus. Jepret jepret. Ibunya juga ikut diminta untuk memotretnya. Aku juga kebagian. Selebihnya dia terus berpose di depan cermin sambil tangan kanannya memegang kamera pocket digital itu. Sinar blitz kamera berkilauan saling bersambaran.
"Sudah, sudah motretnya," kataku.
"Ah bapak, biarin dong aku terus motret. Mumpung masih lurus nih. Besok sudah kembali normal," protesnya.
Semalaman dia tidur gelisah. Kenapa? Dia bingung mengatur posisi kepalanya. Takut-takut kalau rambutnya jadi cepat kriting lagi.
Bagaimana dengan Chacha dan Yaya? Tania bilang, "ya dikriting dong rambut mereka". "Jadi cantik lho bu penampilannya Chacha dan Yaya."
Oh beginilah hidup, pikirku. Manusia pada dasarnya ingin tampil istimewa. Bosan dengan yang itu-itu saja. Apalagi mahkluk yang berjenis perempuan. Selalu ingin tampil cantik di setiap kesempatan. Yang kriting ingin lurus. Yang lurus ingin kriting.
"Bu, aku di smoothing ya bu?" pinta Tania. Apalagi tuh? Rupanya kalau dismoothing lurusnya rambut bisa berbulan-bulan. Yang sekarang ini proses lurusnya rambut Tania hanya di catok. Dan tidak awet, paling hanya seharian.
"Ngapain sih, pake di smoothing segala, alamiah sajalah" kata ibunya.
"Syukuri apa yang diberikan Allah. Tania itu memang cocoknya rambut kriting," hibur ibunya.
"Aach Ibu....khan Tania mau tampil beda Bu..!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar